Ibupedia

5 Sampah Rumah Tangga Penyebab Terbesar Pencemaran Lingkungan, Apa Saja?

5 Sampah Rumah Tangga Penyebab Terbesar Pencemaran Lingkungan, Apa Saja?
5 Sampah Rumah Tangga Penyebab Terbesar Pencemaran Lingkungan, Apa Saja?

Indonesia menjadi salah satu negara penghasil sampah rumah tangga terbesar kedua di dunia. Mengutip data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Indonesia tercatat menghasilkan 21,88 juta ton sampah di tahun 2021. 

Berdasarkan data tersebut diketahui 41% berasal dari sampah rumah tangga. Angka ini tentu bisa terus bertambah jika kesadaran masyarakat akan pengolahan sampah rumah tangga masih rendah.

Tentu saja, pengolahan sampah rumah tangga tidak hanya sekadar memisahkan antara sampah organik dan anorganik. Lebih dari itu, kamu perlu memahami bahwa ada jenis-jenis sampah rumah tangga yang tidak boleh dibuang sembarangan. 

Pasalnya, sejumlah sampah rumah tangga membutuhkan waktu lama atau bahkan tidak bisa terurai. Sebagai akibat jangka panjang, sampah rumah tangga tersebut justru bisa mencemari lingkungan sekitar.

Jadi, apa saja jenis sampah rumah tangga yang tidak boleh dibuang sembarangan? Berikut daftar selengkapnya untuk kamu. Yuk, cari tahu!

1. Sampah plastik

Sampah plastik menjadi penyumbang terbesar dalam sampah rumah tangga. Mulai dari kantong belanja, pembungkus makanan, sampai sedotan yang biasa dipakai pada skala rumah tangga terbuat dari plastik. 

Belum lagi botol plastik bekas minuman yang biasa dibeli kemudian dibuang begitu saja. Faktanya, sampah plastik membutuhkan waktu puluhan hingga ribuan tahun untuk bisa terurai di tanah. Dengan begitu, plastik menjadi salah satu jenis sampah rumah tangga yang tidak boleh dibuang sembarangan.

Pengolahan sampah rumah tangga yang berasal dari plastik perlu mendapat perhatian khusus. Kamu bisa mengurangi pemakaian plastik dengan cara seperti membawa tas belanja sendiri saat ke pasar dan minimarket, atau membawa alat makan serta tempat minum sendiri supaya tidak ada plastik yang terbuang begitu saja. 

Kalau pun hendak dibuang, kamu bisa mengumpulkan plastik sampah rumah tangga ke bank-bank sampah terdekat agar bisa didaur ulang untuk digunakan kembali.

2. Pembalut dan popok

Jarang disadari, pembalut dan popok sekali pakai juga turut menyumbang sampah rumah tangga dalam jumlah besar. Padahal pembalut dewasa perlu waktu 500-800 tahun untuk terurai, sedangkan popok bayi diperkirakan baru akan terurai dalam waktu 250-500 tahun lamanya. 

Oleh karena itu, pembalut dan popok adalah sampah rumah tangga yang tidak boleh dibuang sembarangan.

Lantas, bagaimana pengolahan sampah rumah tangga berupa pembalut dan popok yang dianjurkan? Sebelum membuang pembalut dan popok sekali pakai, sebaiknya bersihkan dulu kotoran yang ada. Kemudian, pisahkan jenis sampah rumah tangga ini dari sampah lainnya. 

Kamu bisa menyerahkan sampah pembalut dan popok ke tempat-tempat pengolahan sampah rumah tangga ini. Misalnya, komunitas Rumah Diapers di Puskesmas Pulowijen, Malang, Jawa Timur. 

Selain itu, kamu juga bisa beralih ke penggunaan cloth diapers sebagai pengganti popok sekali pakai, serta menstrual cup sebagai pengganti pembalut sekali pakai sehingga lebih ramah lingkungan.

3. Sisa makanan

Di Indonesia, pengolahan sampah rumah tangga dalam bentuk sisa makanan masih jauh dari kata ideal. Sering kali sisa makanan dibuang begitu saja, padahal jelas hal ini bisa memicu pencemaran lingkungan karena sisa makanan yang termasuk sampah organik ini bisa membentuk emisi gas rumah kaca. 

Perlu diketahui, bahan organik dari sisa makanan mampu menghasilkan gas metan yang berdampak buruk bagi kualitas udara.

Untuk mencegah dampak buruk dari sampah sisa makanan, mulai sekarang sebaiknya kamu bersikap bijak sebelum membuangnya begitu saja. Cobalah untuk mengolah kembali sisa makanan yang ada di rumah, sehingga memiliki nilai fungsi kembali. 

Misalnya, mengolah tulang ayam, duri ikan, maupun kulit udang menjadi kaldu rumahan. Kamu juga bisa mengolah biskuit yang melempem untuk dikeringkan dan diolah menjadi tepung.

4. Minyak jelantah

Selain sisa makanan, minyak jelantah juga termasuk sampah rumah tangga yang tidak boleh dibuang sembarangan. Minyak jelantah yang dibuang begitu saja ke saluran pembuangan air bisa memicu penyumbatan. 

Selain itu, minyak jelantah tidak bisa menyatu dengan air sehingga ketika sampai di sungai atau bahkan laut justru menimbulkan pencemaran kebersihan air itu sendiri.

Jadi, jangan pernah membuang minyak jelantah sembarangan. Sebaliknya, minyak jelantah ini bisa disumbangkan lho! Namun, pastikan minyak jelantah lebih dulu didinginkan dan diletakkan ke dalam wadah. 

Nantinya, minyak jelantah diolah kembali menjadi biodiesel yang lebih bersih. Biodiesel adalah bahan bakar yang bisa terurai sehingga tidak mencemari lingkungan. Salah satu instansi yang mengolah minyak jelantah di Indonesia, yaitu www.belijelantah.com.

5. Peralatan elektronik yang rusak

Satu lagi sampah rumah tangga yang tidak boleh dibuang sembarangan, yaitu peralatan elektronik yang rusak. Termasuk di antaranya bohlam lampu, smartphone, radio, televisi, penanak nasi, hingga mesin cuci yang rusak sebaiknya tidak dibuang dengan sembarangan. 

Pasalnya, peralatan elektronik tidak bisa terurai begitu saja di tanah. Jika dibiarkan menumpuk, tentu sampah rumah tangga ini menimbulkan pencemaran lingkungan.

Pengolahan sampah rumah tangga dalam bentuk elektronik ini memang tidak mudah dan perlu dilakukan dengan hati-hati karena mengandung bahan pencemar yang beracun. Kamu bisa mengumpulkan peralatan elektronik yang rusak secara terpisah dari sampah rumah tangga lainnya. 

Kemudian serahkan ke TPS terdekat untuk dikumpulkan lagi bersama sampah elektronik lainnya dan dikelola sesuai dengan peraturan pemerintah masing-masing daerah.

Mulai sekarang sebaiknya kamu lebih berhati-hati dalam hal memilah sampah rumah tangga. Meski terlihat sepele, dampak negatif akibat sampah rumah tangga yang dibuang sembarangan bisa mencemari lingkungan dan merugikan banyak pihak. 

Semoga dengan pengetahuan yang cukup, kamu bisa bersikap bijaksana terhadap pengolahan sampah rumah tangga, ya!

Editor: Dwi Ratih

Follow Ibupedia Instagram