7 Kalimat Sakti Ayah Agar Sukses Mendidik Anak Laki-Laki
Peran ayah dalam mendidik anak laki-laki sangat penting. Tidak hanya ibu, sosok ayah juga menjadi penentu dalam pembentukan karakter anak laki-laki. Sejak usia dini, anak laki-laki sudah belajar mengobservasi perilaku ayahnya yang bisa mempengaruhi pandangan anak jangka panjang. Seorang anak laki-laki bisa bercita-cita “ingin menjadi seperti ayah” atau sebaliknya, ingin menjadi seseorang yang berkebalikan dari ayahnya.
Ayah sebenarnya bisa membaca emosi anak laki-laki, tetapi merespons dengan cara yang berbeda. Dilansir dari Family Education, riset menunjukkan ayah memegang peranan penting dalam perkembangan emosional, fisik dan kemampuan kognitif anak laki-laki. Semakin seorang ayah terlibat aktif dalam mendidik anak laki-laki, perkembangan jiwa anak pun akan semakin baik.
Tentunya ada tantangan yang dihadapi oleh para ayah, terlebih karena adanya stigma ayah yang cenderung pasif dalam mendidik anak laki-laki karena kurang terlibat secara emosional atau menjaga jarak karena jaim. Hal ini masih bersumber dari pemikiran bahwa “mendidik anak adalah tanggung jawab ibu”, sedangkan ayah bertugas mencari nafkah saja. Well, Ibu dan Ayah, sudah saatnya kita menggebrak stereotipe ini!
Baik ibu maupun ayah sama-sama memegang peranan penting dalam mendidik anak, khususnya anak laki-laki. Seperti halnya anak perempuan, anak laki-laki juga membutuhkan kasih sayang, perhatian, dan juga faktor lainnya dari kedua orang tua secara berimbang. Lalu, bagaimana peran ayah dalam mendidik anak laki-laki tersebut?
Mendidik anak laki-laki dimulai dari bagaimana seorang ayah bersikap dan berkata-kata di rumah. Setiap gesture kecil yang dilakukan ayah bisa sangat memengaruhi mental anak laki-laki, bagaimana anak memandang ayahnya dan memandang kehidupannya. Sebelum beranjak untuk mengetahui kalimat apa saja yang harus diucapkan ayah ke anak laki-lakinya, yuk simak apa saja yang perlu didengar oleh anak laki-laki dari ayahnya berikut ini.
9 Hal yang Perlu Didengar oleh Anak Laki-Laki dari Ayahnya
Dilansir dari Fatherly, ada 9 hal yang anak laki-laki perlu dengar dan perhatikan dari ayahnya di rumah. Pasalnya, anak laki-laki mengobservasi dengan detail setiap ucapan dan perbuatan ayah, sehingga Ayah bisa menerapkan ini untuk mendidik anak laki-laki.
Kata-kata yang baik terhadap pasangan
Tahukah Ayah, anak juga memperhatikan bagaimana cara Ayah memperlakukan Ibu? Kata-kata yang baik, perhatian, dan bahasa cinta yang Ayah gunakan kepada Ibu bisa diketahui anak. Hal ini juga akan memberikan anak laki-laki gambaran tentang kedua orang tuanya, dan bagaimana cinta dituangkan. Tidak hanya sekadar mengucapkan “aku cinta kamu”, ayah juga bisa mempraktikkan perhatian-perhatian kecil dengan memuji ibu di depan anak laki-laki, atau mengapresiasi apa yang sudah ibu lakukan. Seperti, “Jangan lupa berterima kasih sama Ibu ya, Nak,” atau “Ibu sudah bekerja keras hari ini, yuk kita bantu”.
Mengakui emosi ketika gagal dan menawarkan solusi
Sebagai manusia, tentu kita tidak luput dari emosi karena problematika sehari-hari. Wajar bila Ayah ingin mengekspresikan emosi usai mengalami kegagalan, misalnya gagal memperbaiki sepeda anak laki-laki yang rusak. Tetapi, jangan lupa berikan solusi, sehingga anak tahu bahwa ayahnya memiliki kemampuan untuk memecahkan masalah, tidak hanya mengeluh atau mengakui kesalahan. Hal ini akan mengajarkan anak untuk merekognisi emosi khususnya ketika mengalami kegagalan, dan melihat adanya solusi dalam setiap masalah. Misalnya, “Maafkan ayah ya tidak bisa memperbaiki sepeda Adik yang rusak. Yuk, kita bawa sepedanya ke bengkel sepeda,”.
Kemampuan menjelaskan emosi
Serupa dengan poin sebelumnya, seorang ayah juga sebaiknya bisa menjelaskan emosinya untuk melatih anak laki-laki meregulasi emosi. Dengan begitu, kecerdasan emosionalnya akan semakin meningkat. Contohnya, tidak apa-apa merasa sedih dan menangis usai mengalami kejadian buruk atau berduka. Ceritakan saja kepada anak agar Ia paham mengapa ada emosi tersebut dan apa penyebabnya. Ketika Ayah sedang mengalami kebingungan misalnya, dan anak bisa membaca ekspresi tersebut di wajah Ayah, katakan, “Nak, ayah sedang bingung tentang suatu masalah. Tapi, ini pasti akan berlalu,”.
Meminta tolong
Dear Ayah, laki-laki bukanlah sosok manusia super ya! Jangan ragu meminta bantuan orang lain di sekitar (termasuk anak laki-laki ayah) ketika tidak bisa mengerjakan sesuatu. Bahkan, tetap minta tolonglah kepada anak laki-laki sebagai bagian dari proses mendidik mereka. Anak akan melihat bahwa ayah pun membutuhkan bantuan dan tidak selamanya menyuruh-nyuruh, tapi juga bisa melibatkan anak untuk bekerja sama. Contohnya, “Mengecat tembok sendirian capek juga ya, mau bantu Ayah ngecat bareng-bareng supaya cepat selesai?”.
Tunjukkan Empati
Hal ini juga tak kalah penting selama proses ayah mendidik anak laki-laki. Anak juga bisa belajar empati dari ayah, tidak hanya dari ibu. Perhatikanlah raut wajah anak, apa Ia sedang sedih, gembira, atau tidak bersemangat? Ayah harus memiliki rasa ingin tahu yang besar. Tanyakan apa yang sedang anak rasakan, dukung dia, tawarkan bantuan, ajak untuk membagi bebannya dan melewati ini bersama-sama. Anak laki-laki harus tahu bahwa mereka tidak pernah sendirian dalam menghadapi masalah, dan bahwa ayahnya bisa menunjukkan empati ketika dibutuhkan. Misalnya, anak laki-laki Ayah sedang bersedih karena sahabatnya sakit, Ayah bisa berkata, “Hei, kenapa kamu sedih? Ceritakan sama Ayah ya, supaya sedihmu berkurang,”.
Imajinasi
Terkadang, ayah bisa jadi sosok yang unik di mata anak laki-lakinya. Kalimat-kalimat “ajaib” bisa tiba-tiba terceletuk saat percakapan, dan ini bisa memperkuat bonding antara ayah dengan anak laki-lakinya. Misal, mengajak anak untuk stargazing di malam hari, dan menjelaskan tentang seluk-beluk astrologi. Misalnya, “Bintangnya bagus ya, lihat deh bentuknya seperti Ophiucus. Kamu tahu ngga itu salah satu zodiak yang jarang diceritakan?”. Lakukan hobi yang Ayah sukai dan ajak anak laki-laki Ayah untuk melakukannya juga. Quality time bersama anak merupaka momentum krusial dalam proses ayah mendidik anak.
Ajarkan persahabatan
Di poin ini, peran Ayah untuk mengajarkan nilai-nilai kepercayaan dan persahabatan akan menjadi sangat penting bagi anak laki-laki. Ajarkanlah bahwa hubungan sesama manusia itu berharga, dan orang lain bisa dipercaya sebagai bagian yang penting dalam hidup kita. Tidak semua orang itu jahat, atau mengganggu, tetapi ada orang-orang yang memang tidak terlepas dan menjadi bagian dari hidup untuk jangka panjang.
Ayah bisa melakukan ini dengan mengenalkan sahabat ayah kepada anak, dan bercerita bagaimana perjalanan persahabatan tersebut. Nilai-nilai apa yang dibutuhkan bagi seorang laki-laki untuk bisa menjalin persahabatan. Contohnya, “Nak, ini sahabat Ayah. Kami sudah bersahabat sejak jaman sekolah dulu, gara-gara pernah berantem hehe. Setelah kenal lama ternyata orangnya baik. Kita akan selalu bisa mempelajari sifat orang lain setelah mengenalnya. Memang sih butuh waktu, tapi saling bantu dan saling dukung bisa membuat persahabatan awet,”.
Ajak anak membuat rencana
Ayah, jangan hanya sekadar menyuruh-nyuruh anak ya. Ajarkan mereka juga untuk terlibat dalam perencanaan atau persiapan di rumah, misal ketika hendak berlibur ke luar kota. Alih-alih menyuruh anak untuk packing sendiri, Ayah bisa mengajak untuk mengepak barang bersama-sama, atau menyusun daftar apa saja yang harus dibawa bersama anak. Misalnya, “Sudah siapkan pakaian apa saja yang harus dibawa? Menurutmu, apalagi yang harus kita bawa selain yang sudah ada di daftar ini?”. Melibatkan anak dalam perencanaan akan memberikan rasa tanggung jawab dan pengakuan, sehingga hubungan antara ayah dan anak laki-laki pun akan lebih akrab.
Akui kesalahan dan minta maaf
Sangat mudah bagi orang tua untuk tidak mengakui kesalahan di depan anak, atau enggan meminta maaf ketika berbuat salah. Anak laki-laki juga perlu melihat contoh dari ayahnya ketika berbuat kesalahan dan berani meminta maaf – sebab hal itu sulit untuk dilakukan. Ayah melakukan kesalahan kepada Ibu, atau bahkan anak laki-laki Ayah? Akuilah kesalahan tersebut, dan langsung minta maaflah. Jangan ragu untuk melakukannya, karena ini akan memberikan gambaran kepada anak laki-laki bagaimana bersikap menghargai orang lain dan bertanggung jawab atas kesalahan yang telah dilakukan.
Ayah, 9 hal tersebut di atas sangat penting dalam proses mendidik anak laki-laki. Hal-hal kecil yang kerap tidak disadari bisa berpengaruh signifikan terhadap perkembangan fisik dan mental anak. Apalagi, ayah sering kali dijadikan sosok panutan anak laki-laki, jadi apapun yang Ayah lakukan akan diperhatikan dan menjadi contoh yang dibawa sang anak hingga dewasa. Selain 9 hal itu, ada 7 kalimat yang harus diucapkan ayah ke anak laki-lakinya, simak yuk!
7 Kalimat Wajib Diucapkan Ayah Kepada Anak Laki-Lakinya
Dikutip dari Fatherly, Dr. Michael Reichert penulis buku "How to Raise a Boy: The Power of Connection to Build Good Men" menjelaskan 7 kalimat yang wajib sering-sering diucapkan oleh ayah kepada anak laki-lakinya. Hal ini berdasarkan adanya pemahaman bahwa hubungan ayah dan anak kerap terjebak dalam maskulinitas yang tidak sehat.
Sering kita dapatkan Ayah melarang anak laki-lakinya menangis karena beranggapan, “laki-laki ngga boleh cengeng!” atau menganggap bahwa emosi yang dirasakan oleh anak laki-laki itu tidak penting, sebab laki-laki dicap tidak boleh mengekspresikan emosi.
Tentunya anggapan seperti ini menyesatkan, bahkan bisa sangat fatal karena berimbas tidak terpenuhinya kebutuhan dasar manusia untuk merasakan emosi dan mengekspresikannya secara sehat. Di buku yang ditulisnya, Dr. Michael Reichert membeberkan hal-hal yang penting diucapkan oleh ayah kepada anak laki-lakinya.
“Ayah Juga Sering Gagal”
Mengakui kegagalan adalah langkah pertama melawan maskulinitas yang tidak sehat dalam mendidik anak laki-laki. Seperti manusia lain pada umumnya, laki-laki juga sering kali gagal dalam melakukan sesuatu, tidak selalu berhasil. Banyak kesalahan yang ayah lakukan dan itu perlu ditunjukkan kepada anak laki-laki, untuk memberikan gambaran bahwa ayah bukanlah sosok yang sempurna, dan bahwa melakukan kesalahan atau mengalami kegagalan adalah hal yang manusiawi. Kesalahan adalah bagian dari pembelajaran, dan bukanlah sesuatu yang tabu untuk dibicarakan.
“Kamu Harus Bisa Membahagiakan Diri Sendiri Dulu Sebelum Membahagiakan Orang Lain”
Analoginya seperti sebuah gelas; gelas yang kosong tidak akan dapat mengisi gelas-gelas lainnya. Begitu juga dengan kita, bahagiakanlah diri sendiri terlebih dahulu sebelum membahagiakan orang lain. Laki-laki terbiasa diajarkan untuk “berkorban”, dan lagi-lagi maskulinitas membentuk anggapan bahwa kebahagiaan laki-laki itu ada dalam pengorbanan dan apa yang dilakukan untuk orang lain. Hal itu mungkin ada benarnya, namun terus-menerus mengorbankan diri sendiri dan memberikan service terbaik juga tidak sehat. Kenali dan ketahuilah apa yang dibutuhkan oleh diri sendiri sebelum memberikannya kepada orang lain.
“Apakah Kamu Sudah Berusaha yang Terbaik?”
Dalam proses mendidik anak laki-laki, ayah perlu untuk mengarahkan anak agar memiliki daya juang dan resistensi yang baik. Ada standar tertentu yang harus dipegang, jangan sampai anak mudah menyerah atau tidak bersemangat dalam melakukan hal-hal penting dalam hidupnya. Untuk memotivasi anak, Ayah harus memulainya dari diri sendiri. Menjadi contoh seseorang yang persisten dan tidak mudah putus asa dalam mencapai sesuatu. Dr. Michael Reichert menemukan bahwa yang dibutuhkan anak laki-laki adalah seorang guru yang mengenalnya dan menjunjung standar yang tinggi.
Seorang pria yang pada dasarnya berkata, 'Itu bukan yang terbaik, kembalilah dan coba lagi,' dan menolak untuk menerima ala kadarnya. Mereka adalah guru yang paling dihormati anak laki-laki. Itulah yang disebut 'hubungan transformatif' karena anak laki-laki akan lebih bersemangat saat dia tahu bahwa dia bisa melampaui kemampuannya sendiri,” ujar Dr. Michael Reichert. Ia juga menegaskan bahwa hubungan ini berfungsi khususnya dalam kegiatan olahraga, sains, matematika, atau seni. Jika seorang pelatih, mentor, atau ayah menuntut, tetapi penuh kasih sayang dan adil, seorang pria muda akan bekerja keras untuk pelatih itu dan mengembangkan kemampuannya.
“Perlakukan Orang Lain Sebagaimana Kamu Ingin Diperlakukan”
Kalimat ini menjadi tantangan tersendiri menghadapi era individualisme. Tidak hanya digunakan dalam konteks interaksi sosial, kalimat jitu ini juga perlu terus menerus diucapkan dan diingatkan oleh Ayah ketika anak sedang menghadapi fase-fase di dunia akademik maupun pekerjaan. Menghargai orang lain, memperlakukan mereka dengan baik, dan memiliki kredibilitas adalah beberapa poin yang diajarkan oleh kalimat ini. Anak laki-laki akan bisa menyadari tanggung jawabnya secara moral di masyarakat, bersikap profesional dan mempunyai integritas dalam setiap fase yang akan dilaluinya.
“Orang yang Terluka, Menyakiti”
Ini adalah pelajaran yang berharga bagi anak laki-laki, khususnya di usia remaja atau dewasa muda. Orang yang terluka akan menyakiti, baik dengan kata-kata atau tindakan, karena mereka telah disakiti. Ini, menurut Reichert, dikenal sebagai "pemeragaan traumatis". Seorang ayah perlu mengajari laki-lakinya bahwa ketika seseorang menyakitinya, itu hanya untuk mentransfer rasa sakit dari terluka itu sendiri. Memahami mengapa seseorang mungkin melakukan sesuatu yang menyakitkan tidak menggantikan rasa sakit itu, tetapi hal itu membuat kita berempati dan menempatkan diri kita di perspektif orang yang menyakiti. Tenggang rasa dan pemahaman terhadap kapasitas emosional seseorang akan semakin baik jika kita bisa melihat dari sudut pandang berbeda.
“Jangan Selalu Menyalahkan Dirimu Sendiri”
Seorang anak laki-laki terlahir dengan asumsi mendasar bahwa dunia ini adil, dan apa pun yang mengganggu gagasan itu adalah karena dia melakukan sesuatu yang salah. Reichert bercerita, “Saya melihat itu terjadi dengan putra saya sendiri. Suatu hari, tanpa alasan, anak lain di kelasnya menghampiri dan memukul perutnya. Saat menceritakan pertengkaran itu, anak saya memberi tahu perawat sekolah, "Saya pasti telah melakukan sesuatu yang membuatnya marah."
Padahal, kita tidak selamanya bertanggung jawab terhadap apa yang dirasakan dan dialami orang lain terhadap kita. “Hal-hal tertentu tidak bisa dimengerti. Terutama saat kita masih muda. Itulah yang sulit tentang pengalaman traumatis. Saat ada kejadian traumatis, kita akan cenderung menyalahkan diri sendiri,”. Seorang ayah perlu memberi tahu anak laki-lakinya bahwa setiap kali sesuatu yang buruk terjadi, hal itu tidak selalu disebabkan oleh kesalahannya. Ada jutaan faktor lain yang terlibat dalam setiap kejadian.
“Ayah Menyayangimu, dan Ayah Mengerti”
Ayah, mengekspresikan rasa sayang kepada anak laki-laki juga merupakan bagian penting dalam mendidik anak. Mungkin akan terasa aneh pada awalnya, atau sungkan, ketika Ayah ingin mengungkapkan kasih sayang kepada anak laki-laki dan menyatakan rasa cinta Ayah terhadapnya. Tapi, jangan pernah ragu mengucapkan kalimat “Ayah menyayangimu, dan Ayah mengerti” kepada anak ya. Selain melalui tindakan dan perbuatan sehari-hari, ucapan Ayah juga bisa mengingatkan anak bahwa dia dicintai, diperhatikan, dan orang tua akan selalu berusaha memahami.
Terkadang, kalimat-kalimat yang mencerminkan afeksi seperti ini sangat jarang diutarakan oleh ayah kepada anak laki-lakinya, padahal kalimat ini sangat ampuh menjadi pegangan anak. Anak akan merasa bahwa dirinya berharga di mata ayahnya, dan bahwa dia bisa menjadi dirinya sendiri se-autentik yang dia inginkan. Inilah yang akan membentuk karakter kuat pada anak di masa mendatang.
Sering-sering ucapkan 7 kalimat di atas yuk Ayah, dan perhatikan perubahan pada anak laki-laki Ayah ke depannya. Semoga bisa bermanfaat dalam proses parenthood ya!
Penulis: Yusrina
Editor: Dwi Ratih