7 Penyebab Stres bagi Ayah Baru dan Tips Mengatasinya
PENYEBAB stres bagi pria bisa bermacam-macam, terlebih ketika ia mengalami perubahan status dari suami menjadi seorang ayah. Di satu sisi, ia ingin menjadi orang yang bertanggung jawab terhadap keluarga, namun di sisi lain ayah bisa merasa kaget dengan banyaknya perubahan yang terjadi dalam hidupnya ketika seorang bayi menjadi anggota baru dalam keluarga kecilnya.
Situasi makin sulit mengingat tidak banyak buku parenting yang membantu calon ayah mempersiapkan diri dalam menghadapi peran barunya tersebut, tidak seperti calon ibu yang memiliki banyak referensi tentang cara menjalani perannya sebagai ibu baru demi terhindar dari baby blues hingga depresi pospartum. Kondisi ini tidak jarang membuat para calon ayah tidak siap dengan kerasnya kehidupan setelah memiliki anak.
Padahal, penting juga bagi para calon ayah maupun ayah baru untuk menghindari segala penyebab stres demi kelangsungan hidup mereka dan keluarga juga. Sama seperti yang dirasakan oleh ibu, penyebab stres yang tidak cepat ditangani bukan tidak mungkin bisa membuat ayah depresi.
Penyebab Stres yang Sering Dirasakan Ayah Baru
Memiliki keturunan adalah anugerah yang tidak ternilai harganya bagi keluarga manapun, terlebih jika pasangan suami istri tersebut sudah lama menanti kehadiran buah hati. Ketika bayi hasil cinta ibu dan ayah lahir ke dunia, ibu dan ayah merasa keluarga kecil ini sudah lengkap sehingga ayah dan ibu merasa sangat bahagia.
Tetapi, tanpa mengurangi rasa syukur, kehadiran bayi ternyata bisa menjadi penyebab stres, tidak terkecuali bagi ayah. Sebagai kepala keluarga, ayah dituntut untuk selalu terlihat tegar, kuat, dan tidak pernah lelah, termasuk dalam membantu ibu mengurus bayi baru lahir, padahal ayah juga bisa merasakan berbagai penyebab stres.
Ayah mungkin terlihat mengasuh bayi lebih jarang dibanding ibu, apalagi ibu yang memilih menyusui langsung bayinya dan tanpa menggunakan bantuan pengasuh. Namun, bukan berarti peran ayah lebih kecil dalam pengasuhan bayi.
Rata-rata, mereka dihadapkan pada kewajiban baru untuk menyeimbangkan pekerjaan di kantor dengan di rumah, belum termasuk kegiatan penyaluran hobi jika ada. Secara garis besar, semenjak memiliki bayi, ayah harus bekerja dalam kondisi kurang tidur dan pulang dalam keadaan rumah yang lebih berantakan dari biasanya. Ini mungkin terlihat sepele, tapi sebetulnya bisa jadi penyebab stres juga lho.
Berikut 9 penyebab stres yang biasanya dialami oleh ayah baru.
Kondisi kehidupan pernikahan yang berubah setelah punya anak
Mau atau tidak mau, suka atau tidak suka, kehidupan pernikahan akan berubah setelah kehadiran bayi. Saat sudah menikah namun belum punya anak, ibu dan ayah punya banyak waktu untuk berduaan dan menyediakan waktu untuk pasangan. Tetapi prioritas itu akan berubah ketika bayi sudah lahir karena tentu perhatian utama ibu dan ayah adalah si bayi kecil dan ini bisa menjadi penyebab stres yang pertama dirasakan oleh ayah baru.
Meskipun demikian, ibu dan ayah sebaiknya mulai mengubah pola pikir bahwa kehadiran anak bukan berarti hanya menambah beban rumah tangga, namun juga sebagai cara menguatkan hubungan pernikahan itu sendiri. Berikut beberapa tips yang bisa ibu dan ayah jalankan demi mengurangi penyebab stres akibat terlalu tenggelam dalam kegiatan mengurus bayi:
Agendakan waktu berduaan dengan pasangan minimal seminggu atau sebulan sekali, walaupun ibu dan ayah hanya menonton film bersama di rumah atau makan siang di restoran dekat rumah
Jangan lupakan ‘me time’. Ibu dan ayah bisa bergantian memiliki waktu sendiri di luar mengurus bayi. Me time sangat berguna untuk menyembuhkan kepenatan mental orangtua
Jangan terlalu mengandalkan ibu dalam mengurus bayi. Sebaliknya, ayah harus sesekali membantu ibu agar tidak kaget ketika diminta oleh ibu untuk bergantian mengurus bayi
Frekuensi berhubungan intim berkurang drastis
Ketika bayi lahir, ayah dan ibu dipastikan mengerem sementara keinginan untuk berhubungan intim. Lamanya waktu hiatus ini juga tergantung cara ibu melahirkan bayi. Jika ibu melahirkan dengan cara vaginal alias kelahiran spontan, butuh waktu 4 hingga 6 minggu bagi organ intim ibu untuk pulih. Sedangkan ibu yang melahirkan lewat operasi cesar butuh waktu yang lebih panjang, yakni bisa hingga 3 bulan.
Bahkan ketika ibu sudah pulih secara medis tersebut, libidonya untuk berhubungan seks tidak lantas kembali seperti semula atau dengan kata lain mengalami penurunan hasrat untuk berhubungan intim. Perubahan drastis inilah yang kerap menjadi salah satu penyebab stres bagi ayah, apalagi jika sebelumnya ayah dan ibu memiliki frekuensi hubungan intim yang rutin dan sering.
Kadang kala, ibu takut untuk kembali melakukan hubungan intim setelah melahirkan karena tidak ingin memikirkan kemungkinan untuk hamil kembali dalam waktu dekat. Untuk masalah ini, memasang alat KB bisa menjadi solusi agar ibu lebih tenang ketika kembali berhubungan seks dengan ayah setelah ia melahirkan.
Meskipun demikian, studi menunjukkan penurunan libido seks juga bisa dirasakan oleh ayah, apalagi di awal-awal bulan kelahiran bayi. Pasalnya, di tiga bulan pertamanya, bayi masih belum bisa membedakan pagi dan malam sehingga ibu dan ayah masih harus bergantian bangun pada tengah malam sehingga mengakibatkan kelelahan yang berujung pada keengganan pasangan untuk melakukan hubungan seks.
Beban finansial
Pria dan wanita memiliki penyebab stres sendiri-sendiri ketika dinobatkan sebagai orang tua baru. Bagi laki-laki dengan status sebagai ayah baru, penyebab stres itu biasanya berhubungan dengan kondisi finansial, misalnya jumlah tabungan yang akan lebih tergerus, nominal tanggungan sehari-hari yang jumlahnya makin bengkak, serta pemikiran ke depan mengenai biaya pendidikan yang semakin mahal.
Uang memang bukan segalanya, tapi bagi ayah yang sekaligus menyandang beban sebagai pencari nafkah keluarga, tanpa uang maka keluarga ini tidak akan bisa apa-apa. Untuk meringankan penyebab stres ini, ayah bisa membicarakan baik-baik dengan ibu dan mencari solusinya bersama-sama ya.
Kurang tidur
Ayah mungkin sudah sering tidur larut malam sebelumnya, misalnya karena tuntutan profesi, menonton televisi, atau berkegiatan di luar rumah, sehingga membayangkan mengasuh bayi di tengah malam akan terasa ringan.
Ini anggapan yang salah!
Mengasuh bayi di tengah malam tetap akan sangat menguras energi ayah dan ibu karena harus dilakukan sepanjang malam dan setiap hari. Belum lagi, jika bayi ibu dan ayah merupakan tipe bayi rewel yang sulit ditenangkan sehingga bisa menjadi penyebab stres yang lain lagi.
Bayi baru lahir alias newborn memang memiliki jam tidur yang sering, yakni hingga 16 jam sehari, namun durasi tidurnya sangat singkat, yakni 1 hingga 2 jam dan bisa lebih singkat di malam hari. Newborn juga biasanya menangis rata-rata 2 jam sehari sampai mereka berusia sekitar 6 minggu.
Jam tidur bayi baru agak panjang ketika usianya sekitar 3 bulan, salah satu faktornya ialah volume lambung mereka yang sudah lebih besar sehingga bisa menampung lebih banyak susu atau air susu ibu (ASI) dalam satu sesi menyusui alias mereka merasa kenyang lebih lama. Saat inilah, ayah dan ibu bisa mulai bernapas lega karena bayi sudah bisa tidur 4 hingga 5 jam di malam hari yang membuat orang tua tidak usah lagi begadang.
Menghadapi ibu
Tidak diragukan lagi bahwa seorang perempuan akan mengalami banyak perubahan setelah melahirkan, terutama di masa-masa awal kelahiran sang buat hati. Mulai dari fisiknya yang belum kembali pulih seperti sebelum hamil, apalagi jika ibu melahirkan lewat operasi caesar atau mengalami komplikasi lainnya. Belum lagi, kondisi eksternal yang bisa menjadi penyebab stres bagi ibu, misalnya ASI yang tidak langsung keluar, bayi yang menolak menyusu, maupun adanya kritik dari sekelilingnya soal pola mengasuh bayi yang mungkin bisa menyakiti hati bahkan menyebabkan baby blues.
Di sinilah ayah harus banyak-banyak bersabar ketika menghadapi sang kekasih hati yang masih rawan mengalami mood swing. Meski kadang kala perubahaan dalam diri ibu juga merupakan salah satu penyebab stres bagi ayah, ada baiknya ayah lebih waspada terhadap kondisi ibu, terutama jika ia menunjukkan indikasi depresi pasca melahirkan.
Pekerjaan menumpuk
Salah satu kekurangan menjadi ayah dibanding menjadi ibu baru ialah tidak adanya cuti panjang untuk membantu ibu menghadapi bulan-bulan pertama mengasuh bayi. Bagi ayah baru yang juga memiliki tanggung jawab di kantor, hal ini bisa menjadi penyebab stres karena ayah akan merasa pekerjaan tidak ada habisnya.
Di kantor, ayah tetap dituntut menyelesaikan pekerjaan seperti biasa, bahkan lembur karena alasan tertentu. Ketika pulang ke rumah, ayah kembali harus bergelut dengan kesibukan membantu ibu mengurus si kecil, seperti menggendong, menggantikan popok kotornya, maupun hal yang terlihat kecil seperti memegangi botol susu si bayi.
Tiba-tiba, ayah merasa waktu 24 jam satu hari hanya cukup untuk melakukan kegiatan yang justru menumpuk faktor-faktor penyebab stres. Bukan tidak mungkin, pekerjaan ayah pun ikut jadi berantakan.
Tidak bisa melakukan hobi
Biasanya, ayah suka menyalurkan hobi sebagai salah satu cara melepas penat setelah seharian bekerja. Namun, ketika menyandang status sebagai ayah baru, tidak ada lagi waktu untuk sekedar duduk di beranda sambil dengan tenang menyesap secangkir kopi, atau bermain game dengan nyaman sambil bermalas-malasan di tempat tidur, apalagi menyempatkan diri untuk menekuni hobi travelling yang sebelumnya menjadi kebiasaan minimal sebulan sekali.
Nah, berbagai batasan ini merupakan penyebab stres yang juga biasa ditemui pada ayah baru. Apalagi, jika sebelumnya ayah dan ibu biasa melakukan hobi bersama-sama.
Cara Mengatasi Stres dalam Menjalani Peran Ayah Baru
Kadang kala, penyebab stres di atas begitu saja hadir dalam benak ayah sehingga ayah tidak dapat menghindar sekalipun sudah melakukan berbagai persiapan sebelum si buah hati hadir ke dunia. Ayah mungkin merasa semenjak si kecil lahir, banyak pekerjaan yang harus diselesaikan, tapi waktu yang ayah miliki semakin sedikit.
Tetapi, ingatlah bahwa sekalipun ayah merasakan hadirnya penyebab stres tersebut, fase yang melelahkan ini akan segera berlalu. Berikut tips untuk mengurangi beban pikiran ayah dalam menjalani peran sebagai ayah baru:
Ikut berperan merawat bayi
Ayah mungkin melihat bayi sebagai makhluk kecil yang sangat ringkih sehingga tidak berani ikut merawatnya bersama ibu. Namun, para ahli justru menyarankan ayah agar terlibat dalam pola asuh bayi dengan tidak segan bertanya kepada ibu atau orang yang lebih mengerti mengenai cara merawat bayi. Camkan bahwa jalan terbaik untuk mengetahui cara mengganti popok, memandikan bayi, hingga menidurkannya ialah dengan mencoba melakukannya sendiri.
Semakin lama ayah menunda untuk membantu ibu merawat bayi, semakin sulit ayah akan bisa merawat bayi itu sendiri. Ibu juga bisa semakin sering marah-marah lho.
Jaga hubungan dengan istri
Ketika nenek datang ke rumah, ayah bisa minta tolong untuk menitipkan bayi sebentar demi mengajak ibu untuk mengobrol atau sedikit melepas penat dengan mengajaknya jalan-jalan ke taman atau tempat makan terdekat. Sekalipun ayah dan ibu sibuk dan lelah mengurus bayi, jangan lupa untuk selalu menjaga komunikasi dengan pasangan agar ikatan pernikahan tidak renggang.
Kerja sesuai kemampuan
Sebagai pencari nafkah, ayah juga harus menjaga performa di kantor sekalipun sering berangkat kerja dalam keadaan lelah setelah semalaman mengasuh bayi. Dalam 6 bulan pertama pengasuhan bayi, sebaiknya ayah hanya bekerja sesuai kemampuan, tidak mengambil lembur, tidak berambisi naik jabatan, atau mengambil dinas ke luar kota jika memungkinkan. Di fase-fase awal kelahiran bayi, sebaiknya ayah fokus membantu ibu menjaga bayi agar ibu tidak stres, tapi kinerja ayah tidak dikeluhkan oleh rekan maupun atasan.
Memanggil bala bantuan
Jika memang ayah dan ibu terlalu lelah mengurus bayi karena banyak hal, tidak ada salahnya memanggil bantuan, misalnya meminta tolong orang tua atau kerabat untuk menginap di rumah selama beberapa minggu atau bulan hingga menyewa baby sitter untuk membantu merawat bayi. Ibu dan ayah juga bisa memesan makanan di warung makan, menitipkan baju kotor ke laundry, dan lain-lain demi menjaga fisik dan mental agar tetap sehat.
Me time
Sekalipun ayah hanya pergi ke luar untuk membeli minuman kesukaan di mini market, hal ini bisa menjadi pelepas stres setelah seharian di rumah mendengar bayi menangis. Atau ayah bisa menonton film via streaming untuk melepas penat. Apapun me time yang dipilih, pastikan hal itu berkualitas sekalipun hanya dilakukan dalam durasi yang sebentar.
Depresi Ayah Baru
Istilah postpartum depression alias depresi setelah melahirkan yang dialami oleh ibu pasca melahirkan mungkin sudah awam terdengar dan dibahas di berbagai buku parenting. Bagaimana dengan paternal postnatal depression (PPND)?
PPND pada dasarnya sama dengan postpartum depression, yakni depresi yang terjadi setelah ibu melahirkan, namun PPND dirasakan oleh sang ayah baru. Berdasarkan laporan yang diterbitkan dalam Jurnal Asosiasi Kedokteran Amerika, 10% ayah baru di dunia menunjukkan gejala PPND mulai dari ketika istri mereka baru memasuki trimester pertama kehamilan hingga saat bayi berusia 6 bulan.
Sebuah studi pada 2014 bahkan menunjukkan bahwa para ayah baru memiliki potensi hingga 68% menderita depresi di tahun pertama usia bayi mereka. Sama seperti yang dialami oleh ibu saat menderita postpartum depression, penyebab stres hingga depresi yang dialami para ayah baru juga banyak dipengaruhi oleh hormon.
Meskipun demikian, depresi berbeda dengan stres akibat memiliki bayi alias Daddy Blues. Jika ayah ‘hanya’ menderita stres, perasaan itu akan hilang jika ia menghilangkan penyebab stres itu sendiri, misalnya dengan menikmati me time, merasakan tidur yang berkualitas, hingga bertemu dengan teman-teman lama atau menyalurkan hobi.
“Jika ayah terus merasa stres selama lebih dari dua minggu, mungkin yang ia rasakan ialah depresi sehingga yang harus ia lakukan adalah menemui tenaga medis dan meminta pertolongan. Depresi yang tidak tertangani bisa menjadi lebih buruk di kemudian hari,” kata Dr Will Courtenay, PhD, salah satu pendiri situs yang membahas mengenai penyebab stres atau depresi pada ayah SadDaddy.com.
Ciri-ciri depresi yang dialami oleh ayah baru di antaranya:
Ia menjadi cepat marah atau lebih mudah tersinggung dari biasanya
Ia menjaga jarak dengan ibu dan/atau bayinya
Ia tiba-tiba suka berjudi, mabuk-mabukan, mengonsumsi narkoba, atau melakukan kegiatan yang membahayakan nyawanya
Ia tidak bersemangat ketika melakukan hal yang dahulu sangat disukainya
Ia pernah mengatakan bahwa dirinya tidak berguna atau bahkan menyatakan keinginan untuk bunuh diri
Ia menghabiskan lebih banyak waktu untuk bekerja dibanding berada di rumah
Jika ibu menemukan tanda-tanda di atas dalam diri ayah, sebaiknya segera temui tenaga medis untuk berkonsultasi. Apalagi, jika keadaan itu sudah berlangsung lebih dari satu minggu, ada keluarga atau kerabat ayah yang pernah mengalami depresi, dan ibu sudah melakukan segala cara untuk menghiburnya, tetapi tidak ada tanda-tanda ayah lepas dari penyebab stres yang dideritanya.
(Asni / Dok. Freepik)