8 Resolusi Tahun Baru Paling Realistis untuk Para Ibu
Selain identik dengan kembang api, bergantinya tahun juga kerap "dibanjiri" dengan unggahan orang di media sosial tentang resolusi tahun baru versi mereka masing-masing. Bagi para pekerja, biasanya salah satu resolusi awal tahunnya adalah mencapai target baru di kantor. Mahasiswa tingkat akhir yang sedang berjuang menyelesaikan skripsi juga kerap menuliskan “lulus” atau “wisuda” sebagai resolusi tahun baru versinya. Banyak orang menganggap resolusi dapat membantunya lebih fokus menjalani kehidupan satu tahun ke depan.
Nah, bagaimana dengan Ibu?
Seorang Ibu, walau mungkin lebih banyak menghabiskan waktu di rumah, tetap bisa membuat daftar resolusi tahun baru supaya lebih termotivasi dan semangat dalam menggapai sesuatu. Dilansir dari Reading Eagle, membuat resolusi awal tahun dapat membantu seseorang menetapkan tujuan sehingga hidupnya lebih terarah. Mereka juga dapat menjadikan kegiatan tersebut sebagai kesempatan untuk refleksi, apa saja kira-kira yang tidak berhasil di masa lalu dan perlu diubah di masa depan.
Resolusi Tahun Baru 2021 untuk Para Ibu
Tahun 2020 merupakan tahun yang berat dan mengagetkan bagi semua orang. Pandemi yang hingga kini belum juga berakhir, memaksa kita mengubah banyak hal, membatalkan rencana, atau menunda target yang mungkin jadi resolusi awal tahun lalu. Meski kondisi saat ini masih serba tidak pasti dan sulit diprediksi, membuat resolusi tahun baru tetap bisa jadi solusi bagi para Ibu dalam menjalani hari demi hari. Tak perlu membuat resolusi yang muluk-muluk, berlebihan, dan sulit dilakukan. Lebih baik membuat resolusi sederhana yang lebih realistis dan mudah dicapai, sehingga dapat membawa perubahan positif bagi Ibu dan keluarga. Apa saja resolusi tahun baru yang paling realistis dilakukan tahun 2021 ini?
Lebih menyayangi diri sendiri dengan meluangkan waktu me-time sesekali
“Me-time” adalah kegiatan esensial yang sayangnya masih banyak dianggap remeh oleh para Ibu. Tidak sedikit Ibu yang urung melakukannya karena ragu meninggalkan anak atau pekerjaan rumah, serta takut dicap egois. Padahal, seperti para pekerja kantoran yang punya hak cuti, Ibu pun juga berhak meluangkan waktu me time sesekali.
Me time dapat diibaratkan sebagai waktu untuk recharging atau mengisi ulang daya pada baterai. Baterai yang tidak pernah diisi daya, lama kelamaan akan mati dan tidak bisa digunakan. Sebaliknya, baterai yang rutin dicas akan dapat berfungsi kembali. Begitu pula seorang Ibu. Ibu yang setiap hari disibukkan dengan urusan rumah tangga dan kerap mengabaikan kepentingannya sendiri, akan lebih rentan stres dibanding mereka yang setiap minggu meluangkan waktu beberapa jam untuk memanjakan diri.
Me time bukanlah sesuatu yang buruk yang menunjukkan keegoisan seorang Ibu. Justru me time adalah salah satu wujud self care atau bentuk menyayangi diri sendiri. Ibu yang mampu mencintai dirinya sendiri cenderung lebih bahagia, sehingga dapat merawat keluarga dengan penuh cinta.
Belajar lebih ikhlas dan menerima kondisi rumah yang sering berantakan
Banyak Ibu ingin rumah yang rapi dan bersih sepanjang hari. Sayangnya, saat sudah memiliki anak, kondisi tersebut hampir mustahil diwujudkan. Baru saja dirapikan, eh, beberapa menit kemudian sudah berantakan lagi. Tak jarang kondisi seperti ini membuat Ibu stres dan mudah marah. Padahal hal seperti itu sangat wajar terjadi, apalagi jika Ibu tidak memiliki asisten rumah tangga.
Alih-alih ingin jadi lebih rajin bebersih di 2021, kenapa tidak belajar lebih ikhlas menerima kondisi rumah yang berantakan, sebagai resolusi tahun baru ini? Psikiater Alexandra Sacks, dalam The Everymom, mengatakan bahwa seharusnya seorang Ibu dapat mengubah perspektifnya mengenai kondisi berantakan ini dengan lebih menerima dan menganggapnya hal normal. Sesekali membiarkan rumah berantakan bukanlah sebuah kesalahan.
Menurunkan standar perfeksionis agar tidak mudah lelah dan stres
Sebagian besar Ibu ingin kondisi rumah dan keluarganya sesempurna mungkin, seperti rumah yang selalu rapi, anak yang selalu menghabiskan makanannya, isi lemari yang tidak pernah berantakan, atau benda-benda dapur yang selalu ada pada tempatnya. Menjadi perfeksionis memang tidak sepenuhnya salah, namun seringnya sifat ini sangat melelahkan bagi seorang Ibu.
Jika dulu Ibu adalah orang yang perfeksionis, setelah berkeluarga mungkin Ibu perlu menurunkan standar “sempurna” Ibu supaya tidak mudah lelah dan stres. Karena tak bisa dimungkiri, kesempurnaan kerap menjadi sesuatu yang mustahil dicapai setelah berkeluarga, apalagi kalau sudah ada anak di rumah.
Menerapkan aturan bebas gadget di rumah untuk waktu yang lebih berkualitas bersama keluarga
Hal sederhana lain yang bisa jadi resolusi tahun baru bagi Ibu adalah menerapkan gadget free di rumah. Saat ini banyak orangtua yang sulit lepas dari gadget ketika bersama anak, entah karena sambil bekerja atau sekadar keep in touch dengan dunia maya. Sulit sekali memang untuk bisa benar-benar melepas gadget saat bersama anak, apalagi saat ini sebagian aktivitas kita juga berpusat di dunia maya. Namun, bukan berarti itu bisa jadi alasan untuk orangtua terus-terusan memegang gadget. Sisihkan beberapa jam waktu yang Ibu dan Ayah miliki untuk quality time bersama keluarga. Terapkan aturan bebas gadget untuk semua anggota keluarga, misalnya setiap 2 jam setiap harinya, atau pada waktu-waktu yang bisa disepakati bersama.
Meluangkan waktu untuk olahraga 2-3 kali dalam seminggu
Bagi sebagian Ibu, olahraga mungkin termasuk kegiatan yang berat. Padahal aktivitas ini memiliki banyak sekali manfaat. Olahraga dapat membantu tubuh melepaskan hormon endorfin, hormon untuk mengurangi rasa sakit dan memicu energi positif, seperti dilansir dari Webmd. Rutin berolahraga juga bisa membantu mengurangi stres, menurunkan risiko depresi, meningkatkan kualitas tidur, serta meningkatkan rasa percaya diri. Kalau efeknya bagi kesehatan tentu tidak perlu ditanya. Olahraga dapat membantu tubuh lebih fit, memperkuat jantung, menurunkan tekanan darah, memperkuat otot dan tulang, dan masih banyak lagi.
Jika Ibu tidak terbiasa olahraga, mulai dengan rutinitas yang ringan-ringan dulu, seperti jalan kaki sekian kilometer, bersepeda, berenang, atau Ibu bisa mencoba gerakan-gerakan senam yang mudah dan banyak ditemukan di Youtube.
Melakukan detoks media sosial selama kurun waktu tertentu
Beristirahat sejenak dari media sosial juga bisa jadi resolusi tahun baru para Ibu. Meski banyak hal positif yang bisa ditemukan di sana, tapi media sosial juga menyimpan berbagai hal negatif yang seringnya tanpa sadar memengaruhi suasana hati atau pikiran penggunanya. Detoks media sosial bisa jadi solusi bagi Ibu yang seringkali lelah mengikuti “arus” informasi di sana. Ibu bisa me-log out akun untuk sementara, misalnya satu atau dua minggu setiap bulannya. Mengenai durasinya bisa disesuaikan dengan keinginan Ibu. Selama melakukan detoks ini, Ibu bisa memperbanyak waktu bersama keluarga, melakukan hal-hal positif, dan lain sebagainya.
Berbagi lebih banyak tugas domestik bersama suami
Tugas domestik adalah tugas yang tidak pernah ada habisnya. Walau hari sudah malam, terkadang Ibu masih ada tugas untuk menyelesaikan pekerjaan yang belum sempat disentuh. Jika tahun-tahun sebelumnya Ibu lebih banyak segan saat ingin menyuruh suami menyelesaikannya, atau mungkin suami juga tidak peka karena memang Ibu tidak pernah minta, untuk tahun ini cobalah untuk lebih banyak berbagi tugas dengannya. Sampaikan jika tugas-tugas itu membuat Ibu kewalahan dan butuh bantuan. Berbagi tugas dengan adil dapat memberikan Ibu lebih banyak waktu “bernafas”.
Menentukan dan menjadwalkan satu kebiasaan menyenangkan setiap hari
Memiliki kebiasaan menyenangkan setiap hari bisa jadi salah satu hal yang membuat kita semangat menyambut esok hari. Kebiasaan ini dapat berupa kegiatan sederhana misalnya menyeduh teh di pagi hari, membuat kopi setelah sarapan, atau memakai rangkaian skincare dan parfum favorit, apapun yang dapat membuat mood meningkat dan bahagia. Ibu bisa menjadikan ini sebagai salah satu resolusi tahun baru, menentukan jadwalnya secara rutin atau bisa juga disesuaikan dengan jam tidur dan bangun anak.
Itulah beberapa hal yang bisa dijadikan resolusi tahun baru untuk para Ibu. Pastikan Ibu juga mengomunikasikannya dengan pasangan ya, supaya ia bisa memahami saat Ibu berusaha mewujudkan salah satunya. Semangat ya, Bu!
Penulis: Darin Rania
Editor: Dwi Ratih