Ibupedia

Memendam Emosi Bikin Anak Depresi, Orang Tua Perlu Lakukan Ini

Memendam Emosi Bikin Anak Depresi, Orang Tua Perlu Lakukan Ini
Memendam Emosi Bikin Anak Depresi, Orang Tua Perlu Lakukan Ini

Ternyata nggak cuma orang dewasa, anak-anak juga rentan mengalami depresi, lho! Terutama mereka yang gemar memendam perasaan ketika marah. Seperti kejadian yang baru-baru ini dialami oleh seorang anak berusia 13 tahun asal Cirebon, Jawa Barat.

Si kecil berinisial AR ini, mengalami depresi akibat HP dijual sang Ibu demi menyambung hidup sehari-hari. Hal ini terpaksa dilakukan, karena Ayah dari AR yang pergi merantau sudah 8 bulan belakangan tidak memberikan nafkah.

HP hasil tabungan AR untuk bermain game dan belajar daring pun terpaksa dijual. Ibu AR mengaku sebelum memutuskan menjual HP AR, ia sudah terlebih dahulu meminta izin sang anak dan sudah diizinkan.

Tak disangka AR malah memendam amarah, hingga menyebabkan sang anak depresi karena HP dijual. Tanda anak depresi yang dialami AR sebenarnya cukup memprihatinkan, kedapatan sering melamun dan mengamuk di sekolah, bahkan ia juga sudah 20 kali kabur dari rumah.

Akibatnya AR terpaksa berhenti sekolah, karena banyak teman-temannya merasa takut dan pihak sekolah pun jadi khawatir. Yup! Ternyata, anak juga bisa depresi, lho!

Kenapa anak bisa depresi? 

Bicara mengenai kasus anak depresi karena HP dijual Ibunya, sebenarnya memang cukup kompleks ya Bu. Ibumin paham banget, hal yang mendukung anak depresi akibat himpitan ekonomi, kebutuhan hidup yang mendesak, hingga keterpaksaan karena kurangnya dukungan dari suami ya bikin Ibu AR terpaksa harus menjual barang kesayangan anaknya.

Tapi, belajar dari kasus ini makin membuka mata orang tua bahwa ternyata nggak cuma orang dewasa yang bisa mengalami depresi. Anak-anak pun juga bisa mengalami masalah mental ini, terutama jika ia tidak diberikan ruang untuk meluapkan emosinya.

Apalagi mengingat emosi tiap anak mungkin sangat rentan naik-turun. Dikutip dari Cleveland Clinic depresi pada anak merupakan sebuah gangguan mood yang rentan menimbulkan perasaan sedih. Kondisi inilah yang akhirnya dapat mengganggu kemampuan bersosialisasi anak dan berpengaaruh pada aktivitas secara normal.

Alasan anak depresi sendiri sebenarnya cukup beragam. Ada yang depresi akibat menjadi korban bullying, mendapatkan tindak kekerasan dalam keluarga, akibat perceraian orang tua, pernah mengalami pelecehan sensual, terlalu larut dalam kesedihan akibat kematian orang tua, kehilangan benda kesayangan, hingga gangguan mental lain seperti bipolar, OCD ataupun autisme.

Nah, kalau pada kasus anak depresi yang dialami AR sudah jelas penyebabnya karena apa ya, Bu. Memang kelihatannya sepele bagi orang tua, tapi dampaknya sangat besar bagi anak. 

Sehingga, ketika menemukan adanya tanda anak depresi maka hal tersebut harus segera ditangani. Terlebih jika si kecil adalah tipe anak yang gemar memendam perasaan layaknya AR.

Yuk, kenali tanda anak depresi 


Segala hal yang tak biasa yang terjadi pada si kecil, memang penting untuk kita evaluasi lebih awal ya, Bu. Hal ini sangat penting untuk mencegah anak mengalami depresi pada tingkat yang lebih parah, dan berujung jadi lebih sulit ditangani.

Dikutip dari National Health Services (NHS) berikut adalah beberapa tanda awal anak depresi yang wajib diwaspadai. Sebaiknya orang tua juga wajib waspada jika kondisi tersebut berlangsung lama, terutama jika memiliki riwayat keluarga yang juga pernah mengalami depresi:

  • Anak tampak sedih dan kurang bersemangat
  • Sikap si kecil mendadak jadi lebih sensitif dan pemarah
  • Tampak lelah dan lesu sepanjang waktu
  • Lebih sering/malah susah tidur
  • Nafsu makan menurun atau malah nggak nafsu makan sama sekali
  • Tampak kesulitan berkonsentrasi
  • Malas berinteraksi dengan teman atau keluarga
  • Mengalami kenaikan atau penurunan berat badan yang signifikan
  • Sering berbicara ‘ngawur’, dan muncul perasaan bersalah terus menerus
  • Merasa dirinya tidak berharga
  • Punya pikiran untuk melukai diri sendiri, hingga ingin bunuh diri
  • Gejala fisik; sering merasa sakit kepala atau sakit perut.

Apa yang bisa dilakukan orang tua ketika curiga anak depresi?


Berusaha tetap tenang dan mencari pertolongan, merupakan cara terbaik yang jadi langkah awal orang tua untuk mengatasi anak depresi. Selain itu, mengutip dari Kids Health berbicara dari hati ke anak juga jadi cara yang sangat tepat untuk membantu mendeteksi depresi yang ia alami.

Sebagian anak mungkin belum bisa mengungkapkan perasaan sedih dan marahnya. Itulah untuk mendeteksi awal kemungkinan anak depresi, orang tua perlu mengajak anak berbicara dari hati ke hati.

Beri hiburan, ajak anak bercerita, berikan dukungan dan tunjukkan rasa cinta menjadi hal yang penting dilakukan agar anak merasa nyaman dan terbuka terhadap apa yang ia rasakan. Pastikan kita fokus mendengarkan tanpa memberikan ceramah, kritik atau bahkan menghakimi si kecil ya Bu.

Bersikaplah secara lemah lembut, apalagi jika anak mulai bersikap menyakiti diri sendiri. Pahami bahwa ketika anak depresi ia pasti sedang kesulitan mengendalikan emosinya. 

Jangan lupa untuk tetap memvalidasi perasaan si kecil ya, Bu. Hindari melabeli dan mengecilkan perasaan ya, atau sekadar mengatakan dirinya lemah.

Kalau Ibu merasa kesulitan, jangan ragu untuk berkonsultasi ke ahlinya. Sebab pada kasus anak depresi pada level yang lebih parah, ia mungkin membutuhkan terapi khusus hingga mengonsumsi obat dari psikiater.

Selama pengobatan dengan ahli berlangsung, pastikan orang tua tetap jadi tempat dimana anak merasa aman dan nyaman. Sampaikan kalau Ibu dan Ayah khawatir dan siap standby 24 jam untuk menemaninya. Jangan lupa, orang tua juga sebaiknya harus lebih peka mengamati gejala anak depresi yang muncul agar nantinya nggak berlarut jadi depresi

Perlu diakui, menyembuhkan mental bagi anak depresi tentu butuh waktu yang nggak sebentar ya, Bu. It's okay, tetap berikan waktu bagi anak untuk pulih, karena sembuh dari depresi nggak perlu buru-buru kok, Bu.

Follow Ibupedia Instagram