Ibupedia

Ayah dan Anak Perempuan Lebih Dekat, Apa Manfaatnya?

Ayah dan Anak Perempuan Lebih Dekat, Apa Manfaatnya?
Ayah dan Anak Perempuan Lebih Dekat, Apa Manfaatnya?

Katanya, anak perempuan itu lebih dekat dengan ayahnya, benar nggak, sih? Simak, yuk, seperti apa pembahasannya.

Ketika anak lahir, anak akan lebih dekat dengan ibunya, karena kebutuhan utama anak didapat dari Ibu, misalnya asupan nutrisi berupa ASI. 

Kebutuhan lainnya, seperti mengganti popok, memandikan dan menggendong (menjaga) sebenarnya bisa dilakukan juga oleh Ayah lho. Nah, setelah anak bertambah usianya, anak perempuan cenderung lebih dekat dengan ayahnya.

Alasan Ayah dan Anak Perempuan Lebih Dekat

Mengutip dari situs psycentral.com, hubungan yang kuat antara ayah dan anak perempuannya ini, dimulai pada usia anak sekitar dua tahun dan akan terus berlanjut hingga selamanya. Namun, pembinaan hubungan sehat ini, amat penting saat usia anak 2-4 tahun.  

Inilah beberapa alasan anak perempuan begitu mencintai ayahnya.

1. Ayah lebih protektif pada anak perempuan

Dibandingkan dengan anak laki-laki, ayah lebih protektif kepada anak perempuannya, hal ini bikin anak merasa aman dan nyaman. Seorang ayah, amat khawatir anak perempuannya akan disakiti oleh pria lain, termasuk oleh pasangan anak kelak. 

Mungkin, sebagai seorang laki-laki, ayah memahami seperti apa pria yang baik dan buruk. Selain itu, secara fisik pun seorang ayah lebih bisa diandalkan ketika anak merasa butuh perlindungan.

2. Anak perempuan amat berharga bagi ayah


Ayah menganggap anak perempuannya sebagai miliknya yang tak ternilai harganya, dan harus dijaga seumur hidupnya. Seorang ayah rela memberikan atau melakukan apa pun untuk anak perempuannya selagi ia mampu. 

Tahukah Ibu, jika seorang ayah punya kekhawatiran atau bahkan ketakutan jika anak perempuannya ‘pindah ke lain hati’ atau khawatir jika suatu hari nanti anaknya lebih mencintai pria lain.

3. Ayah lebih fun

Bukan berarti anak tidak happy ketika bersama Ibu, tapi seorang ibu umumnya lebih punya banyak kekhawatiran terhadap anaknya sehingga menerapkan banyak aturan dalam menjalankan keseharian bersama anak. 

Berbeda dengan Ayah yang nggak segan melakukan hal-hal kocak bersama anak. Coba, deh, tanya Ayah, pasti ia seringkali mengajak anak memainkan games yang nyeleneh. Hal ini bikin anak mendapatkan pengalaman dan kenangan yang seru sekaligus indah.

4. Partner in crime


Ayah adalah ‘partner in crime’ sejati anak perempuannya. Tentu, hal ini tidak dalam arti yang sesungguhnya, ya

Contohnya, Ayah mengajak anak jajan es krim, padahal Ibu melarangnya, anak justru diajak bermain ketika jadwalnya tidur siang, atau menghabiskan setengah botol bath foam hanya untuk menjadikan jadwal mandi menjadi lebih seru. 

5. Ayah adalah pria pertama untuk anak perempuannya

Orang bilang, ‘ayah adalah cinta pertama anak perempuannya. Hal ini dikarenakan Ayah adalah sosok laki-laki pertama yang dekat dan dikenal oleh anak. 

Seorang ayah begitu melindungi dan memberikan segalanya untuk anaknya, sehingga nggak heran, jika Ayah menjadi cerminan pria yang baik bagi anak. Bahkan, Ayah menjadi tolok ukur anak kelak ia mencari pasangan. 

Anak akan mencari pasangan yang mencerminkan ayahnya. Bagaimana cara Ayah memperlakukan anak perempuannya, bagaimana perlakuan Ayah terhadap ibu dan keluarga, ini nantinya turut menjadi kriteria anak menilai pria atau pasangannya.

6. Ayah lebih mudah untuk diluluhkan


Dikatakan, seorang ayah lebih merespons anak perempuan dibanding dengan anak laki-lakinya. Makanya, jika anak sedang ingin sesuatu, maka sebagai ‘senjata yang paling ampuh’, anak akan merengek pada Ayah.

7. Mengajarkan anak untuk tangguh

Meski seringkali rela melakukan hal-hal konyol untuk membuat anaknya tertawa, Ayah adalah sosok yang mengajarkan anak untuk menjadi tanggung. Dengan caranya, Ayah mengajari anak untuk menghadapi dan menyelesaikan masalah.

8. Ayah selalu menganggap anak perempuannya seperti anak kecil


Makanya, Ayah selalu berusaha melindungi dan memanjakan anak perempuannya.

9. Ayah adalah ‘pahlawan’ di mata anak perempuannya

Bagaimana tidak, setiap hari anak melihat ayahnya pergi bekerja, berusaha memenuhi kebutuhan dan keinginan anak. 

Termasuk turut serta dalam kegiatan sehari-hari anak seperti mengantar anak ke sekolah. Jangan lupa, Ayah juga seringkali menjadi penyelamat di kala anak dimarahi ibu. Setuju, kan, Bu?

Manfaat Hubungan Sehat Antara Ayah dan Anak 

Menurut situs all4kids.org, ada beberapa manfaat dari hubungan sehat antara ayah dan anak perempuannya. Contoh, menyehatkan anak secara mental. 

Hasil dari sebuah studi pada tahun 2018, bahwa anak perempuan (usia awal sekolah) yang dekat dengan ayahnya, lebih mampu mengatasi perasaan kesepian. 

Hal ini menegaskan, bahwa Ayah harus terus membina hubungan sehat dengan anak perempuannya. Pastikan Ayah memerhatikan perasaan anak, terutama ketika anak terlihat sedang tidak baik dan bantu mereka untuk mengatasinya.

Studi lain menyebutkan, anak yang dekat dengan ayahnya lebih terjaga dari depresi dan kecemasan. 

Sebagian anak dengan hubungan yang buruk dengan ayahnya, berisiko mengalami hal seperti gangguan dismorfik tubuh (gangguan kecemasan terhadap kekurangan dari penampilan fisik diri sendiri), kurang mencintai diri sendiri, mengalami gangguan makan (eating disorder), dst. 

Singkat kata, hubungan yang sehat antara ayah dan anak perempuannya juga merupakan kunci dari membangun self-esteem (pandangan seseorang terhadap dirinya) anak. 

Contoh Ayah Tidak Baik 

Hindari hal ini untuk menjadi ayah yang lebih baik.

1. Ayah ‘tidak ada’ untuk anak

Seorang ayah, selayaknya berusaha untuk memenuhi kebutuhan hidup istri serta anak-anaknya. Biasanya, Ayah berangkat di pagi hari dan pulang di malam hari. Bahkan, ada banyak ayah yang mengerjakan pekerjaan sampingan di luar jam kerja, termasuk di antaranya di akhir pekan. 

Namun, sesibuk-sibuknya seorang ayah, harus tetap menyisihkan waktu untuk anaknya. Anak seharusnya mendapatkan dukungan dan merasakan kehadiran Ayah di kesehariannya, bukan hanya di waktu-waktu penting anak.

Absent father’, bisa memicu beragam masalah pada mental anak. Di antaranya, gangguan perilaku, anak meragukan dirinya, depresi, anak merasa tidak aman hingga nilai akademis yang buruk. 

Bahkan, hal ini dikatakan bisa memanjang hingga anak dewasa dan mencari pasangannya. Anak bisa menyimpan rasa cemas dan takut akan ditinggalkan oleh pasangannya.

2. Ayah kasar (abusive)

Ayah dengan temperamen buruk atau yang kecanduan terhadap sesuatu, cenderung melakukan kekerasan pada anaknya. Tidak ada pembenaran terhadap kekerasan, apa pun alasan dibaliknya. 

Kekerasan yang diterima anak, baik itu secara fisik maupun emosional, bisa berdampak panjang. Kekerasan yang diterima anak, bisa menyebabkan anak mengalami gangguan kecemasan, depresi, tidak percaya diri, trauma atau membenci laki-laki, dst. 

Tindak kekerasan juga memicu ketakutan terus-menerus pada anak terhadap Ayah.

3. Anak yang ‘tidak hadir’ secara emosional

Nggak hanya hadir secara fisik, tapi seorang ayah seharusnya ada untuk anak secara emosional, misalnya memberi saran dan menghibur anak ketika mereka membutuhkan.

4. Seorang ayah yang narsis

Ini adalah tipe ayah yang menjadikan kegiatan parenting seperti sebuah ajang kompetisi. Ayah tipe ini, akan melakukan segala hal untuk anaknya, untuk ditampilkan pada orang lain. 

Misalnya, ia merasa telah melakukan hal-hal hebat dalam membesarkan anak, merasa anaknya akan hidup lebih sukses, lebih kaya daripada anak lain, dst.

Ayah yang narsis juga kerap membanding-bandingkan anak dan menuntut anaknya untuk menjadi lebih baik daripada anak lainnya. Ia akan memanipulasi anak dengan hadiah atau imbalan, agar anak melakukan apa yang menjadi tujuannya. 

Seorang anak haruslah diperhatikan pikiran dan perasaannya, jika anak terus berada dalam kontrol ayah, maka anak akan sulit untuk mandiri.

5. Ayah yang kecanduan pada hal negatif

Jika Ayah sudah kecanduan terhadap sesuatu, maka hal tersebut nggak hanya bisa membawa masalah bagi Ayah, tapi juga terhadap seluruh anggota keluarga. Contoh, ayah yang kecanduan terhadap alkohol, narkotika, dst. 

Dampaknya bagi keluarga bisa amat banyak, mulai dari kesulitan keuangan hingga hubungan yang berantakan. Anak juga berisiko diejek dan dicemooh oleh teman dan orang-orang di sekitarnya. Bagi anak, hal ini bisa membekas dalam ingatannya dan merusak kesehatan mental anak.

6. Ayah yang selalu mengkritik

Terkadang, seseorang berpikir untuk memberikan kritik yang membangun. Tapi nyatanya, terlalu banyak kritik apalagi menuntut tujuan yang berlebihan, bisa mengganggu self-esteem anak. Kritik yang terus-menerus bisa bikin anak tertekan dan justru semakin jauh dari apa yang menjadi tujuannya.

7. Ayah yang berselingkuh

Setelah mengetahui Ayah berselingkuh dari Ibu, maka hubungan antara ayah dan anak perempuannya, tidak akan seperti sedia kala, apalagi jika akhirnya Ayah dan Ibu memilih untuk berpisah. Perselingkuhan dan perceraian orangtua bisa menimbulkan kebencian dari anak. 

Contoh Hubungan Tidak Sehat Antara Ayah dan Anak 

Selain harus menghindari hal-hal di atas, kenali tanda hubungan tidak sehat antara ayah dan anak.

  • Ayah terlalu mengontrol kehidupan anak
     Sebagai orangtua, pastinya Ayah dan Ibu khawatir akan anaknya. Misalnya, dengan siapa anak berteman, kegiatan luar sekolah yang dijalani anak hingga apa yang dilakukan anak di akhir pekan. Tapi, terlalu mengontrol anak juga nggak baik.
  • Ayah yang tidak punya batas terhadap anak
    Contoh, Ayah tidak seharusnya mengecek isi ponsel anak, Ayah yang curhat berlebihan pada anak, atau sekadar tidak mengetuk pintu untuk masuk ke kamar anak perempuannya. Jadi, penting, ya, menghargai batasan dan memberi privacy anak.
  • Jarang berkomunikasi
     Kurangnya komunikasi, adalah salah satu contoh paling umum pada ciri hubungan tidak sehat antara ayah dan anak. Memang, nggak semua anak mudah untuk diajak berbicara, tapi tugas Ayah adalah untuk menemukan cara tersebut. Selain itu, semakin dewasa anak perempuan, maka seringkali semakin berkurang komunikasinya terhadap Ayah, karena ada banyak hal yang menjadi sulit untuk dibicarakan dengan Ayah.
  • Ayah yang suka menuntut
     Ketika menuntut sesuatu dari anak, maka harus realistis. Tuntutan juga harus sesuai dengan kemampuan anak atau bukan hanya menakarnya dari sudut pandang Ayah saja. Selain bisa bikin anak stress, juga bisa bikin anak meragukan dirinya, serta merasa bersalah karena tidak bisa memenuhi harapan Ayah.
  • Suka membandingkan anak
    Adalah salah satu ciri orangtua toxic, yaitu gemar membanding-bandingkan anak. Baik itu dengan saudaranya, atau dengan anak lainnya. Hal ini bisa memengaruhi self-esteem dan self-worth (kemampuan untuk menilai kelayakan diri) anak. Pahami bahwa setiap anak berbeda, masing-masing dari mereka memiliki kelemahan dan kelebihan. 
  • Ayah yang kasar secara verbal
    Bisa menyebabkan trauma, merusak kepercayaan anak dan mengganggu mental anak. Ada banyak contoh verbal abuse pada anak. Misalnya, meneriakkan nama anak, menyumpahi anak, mengucap kata yang meremehkan atau menghina anak, mengancam, kalimat penolakan terhadap anak, dst.
  • Anak sebagai sumber emotional support bagi Ayah
     Curhat pada anak, boleh saja, namun tetap ada batasnya, agar anak tidak terlibat terlalu dalam pada permasalahan Ayah, dan agar apa yang Ayah utarakan tidak membebani pikiran anak, karena kebiasaan ini bisa membuat anak merasa stress atau bahkan depresi. 

Mari pertahankan hubungan baik antara ayah dan anak perempuan, agar Ayah selamanya menjadi yang terindah bagi anak.

Editor: Dwi Ratih

 

Follow Ibupedia Instagram