9 Cara Mengurangi Stres Dalam Keluarga
Orang bilang, sebaiknya menunggu mapan lahir dan batin untuk menikah. Kalimat tersebut mungkin ada benarnya juga, ya. Karena berkeluarga itu pasti ada rintangannya, maka dibutuhkan kematangan dan kemapanan untuk menghadapinya. Misalnya, ada yang mengalami gangguan keuangan, ada keluarga yang sakit, dan hal lainnya.
Tantangan tersebut sering menimbulkan stres dalam keluarga. Lalu, gimana, ya, cara menghadapi dan mengurangi stres dalam keluarga? Yuk, simak beberapa tips seperti dilansir dari laman heatlhline berikut:
Komunikasi yang Baik Meredakan Stres Dalam Keluarga
Ada banyak hal yang bisa menjadi pemicu stres dalam keluarga. Seperti penghasilan yang nggak mencukupi, anak bermasalah di sekolah, hingga hubungan suami-istri yang merenggang.
Jika Ibu mengalami masalah, maka jangan berdiam diri. Mari segera selesaikan stres dalam keluarga dengan cara berkomunikasi yang bijak. Mulailah dengan membicarakan apa yang mengganggu Anda pada pasangan. Jika kita diam saja, mungkin suami juga nggak menyadari bahwa sedang ada masalah, kan?
Berbagi Tugas Rumah Tangga
Capek bisa memicu stres dala keluarga, lho, makanya kita mesti berbagi tugas untuk saling meringankan. Ada banyak cara berbagi tugas di dalam keluarga. Contoh yang paling umum, adalah Ayah bekerja mencari uang dan Ibu yang mengerjakan tugas di rumah.
Tapi, berbagi tugas nggak hanya dengan pola itu, lho. Ayah juga mesti punya peran dalam bentuk lain bagi anak, misalnya membantu anak membuat tugas sekolah atau berbagi tugas rumah tangga dengan Ibu. Ibu pun bisa membantu Ayah dalam mencari penghasilan sampingan dan mengatur keuangan keluarga.
Jangan lupa, untuk anak yang sudah lebih besar, mereka juga mesti dilibatkan dalam tugas keluarga, misalnya membantu Ibu melipat pakaian atau merapikan mainan adik.
Menghabiskan Waktu Bersama Keluarga
Stres dalam keluarga bisa membuat hubungan Anda menjadi renggang. Untuk menghangatkan kembali hubungan Anda, coba, deh, menghabiskan waktu bersama orang-orang tercinta.
Misalnya pergi liburan atau sekadar pergi makan bersama ke restoran. Manfaatkan momen indah ini untuk menanyakan kegiatan anak di sekolah, untuk menanyakan kondisi pekerjaan suami di kantor, dst.
Tinggalkan Masalah Pekerjaan di Kantor
Ketika bekerja, pasti ada saja deh, masalah yang terjadi. Entah itu masalah dengan rekan, atau klien yang nggak puas dengan hasil pekerjaan kita. Belum lagi, lelah yang dihadapi selama di perjalanan.
Ketika di kantor, kita mungkin harus ‘memasang’ wajah seakan nggak terjadi apa-apa, tapi biasanya, sesampainya di rumah, kita secara nggak sengaja memperlihatkan rasa lelah dan kesal kita di hadapan keluarga.
Bahkan, anggota keluarga seringkali menjadi imbas dari kekesalan kita. Untuk mengatasi hal ini, yuk, kita belajar meninggalkan masalah kantor, di luar rumah.
Mengasihi Anak dengan Seimbang
Stres dalam keluarga juga bisa dialami oleh anak. Banyak anak yang merasa tidak dicintai dengan adil oleh kedua orang tua. Orang tua, secara nggak sadar sering membandingkan anak yang satu dengan yang lain, atau bahkan dengan anak orang lain. Ada juga orang tua yang memprioritaskan anak tertentu saja. Hal-hal ini bisa bikin anak merasa nggak dihargai, loh.
Memperbaiki Hubungan Demi Anak
Masalah di antara suami-istri adalah hal biasa, dan nggak ada hubungan yang berjalan mulus seratus persen. Namun, cobalah melakukan berbagai cara untuk memperbaiki hubungan Anda dan pasangan jika memang ada masalah.
Melihat kedua orang tuanya nggak akur, pastinya menyakitkan buat anak-anak. Apalagi jika pernikahan Ibu dan Ayahnya berujung ke perceraian. Simak yuk beberapa dampak negatif mengenai anak-anak ‘broken home’ seperti yang dilansir dari babygaga berikut ini.
Perceraian orang tua dan ingatan akan perpisahan, bisa memicu rasa takut dan mimpi buruk (nightmare) pada anak.
Menjadi korban perpisahan orang tua, bisa mengubah sifat anak. Anak cenderung menjadi tidak patuh, bahkan melakukan tindak kekerasan pada orang tuanya, keluarga dan orang lain.
Ini adalah salah satu cara anak untuk menunjukkan emosinya, yang jika nggak dikendalikan, bisa menjadi kebiasaan dan berdampak negatif bagi keseharian dan masa depan anak.
‘Broken home’ memicu perilaku anti sosial. Anti-social behavior adalah gangguan yang ditandai dengan perilaku tidak mengindahkan, terutama pada aturan yang ada di masyarakat atau perilaku menyimpang yang dilakukan berulang.
Beberapa ciri khas dari perilaku ini misalnya manipulatif, mengabaikan hak orang lain, tidak memiliki empati pada orang lain, atau merasa lebih hebat dari orang lain. Perilaku anti sosial ini berbeda, ya, dengan perilaku asosial, yang bermakna kegagalan kepribadian yang ditandai dengan menarik diri atau menghindar dari interaksi sosial.
Anak korban perpisahan orang tua cenderung ‘matang’ sebelum waktunya. Masa anak-anak semestinya indah, namun sebagai dampak dari perpisahan orang tuanya, nggak jarang anak mesti menghadapi kenyataan bahwa ada kebutuhannya yang nggak terpenuhi.
Untuk mengatasi hal ini, maka anak ‘memaksa dirinya’ untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri. Hal ini bisa berdampak pada bagaimana cara anak memandang arti kehidupan.
Salah satu efek yang terjadi misalnya, saat si anak dewasa dan sudah bisa menghasilkan uang, mereka cenderung menghabiskan uang tersebut, karena nggak ingin merasa susah lagi seperti di masa kecilnya dulu.
Anak akan mengalami lonjakan kesedihan, dan tingkat keparahannya tergantung dari seperti apa perpisahan orang tua yang ia saksikan. Kesedihan anak ini seringkali menjadi akar dari gangguan kejiwaannya.
Memperbaiki Hubungan Dengan Keluarga Besar
Nggak semua orang bisa akur dengan mertua atau keluarga besar dari pasangannya. Ada, kok, yang nggak akur dengan mertua atau ipar. Di dalam keluarga, mungkin ada mertua atau ipar yang terlalu banyak ikut campur, suka mengatur atau banyak menuntut.
Jika kita melihat konflik ini terjadi pada keluarga kita, maka kita mesti mencari cara untuk menjembatani permasalahan tersebut agar stres dalam keluarga tidak berlarut-larut.
Bersyukur dan Berterima kasih
Di dalam setiap keluarga, pasti ada saja kekurangannya. Salah satu contoh yang umum menjadi masalah adalah gangguan keuangan. Dengan keuangan yang dirasa nggak memadai, seringkali menimbulkan stres dalam keluarga.
Daripada memperkeruh suasana dengan bertengkar, ada baiknya kita mencari jalan keluar yang baik, misalnya ikut mencari uang. Selain itu, kita juga mesti mengoreksi diri, mungkin saja, kan, kita yang belum tepat mengatur uang belanja. Pun, kita harus tetap bersyukur dan berterima kasih pada pasangan, setidaknya masih ada banyak kebutuhan kita lainnya yang terpenuhi.
Mengatur Keuangan Dengan Baik
Salah satu hal yang paling banyak diperdebatkan dalam rumah tangga adalah tentang uang, dan masalah keuangan adalah salah satu penyebab dari perceraian.
Ya, karena uang dan stress saling terkait. Untuk itu, mari mengatur keuangan dengan lebih bijak. Berikut adalah beberapa tips mengatur keuangan dalam rumah tangga.
Semua mesti serba terencana
Misalnya, sebelum memulai program hamil, sebelum mengambil cicilan untuk kendaraan, mendaftarkan anak ke sekolah yang anggarannya sesuai dengan kemampuan, dst.
Menambah penghasilan
Jika merasa penghasilan nggak cukup, maka Anda sebaiknya mencari penghasilan tambahan. Side job, bisa dari berjualan atau lainnya. Bahkan jika penghasilan Anda memadai, pekerjaan sampingan bisa menjadi tambahan bagi tabungan dan menjadi cadangan dana buat Anda.
Mengatur keuangan per pos
Cara ini bisa Anda coba jika Anda ingin belajar disiplin mengatur keuangan. Caranya, tentukan setiap pos kebutuhan. Misalnya, uang transportasi, uang belanja (makanan dan kebutuhan sehari-hari), tagihan listrik, asuransi kesehatan, dst. Kemudian, hitung berapa kebutuhan Anda dan masukkan uang sejumlah kebutuhan tersebut, masing-masing dalam satu amplop.
Jadi, setiap bulan, Anda menggunakan hanya uang yang ada pada tiap amplop. Kuncinya adalah disiplin. Trik ini bikin Anda nggak selalu punya alasan untuk ‘tarik uang’ di rekening Anda. Jangan lupa, ya, untuk menabung dana pensiun, asuransi kesehatan dan untuk modal usaha.
Nah, itulah beberapa tips yang bisa dicoba untuk mengurangi stres dalam keluarga. Cara mana nih yang bikin Ibu tertarik untuk mencobanya?
Penulis: Stephanie
Editor: Dwi Ratih