Awas Anak Kecanduan Tiktok! Ini Akibat Dan Cara Mengatasinya
Aplikasi TikTok bikin kecanduan! Jelas hal ini sudah masuk ranah bahaya dan bikin para orang tua mesti waspada. Karena saat ini, nggak hanya orang dewasa saja yang kecanduan TitTok, remaja dan anak-anak juga mulai kecanduan TikTok dan tidak bosan scrolling sampai berjam-jam.
Faktanya, ketika anak dan remaja kecanduan TikTok berdampak pada otak dan perkembangannya. Cek fakta lain mengenai akibat kecanduan TikTok dalam ulasan berikut, yuk!
Akibat kecanduan Tiktok, bahaya!
Kecanduan TikTok disebut juga dengan istilah TikTok Use Disorder (TTUD). Adanya kecanduan ini bahkan bisa berdampak pada otak penggunanya, lho!
Orang dewasa bisa mengalami dampak negatif akibat kecanduan TikTok. Apalagi anak-anak dan remaja, di mana otaknya sedang berkembang dalam memproses informasi dan menambah pengetahuan.
Kalau sudah otak yang diserang, nggak cuma kemampuan kognitif yang terdampak, tapi juga area psikologis seseorang.
1. Penurun fungsi kognitif dan fokus otak
Kita semua tahu, ya, bahwa durasi konten TikTok terbilang singkat. Mulai dari 15 detik, 30 detik, 1 menit, dan seterusnya.
Konten-konten media sosial ini saling bersaing untuk mendapatkan perhatian pengguna. Biasanya, 3 detik pertama akan diatur sebagai kunci penarik perhatian, agar pengguna betah melihat video sampai selesai.
Nggak jarang, di detik-detik pertama video tersebut kita juga sudah bisa mendapatkan hiburan atau informasi yang mereka butuhkan. Inilah yang kemudian memberikan dampak pada kemampuan otak nantinya. Sebuah penelitian berjudul Accelarating Dynamics of Collective Attention tahun 2019 menemukan bahwa, durasi pendek pada video-video singkat di media sosial memengaruhi rentang perhatian manusia.
Seseorang yang sudah kecanduan TikTok akan lebih menyukai video singkat, dan cenderung melewatkan video berdurasi panjang yang lebih lama. Rentang perhatian mereka menjadi lebih pendek dan sulit fokus pada sesuatu yang berdurasi lama.
Mereka juga cenderung tidak sabar dan ingin segera sampai pada akhir kesimpulan, tanpa fokus pada memproses informasi yang diberikan. Bayangkan jika anak atau remaja sudah kecanduan TikTok, apakah mungkin mereka bisa fokus berkonsentrasi mendengarkan penjelasan guru di sekolah?
Berikutnya, kemampuan kognitif juga menurun karena otak terbiasa disuguhi informasi singkat tanpa proses mengolah informasi. Ibarat kata, tidak ada rasa penasaran yang lebih dalam untuk bisa tahu jawaban akan suatu pertanyaan.
2. Kesehatan mental ikut terdampak
TikTok memainkan sistem for your page atau fyp. Semua konten kreator berlomba-lomba agar kontennya FYP di layar pengguna. Baik itu konten-konten positif maupun konten negatif.
Common Sense Media merilis sebuah hasil survey terhadap remaja perempuan yang mengakui kecanduan media sosial termasuk TikTok. Remaja-remaja ini ada juga yang mengalami gejala depresi tingkat sedang hingga berat.
Mereka bahkan menemukan konten-konten terkait bunuh diri di platform media sosial yang mereka gandrungi ini. Sehingga, ketika remaja kecanduan TikTok jelas sangat berbahaya.
Amnesty International juga menjabarkan tentang adanya video-video terkait kesehatan mental yang berbahaya disuguhkan oleh akun-akun fiktif. Akun-akun yang tampaknya menarik bagi remaja tapi sebenarnya berbahaya.
Tanpa disadari, platform ini memaksa penggunanaya untuk terus menerus scrolling dan enggan meninggalkan media tersebut. Kalaupun harus meninggalkan akan tertarik untuk kembali lagi.
Selain itu, potensi bullying, kekerasan, LGBTQ+ dan pelecehan juga semakin besar. Semakin mudah juga diterima oleh pengguna, karena langsung menyerang ke area otak yang mengolah mental manusia.
3. Pola makan yang memburuk
Sadar nggak sih, kalau anak kecanduan TikTok, mereka jadi lebih susah makan atau justru makan lebih banyak. Pola makan anak jadi berubah cenderung memburuk.
Pertama, anak atau remakj bisa saja lebih susah makan, karena waktunya tersita untuk berselancar di TikTok. Kecanduan TikTok membuat mereka tidak bisa lepas dari gawai dan ingin terus menerus melihat TikTok.
Akibatnya mereka jadi malas makan atau pada remaja mereka akan terus membawa gawainya bahkan ke meja makan. Bonding dengan orang tua pun ikut terdampak.
Kedua, jika pola makan justru berupa lebih banyak makan, ini disebabkan anak atau remaja tidak lagi mengenali sinyal lapar-kenyang mereka. Mereka akan terpaku dengan TikTok-nya, sehingga tidak bisa menikmati makanannya.
Otaknya tidak memproses kegiatan makannya sehingga sinyal yang diterima adalah selalu belum kenyang. Setelah itu, ujung-ujungnya anak atau remaja akan makan atau ngemil lebih banyak.
4. Menurunnya kepercayaan diri
Kecanduan TikTok menjadikan anak atau remaja terpaku pada aplikasi ini. Termasuk membuat sebuah standar tentang dirinya.
Contohnya seperti standar tubuh bagus adalah yang kurus, kulit yang bagus adalah yang putih bersih, atau menjadi remaja up to date adalah yang nongkrong di kafe. Sedangkan jika dirinya tidak sama dengan yang mereka lihat di TikTok, maka kepercayaan dirinya menurun.
Belum lagi munculnya keinginan untuk mencapai hal-hal tersebut, padahal mungkin keadaan finansial orang tuanya tidak bisa memenuhi. Timbul konflik dengan orang tua lalu masalah emosi pada anak karena merasa tidak dipenuhi keinginannya.
5. Masalah perilaku
Berikutnya, masalah perilaku. Kecanduan TikTok bisa memengaruhi perilaku dan perkataan anak-anak, lho!
Anak-anak yang terbiasa menonton video TikTok, dari yang awalnya mencari kartun atau karakter kesukaan, bisa mendapatkan suguhan FYP tidak senonoh. Misal, awalnya hanya mencari video-video karakter ultraman.
Lama kelamaan, video yang muncul adalah video editan seperti ultraman yang berjoget tidak senonoh, ultraman dengan kisah cinta, ultraman yang mengucapkan kata-kata kotor. Belum lagi tontonan kekerasan yang mudah ditiru anak-anak.
Ibumin sendiri pernah mengalami bertemu dengan balita yang memaksa pinjam mainan teman. Karena tidak diberi, anak ini menembakkan mainan pistol ke arah teman yang menolak meminjamkan mainan, sambil berkata, “biar aja ditembak temannya. Biar mati dan aku bisa ambil mainannya.”
Konsep kekerasan seperti ini, sudah jelas tidak ujug-ujug anak ketahui begitu saja, Bu. Mulanya dari tontonan di TikTok yang memiliki adegan kekerasan. Miris sekali, bukan?
Cara mengatasi kecanduan TikTok
Dengan fakta-fakta mengerikan ini, kita masih bisa mengupayakan sesuatu untuk mengatasi kecanduan TikTok.
- Pertama, gunakan Parental Control yang tersedia di aplikasi dengan menyambungkan ponsel anak dan orang tua. Ini bertujuan, agar orang tua bisa membatasi tontonan anak dan tahu apa saja yang sudah atau sedang ditonton anak.
- Karena dengan cara tersebut masih ada kemungkinan anak terpapar konten negatif dan kecanduan TikTok, maka cara terbaik berikutnya adalah dengan membatasi penggunaan ponsel dan aplikasi tersebut.
- Ibu atau Ayah bisa menerapkan peraturan kapan anak boleh mengakses aplikasi, atau bermain dengan ponselnya. Gunakan pendekatan terbaik pada remaja agar tak terkesan mengekang.
- Sibukkan anak dengan kegiatan positif yang banyak memerlukan interaksi dengan orang lain, seperti bermain pretend play, playdate, ikut kegiatan berkebun secara kelompok, ikut kursus singkat keahlian tertentu, kegiatan mengunjungi museum, mengunjungi pemadam kebakaran, atau sesederhana ikut kegiatan orang tua di rumah seperti memasak atau mencuci kendaraan.
- Bangun ikatan dengan anak lebih intens. Letakkan gawai orang tua dan fokus pada anak. Buat suasana di rumah hangat untuk anak dan remaja dan rutin ajak mereka ngobrol.
Kita tidak memaksa anak menjauhi gawai. Sehingga besar kemungkinan anak berkontak dengan aplikasi ini. Tapi kita bisa mengelola pemakaiannya agar anak tidak kecanduan TikTok.
Editor: Aprilia