Ibupedia

Tips Sukses, Ibunda Axel Clash of Champions Didik Anak Berprestasi Di Sekolah

Tips Sukses, Ibunda Axel Clash of Champions Didik Anak Berprestasi Di Sekolah
Tips Sukses, Ibunda Axel Clash of Champions Didik Anak Berprestasi Di Sekolah

Viralnya Axel Clash of Champions yang diadakan oleh Ruang Guru, bikin Ibumin yang mengikuti reality game show ini jadi tertarik punya anak berprestasi layaknya Axel. Apalagi dunia pendidikan dan lapangan pekerjaan tiap tahun memiliki standar yang makin tinggi.

Membuat anak-anak perlu meningkatkan skill dengan terus berprestasi, agar lapangan pekerjaan untuknya makin terbuka lebar di masa depan. Axel Giovanni Hartanto atau yang dikenal Axel Clash of Champions ini dikenal sebagai anak muda yang sangat berbakat dan berprestasi.

IQ alias tingkat kecerdasannya sangat mengagumkan. Nggak cuma itu, Axel juga sangat ambisius dan punya keinginan belajar yang sangat tinggi. Jelas hal ini bikin ia makin berprestasi.

Kejeniusan Axel tentu didukung dengan gaya parenting yang diterapkan oleh orang tuanya, terutama sang Ibu. Lalu, seperti apa sih cara sang Ibu mendidik Axel hingga menjadi anak yang jenius seperti sekarang?

Berprestasi sejak sekolah dasar

Banyak yang penasaran, Axel Clash of Champions SMA mana sih? Sebelum itu, Ibumin jelaskan terlebih dahulu bahwa bakat prestasi Axel sebenarnya sudah terlihat sejak ia masih duduk di bangku sekolah dasar.

Terhitung, sejak tahun 2016 ia berhasil meraih Gold Medal, sekaligus Best Exploration di bidang Matematika, khususnya dalam Olimpiade Sains Nasional (OSN). Prestasinya pun terus melonjak naik, hingga pada jenjang sekolah menang atas (SMA), Axel berhasil meraih Medali Emas Matematika di OSN tahun 2021 yang lalu.

Kini, ia tengah menempuh pendidikan jalur prestasi di Universitas Nasional Singapura, jurusan Ilmu Komputer dan Matematika. Hebatnya lagi, ia selalu mendapatkan nilai IPK yang cukup fantastis antara 4.90 hingga 5.00.

Hal ini jelas membuatnya sering mendapatkan penghargaan dan prestasi dalam ajang olimpiade nasional hingga internasional. Buat yang penasaran, Axel Clash of Champions SMA mana, ia sendiri pernah menempuh pendidikan sekolah menengah atas di SMA Kharisma Bangsa, Tangerang.

Nama Axel makin dikenal masyarakat, karena berhasil masuk menjadi peserta di reality game show yang diadakan oleh Ruang Guru. Terutama setelah berhasil mendapat score unggul 3-2 di babak Invisible Maze, dalam pertarungan melawan Sandy Kristian Waluyo.

Pencapaiannya saat ini tak lepas dari dukungan penuh dari sang Ibunda

Pada podcast Youtube dalam channel Nikita Willy, Axel dan sang Ibunda, Sarwasih berkesampatan menjadi bintang tamu. Sarwasih menceritakan bagaimana perjuangannya mendidik sang anak.

Ia adalah sosok yang sangat berjasa dalam membentuk karakter Axel. Nikita Willy pun dengan bangga memberikan apresiasi yang besar terhadap Ibunda Axel. Dalam podcast tersebut, Ibu Sarwasih menceritakan bahwa mereka bukan berasal dari keluarga kaya raya.

Namun, ia sangat mendedikasikan diri sepenuhnya untuk ketiga anaknya meski dalam kondisi ekonomi yang kala itu masih pas-pasan. Ia bahkan tidak memiliki waktu untuk diri sendiri (me time), hanya untuk mengantar-menjemput Axel berkompetisi di berbagai olimpiade Matematika. 

Baginya, kebahagiaan sang anak adalah yang nomor satu. Sarwasih paham betul bahwa tiap anak memiliki naluri untuk bermain, untuk itu ia tidak pernah sedikit pun melarang Axel bermain.

Ia membiarkan Axel menciptakan memori-memori yang menyenangkan sejak kecil. Meski begitu, ia tetap menekankan tentang pentingnya belajar dan menuntut ilmu yang akan menjadi bekal di masa depan.

Tips khusus dari Ibunda Axel, untuk membentuk anak berprestasi

Dikatakan dalam podcast Nikita Willy, Ibunda Axel mengaku sebenarnya nggak ada tips khusus untuk membentuk anak yang berprestasi. Ia hanya mengikuti alur yang ada, dan mengarahkan Axel mengenai betapa pentingnya belajar.

Yuk, coba terapkan tips khusus dari Ibunda Axel Clash of Champions berikut:

1. Kasih sayang penuh, pondasi utama membentuk karakter anak

Anak-anak yang berprestasi biasanya juga didukung oleh kasih sayang penuh dari orang tuanya. Begitupun yang dilakukan oleh Sarwasih.

Kejeniusan Axel tak lepas dari kasih sayang penuh yang diberikan orang tuanya. Sarwasih percaya, kasih sayang orang tua bisa memberikan rasa aman dan kepercayaan diri anak dalam menghadapi berbagai tantangan di kehidupan mereka.

Ibunda Axel rela melakukan apa saja agar selalu ‘ada’ di samping sang anak. Termasuk sekadar mengantar-jemput sekolah, menemani Axel bermain hingga mengikuti beragam les dan kompetisi.

2. Memberi ruang untuk memilih

Tiap anak memiliki hak yang sama untuk memilih apa yang mereka inginkan. Selama hal tersebut bersifat positif, Sarwasih pun membiarkan Axel untuk memilih apa yang ia mau. Asalkan sesuai dengan minat dan passionnya.

3. Bebas bermain, tapi belajar juga nomor satu

Sarwasih sangat membebaskan Axel bermain kapanpun hingga ia puas. Namun ia tetap menegaskan bahwa, belajar tetap nomor satu.

Sebab belajar, adalah modal utama seseorang untuk berlomba-lomba menggali ilmu lebih dalam. Dimana nantinya hal ini bisa menjadi bekal bagi anak di masa depan. Yang penting, anak tetap perlu punya pemahaman atas apa yang ia pelajari.

Photo source: Tirto

4. Disiplin is a must!

Kehadiran Axel Clash of Champions di kompetisi tersebut, juga tak lepas dari didikan disiplin dari sang Ibunda. Namun, Sarwasih punya cara yang cukup unik untuk mengajarkan kedisiplinan pada ketiga anaknya, termasuk Axel sendiri.

Yaitu dengan membuat sticker-sticker emoticon, diberikan sesuai dengan fungsi dan kegunaan. Jadi, saat Axel berbuat baik ia akan mendapatkan emoticon senyum. Begitupun sebaliknya jika ia berbuat salah, maka sang Ibu akan memberikan emotion sedih atau marah.

5. Mengajarkan tiga kata ajaib untuk sang anak

Tiga kata ajaib tersebut sebenarnya sangat sederhana, namun jarang sekali ditanamkan oleh orang tua zaman sekarang. Kata-kata ajaib tersebut mencakup; maaf, tolong dan terima kasih. Bagi Sarwasih tiga kata ajaib ini sangat penting jadi modal untuk mengajarkan hal-hal baik pada anak.

6. Nggak banyak nuntut

Selain memberikan kebebasan untuk memilih, Sarwasih juga cenderung nggak banyak nuntut pada anak-anaknya untuk sekadar memiliki nilai tertinggi di kelas. Hal ini ia lakukan karena tidak ingin membebani Axel dengan ekspektasi yang berlebihan.

7. Rajin memvalidasi emosi anak

Kata orang, anak laki-laki nggak boleh nangis. Nggak boleh cengeng, harus kuat! Padahal pada kenyataannya, semua emosi yang muncul pada diri manusia itu sangat valid dan wajar terjadi.

Termasuk emosi marah dan sedih sekalipun. Axel dididik oleh sang Ibu, untuk selalu terbuka dan transparan atas emosi yang ia sedang rasakan.

Gaya parenting Ibunda Axel Clash of Champions sebenarnya sangat sederhana, namun banyak dilupakan orang tua. Padahal, peran orang tua jadi kunci penting kesuksesan dan prestasi yang diraih anak di masa depan.

Follow Ibupedia Instagram