Ajarkan Anak untuk Waspada Saat Bertemu dengan Orang Asing
Waktu kita kecil dulu, kita mungkin pernah mendapatkan wejangan dari orang tua untuk tidak bicara dengan orang asing. Hal ini juga perlu kita ajarkan ke anak. Cara untuk membicarakan topik ini dengan anak tergantung pada usianya.
Misalnya, anak usia prasekolah pasti belum mengerti yang dimaksud dengan orang asing dan belum mampu mengenali mana orang yang baik dan tidak baik. Nah, ini tandanya kalau anak di usia ini tidak boleh ditinggal sendiri tanpa pengawasan orang dewasa di tempat umum.
Beda lagi dengan anak usia 5 hingga 8 tahun. Mereka kemungkinan sudah bisa tidak diawasi saat sedang berada di tempat umum, seperti saat main dengan teman di depan rumah atau di playground. Anak di usia ini mungkin juga sudah bisa mengakses internet dan bisa ditinggal sendirian di rumah untuk waktu yang singkat.
Itu artinya Ibu perlu memberikan panduan yang jelas ke si kecil tentang bagaimana berinteraksi dengan orang yang tak dikenal. Ini bisa dijadikan sebagai langkah jaga-jaga jika Ibu terpisah dari anak karena si kecil tersesat misalnya. Saat terpisah, anak harus paham apa yang mesti ia lakukan untuk bisa bertemu Ibu lagi. Pastikan panduan dari Ibu dibuat sesederhana mungkin agar si kecil bisa mengikutinya dan meminimalisir risiko bahaya.
Menjelaskan konsep orang asing ke anak
Untuk memulainya, Ibu bisa menjelaskan tentang konsep orang asing. Anak usia 4 tahun biasanya sudah siap diajak berdikusi tentang hal ini. Ibu bisa mulai dengan bertanya pada anak “Apa Kakak tahu yang dimaksud orang asing?” Bila anak tidak tahu, beri tahu ia kalau orang asing adalah orang yang tidak kita kenal sebelumnya. Tekankan kalau orang asing tidak merujuk pada orang baik atau orang jahat, tapi lebih pada orang yang tidak kita kenal sebelumnya.
Jelaskan ke anak siapa saja orang dewasa yang bisa anak percaya, selain Ibu, Ayah, Kakek, Nenek, Tante, dan anggota keluarga lainnya. Beri beberapa contoh orang dewasa yang bisa anak mintai bantuan saat ia mengalami kesulitan, seperti orangtua temannya yang bisa dipercaya atau guru. Ibu juga bisa memberikan contoh figur yang memiliki otoritas, seperti petugas keamanan dan penjaga toko agar anak bisa bisa minta bantuan kalau ada orang asing yang berbuat tidak baik padanya.
Menjelaskan hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan saat bertemu orang asing
Setelah anak paham tentang konsep orang asing, Ibu bisa menjelaskan beberapa aturan tentang cara berinteraksi dengan orang asing. ibu bisa memberi arahan, seperti “Bila terpisah dari Ibu saat kita di mall, Kakak langsung pergi ke kasir, tempat kita membayar barang dan beritahu tante atau om di sana kalau Kakak tersesat ya. Kasih tahu nama Kakak dan jangan pergi dari tempat itu hingga Ibu datang.”
Ibu juga bisa menjelaskan ke anak kalau menyapa atau bicara dengan orang asing itu tidak masalah, tapi ingatkan anak untuk tidak ngobrol dengan orang asing saat sedang tidak bersama Ibu atau Ayah. Jelaskan juga kalau ia tidak boleh pergi kemanapun dengan orang asing yang tak dikenal.
Bagaimana dengan orang asing ang anak temui saat sedang berinternet? Untuk mencegah hal ini terjadi, tempatkan komputer yang digunakan anak di area yang bisa Ibu dan Ayah lihat agar dapat memonitor apa yang anak lakukan saat sedang berinternet. Beritahu anak untuk tidak memberi informasi pribadi, menjawab pertanyaan, atau mengisi formulir secara online, tanpa memberi tahu orang tua terlebih dahulu.
Meninggalkan Anak Sendirian di Rumah
Anak yang sudah lebih besar biasanya sudah siap untuk ditinggal sendirian di rumah. namun jangan lupa untuk mengajarkan anak kalau bila ada orang yang datang, anak tidak boleh langsung membuka pintu. Bila orang yang datang membawa paket, anak bisa memberi tahu orang itu untuk meninggalkan paketnya di pintu atau minta pengantar paket buat kembali lagi nanti.
Bila ada telepon di rumah, putuskan dengan suami apakah anak boleh menjawab telepon selama sedang sendiri di rumah atau tidak. Anak usia 5 tahun mungkin belum siap untuk berbicara dengan orang asing di telepon, sedangkan anak usia 8 tahun biasanya sudah cukup matang untuk melakukannya. Bila Anda berencana untuk sering menelpon anak saat Anda lagi tidak di rumah, gunakan caller ID agar anak tahu ketika Anda menelepon.
Bermain peran untuk meningkatkan kewaspadaan anak
Ibu bisa mengajak anak bermain peran atau 'main pura-pura' untuk mengajarkan anak bagaimana harus bertindak saat bertemu dengan orang asing. Saat bermain peran, berikan arahan tentang apa yang harus dilakukan bila ia didekati orang asin ketika sedang sendirian di taman, misalnya ia bisa bergerak mendekati orang dewasa lain yang ada di sana yang sedang bermain bersama anak mereka. Beri tahu anak untuk segera menjauh dari orang asing yang mendekatinya saat ia sedang sendirian.
Hindari kalimat yang menakut-nakuti saat mengajarkan si kecil, misalnya “Orang asing akan menculik kamu.” Ini tidak perlu dilakukan dan hanya akan membuat anak takut. Ibu harus tetap tenang dan fokus untuk menjelaskan hal-hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan anak saat bertemu orang asing.
Jelaskan bahaya orang asing pada anak
Ibu dan Ayah juga perlu menjelaskan orang asing yang berpotensi menyakiti anak. Beberapa hal yang perlu Anda jelaskan ke si kecil, antara lain:
Bicarakan ke si kecil untuk selalu waspada dengan predator anak. Tanda-tanda predator anak yang umum terlihat, seperti orangnya terlalu baik, menawarkan bantuan berlebihan pada keluarga, atau orang tersebut tahu terlalu banyak tentang anak Anda atau tahu apapun tentang kondisi anak secara umum, terutama bila mereka belum punya anak sendiri.
Bicarakan dengan anak tentang pedophilia, saat ia sudah cukup matang untuk mengerti apa yang Ibu maksud.
Beritahu anak kalau Anda mencitainya. Ingatkan ia untuk memberitahu Anda tentang apapun, dan pastikan anak tahu kalau Anda akan tetap sayang padanya dengan sepenuh hati, apapun yang terjadi.
Anak perlu tahu kalau mereka punya hak untuk berkata tidak, berteriak, atau minta pertolongan. Beritahu kalau tak ada orang yang boleh menyakitinya. Ajarkan anak untuk berteriak memanggil Anda bila ada orang asing mencurigakan yang mendekatinya.
Pastikan anak tahu apa saja perilaku yang boleh dan tidak boleh dilakukan oleh orang asing atau orang dewasa selain Ibu dan Ayah. Pastikan anak paham bagian tubuh apa saja yang tidak boleh disentuh siapapun, selain Ibu dan Ayah.
Ingatkan anak kalau predator anak kadang tidak terlihat menakutkan. Orang yang berbahaya bisa tampak sangat normal dan baik-baik saja.
Tanya jawab dengan anak mengenai topik “orang asing”
Setelah memberikan konsep tentang orang asing, bermain peran, dan menjelaskan hal-hal penting yang boleh dan tidak boleh anak lakukan saat bertemu dengan orang asing, Ibu bisa membiarkan anak mengajukan pertanyaan terkait dengan orang asing. Pertanyaan yang mungkin anak akan ajukan, antara lain:
Apakah ibu temanku termasuk orang asing?
Orangtua harus mendefinisikan dengan jelas tentang orang dewasa siapa saja yang bisa dipercaya. Jika si kecil sudah di usia sekolah, jawab pertanyaan ini berdasarkan kasus per kasus, misalnya “Bukan, ibunya Ricky itu bukan orang asing” atau “Kalau pak pos itu orang asing.”
Bagaimana kalau ada orang asing memberiku permen?
Ajarkan anak untuk tegas mengatakan “Tidak terimakasih,” dan langsung mengarahkannya untuk melakukan aturan yang sudah Ibu jelaskan saat bertemu orang asing. Misalnya, langsung menjauhi orang asing tersebut, melaporkannya ke petugas keamanan, dll.
Apa yang harus aku lakukan kalau ada orang yang berusaha menculikku?
Ibu bisa menenangkan anak dan kembali ingatkan dia untuk melakukan aturan yang harus dilakukan saat ketemu orang asing. Ingatkan kalau anak harus menjauhi orang tersebut dan masuk ke rumah atau sekolah, lalu cari orang dewasa yang bisa membantunya. Beritahukan juga pada anak bila ada orang asing menyentuhnya, ia harus teriak, “Tolong, ini bukan ayah/ibu saya!”
(Ismawati)