7 Manfaat Teknik Komunikasi I-Message Agar Keluarga Harmonis
Pernahkah Ibu merasa bahwa anak sulit untuk didisiplinkan? Atau, pasangan sering mengulang kesalahan yang sama padahal sudah diberitahu berkali-kali?
Tahukah Ibu, bahwa ternyata faktor terbesar yang memengaruhi kesalahpahaman dan tidak tercapainya maksud perkataan Ibu seperti di atas terletak pada kesalahan komunikasi. Saat ingin menyampaikan maksud, diperlukan teknik komunikasi yang tepat agar lawan bicara tidak hanya mengerti, tapi juga tidak merasa tertekan dengan kalimat yang kita gunakan.
Salah satu teknik komunikasi yang bisa digunakan untuk memperbaiki interaksi dengan keluarga adalah “I-Message”. Laman Good Therapy menjelaskan bahwa konsep I-Message dikembangkan oleh Thomas Gordon, seorang psikolog klinis asal Amerika pada tahun 1960-an. I-Message merupakan teknik komunikasi yang mengedepankan perasaan penuturnya daripada menuding apa yang sedang dilakukan pendengar.
Teknik komunikasi ini membantu pendengar untuk tidak merasa disudutkan atau dipermalukan untuk apa yang sedang atau telah ia kerjakan. Penutur akan mengungkapkan perasaannya, atau akibat dari perbuatan pendengar, baru kemudian menjelaskan aksi dari pendengar.
Contoh sederhana dari ungkapan I-Message adalah : “Aku sangat capek hari ini karena harus mencuci baju banyak sekali. Aku berharap, kamu bisa bantu angkat jemuran dan lipat rapi kalau sudah kering nanti.”
Nah, dengan teknik komunikasi seperti ini, penutur bisa memilah kalimat yang ia ucapkan pada pendengarnya agar tetap terkesan tegas tanpa menyudutkan pendengar. Jika digunakan dengan benar, teknik komunikasi dengan I-Message dapat membantu memperkuat hubungan antar keluarga karena melibatkan kejujuran dan keterbukaan perasaan.
Tetapi ternyata ada juga yang keliru mengartikan konsep I-Message. Contohnya dengan membuat kalimat seperti ini, “Aku nggak suka ya kalau kamu pulang larut malam terus.” Meski ada kata ‘aku’ dan ada ungkapan perasaan dari penuturnya, sayangnya, interpretasi dari kalimat tersebut justru terdengar seperti menghakimi. Ini yang perlu diluruskan.
I-Message mengutamakan penggunaan bahasa yang netral untuk menyampaikan maksud agar tidak terkesan memojokkan lawan bicara. Dengan kata lain, tidak menghakimi, tidak menggunakan sindiran dan kode kebatinan kepada pasangan, apalagi anak.
Maka, jika dalam contoh penerapan I -Message sebelumnya, sebaiknya kalimat yang digunakan adalah, “Aku merasa nggak diperhatikan kalau kamu pulang larut malam terus, karena kamu jadi langsung tidur tanpa ngobrol dulu sama aku. Aku berharap, kamu bisa pulang lebih cepat dan banyak ngobrol sama aku.”
Nah, coba Ibu perhatikan kata-kata yang dicetak tebal. Untuk melihat dengan lebih jelas konsep dasar dari I-Message sebagai teknik komunikasi yang efektif, simak rumusan berikut ini:
Aku merasa
……………………….
Kalau
……...………..
Karena
………………
Aku berharap
………………….
Rumusan konsep I-Message ini bisa kok dipindah urutannya. Misalnya, kalimat bisa diubah menjadi “Kalau kamu pulang larut malam terus, aku merasa diabaikan karena kita jadi jarang ngobrol. Jadi, aku berharap kamu bisa pulang lebih awal”.
Dalam penerapan teknik komunikasi ini, penggunaan I-Message fokus pada reaksi dari penutur terhadap apa yang dilakukan lawan bicara. Bukan fokus pada hal yang dilakukan lawan bicara seolah tindakannya patut untuk disalahkan.
Tidak hanya pada pasangan, teknik komunikasi I-Message juga cocok untuk digunakan saat berinteraksi pada anak agar anak tidak langsung merasa disudutkan dan komunikasi menjadi efektif. Selain itu, teknik komunikasi ini juga fokus mengenali emosi dan situasi yang saling berkaitan, tegas tapi lembut dan pengutaraan ide atau solusi bisa disampaikan dengan baik.
Manfaat Teknik Komunikasi I-Message untuk Keharmonisan Keluarga:
I-Message bermanfaat untuk menyatakan perasaan dan maksud dengan jelas kepada anak atau pasangan.
Teknik komunikasi I-Message bisa menjadi cara yang sehat untuk mengelola emosi.
Dengan menggunakan I-Message berarti memberi kita kesempatan lain untuk mengekspresikan marah tanpa harus menyudutkan lawan bicara.
Meningkatkan kepercayaan dalam hubungan keluarga karena adanya kejujuran dan keterbukaan mengungkapkan perasaan saat menggunakan teknik komunikasi I-Message.
I-Message juga berguna untuk melatih anak (jika ia adalah lawan bicaranya) untuk lebih responsif dan berempati dengan perasaan orang lain terhadapnya.
Karena emosi sebaiknya tidak dipendam, I-Message membantu kita menunjukkan reaksi emosi terhadap apa yang dilakukan lawan bicara kepada kita dengan cara yang baik dan saling menjaga perasaan.
Ketika teknik I-Message sudah diterapkan dengan efisien, Ibu, anak, dan pasangan akan lebih mudah menemukan solusi jika ada masalah yang perlu dipecahkan bersama tanpa melibatkan urat marah.
Meski banyak memiliki manfaat, perlu diingat bahwa I-Message juga tidak bisa terlalu sering diaplikasikan. Pada anak misalnya, jika Ibu menggunakan I-Message terlalu sering, maka anak akan merasa bahwa perasaan Ibu lah yang lebih penting, sedang perasaan mereka tidak penting.
Nah, untuk menumbuhkan kepercayaan diri anak saat mengungkapkan perasaannya, Ibu juga bisa melatih anak menggunakan I-Message sebagai teknik komunikasi yang lugas tanpa menyakiti orang lain.
Menurut Center of Parenting Education, ada beberapa tips yang perlu diperhatikan agar penerapan I- Message bisa efektif di antara anggota keluarga. Beberapa di antaranya:
Menggunakan intonasi dan volume suara yang konsisten dan usahakan untuk tidak berteriak/membentak.
Katakan dengan jelas tentang kondisi yang sedang terjadi, hindari mengungkit-ungkit permasalahan di masa lalu yang sudah tuntas.
Hindari penggunaan kata “selalu” dan “tidak pernah”. Misalnya, “Kamu tidak pernah mendengarkan nasihat Ibu” atau “Ayah selalu saja lalai”.
Jangan melampiaskan emosi yang sangat besar kepada anak atau pasangan sehingga mereka merasa takut.
Penggunaan I-Message harus diimbangi dengan menunjukkan bahwa kita juga ingin memahami perasaan, mengapresiasi, dan mendengarkan I-Message versi lawan bicara. Misal, “Ibu tahu Kakak marah karena Ibu tadi pegang HP agak lama. Kakak pasti berharap Ibu lebih banyak memperhatikan Kakak kalau sedang bermain bersama ya?”
Jika perasaan yang ingin diekspresikan berupa emosi marah, sebaiknya upayakan untuk tenang terlebih dahulu. Lalu, gunakan kata-kata yang mendeskripsikan alasan kemarahan, bukan fokus pada rasa kecewa dan frustrasi yang dirasakan.
Contoh Penerapan I-Message pada Anak dan Pasangan
I-Message pada Anak
“Ibu sedih lihat mainan yang Ibu belikan kemarin sudah patah. Ibu berharap kamu merawat mainan kamu lebih baik lagi, jadi nggak cepat rusak dan kamu bisa terus memainkannya.”
“Papa suka sekali waktu Kakak bantu ambilin baju kerja Papa dari lemari. Terima kasih ya, karena sudah jadi anak yang mau membantu orangtua. Papa berdoa agar kamu bisa terus jadi anak yang menyayangi orangtua sampai kapan pun.”
“Ibu khawatir sekali kalau kamu belum sampai rumah saat sudah lewat jam pulang sekolah. Kamu sangat berharga bagi Ibu. Kalau kamu nggak bisa pulang tepat waktu segera kabari Ibu, atau pulang dulu dan bilang sama Ibu mau ke mana terus berangkat lagi.”
“Ayah sedih sekali kalau kamu marah sambil tendang-tendang kaki. Karena itu bisa menyakiti orang lain dan diri kamu sendiri. Ayah tahu kamu marah. Tapi kita bisa cari cara lain saat marah. Misalnya, lompat-lompat atau masuk kamar dan menangis saja sampai puas. Ayah dan Ibu akan selalu ada untuk mendengarkan keluh-kesahmu.”
I-Message pada Pasangan
“Sayang, aku akan sedikit lebih repot dari biasanya karena si Adik sudah harus MPASI. Sehingga aku harus masak dan menyuapinya. Aku minta tolong kamu cuci piring ya.”
“Ibu, Ayah belum tahu cara ganti popok anak bayi. Karena Ayah butuh belajar dulu, jadi tolong Ibu ajarin Ayah pelan-pelan ya. Pakai senyum, jadi kita sama-sama happy.”
“Sayang, aku ngerasa takut waktu sendirian di rumah karena kamu sering lembur saat weekend. Aku berharap kamu bisa berusaha meluangkan lebih banyak waktu di rumah sama aku setiap akhir pekan.”
Penerapan teknik komunikasi juga tidak luput dari tantangan karena tentu tidak mudah membiasakan hal baru bagi setiap anggota keluarga. Tetapi jika rutin dilakukan, hal ini bisa membawa dampak positif bagi hubungan keluarga. Mengutarakan perasaan bisa membantu mental lebih sehat karena unek-unek bisa dikeluarkan.
Perlu diingat bahwa saat menggunakan teknik komunikasi I-Message, amarah adalah hal kedua yang perlu dikeluarkan setelah kalimat positif dalam I-Message. Artinya, sebisa mungkin sampaikan teknik komunikasi ini dengan tenang meski rasanya sudah mau meledak. Cobalah menghitung sampai 10 lalu mulailah menyusun kalimat agar lawan bicara tidak merasa tersudutkan.
Anak-anak yang terbiasa menggunakan teknik komunikasi ini dalam keluarga akan terlatih rasa empatinya terhadap orang lain. Sehingga komunikasi di dalam keluarga jadi efektif dan kemampuan memahami kondisi lingkungan sosialnya juga akan semakin baik.
(Dwi Ratih)