Ibupedia

Belanja Barang Berkualitas Harga Murah? Coba Thrift Shopping!

Belanja Barang Berkualitas Harga Murah? Coba Thrift Shopping!
Belanja Barang Berkualitas Harga Murah? Coba Thrift Shopping!

Istilah ‘second hand’ atau barang bekas, pastinya adalah hal yang biasa kita dengar. ‘Barang second’, karena harganya yang murah, maka seringkali menjadi ‘buruan’ mereka dengan ekonomi di bawah rata-rata. 

Dulu, barang second ini bisa dibilang kualitasnya rendah. Bahkan nggak jarang sudah ada bagian-bagian yang rusak. 

Lalu, barang second mulai ‘naik kelas’. Banyak orang yang mulai berbelanja barang-barang bekas ini. Penyuka gaya vintage misalnya. Bahkan mereka yang mampu membeli barang-barang mahal pun, ikut berbelanja barang second ini. 

Di Jakarta misalnya, ada tempat yang bernama Taman Puring. Di sini, Ibu bisa membeli banyak banget barang bekas seperti kacamata, jam tangan hingga tas branded. 

Jika berminat membeli pakaian bekas, Pasar Jaya Senen adalah salah satu pusat barang bekas di Jakarta. Contoh pusat pakaian bekas lainnya misalnya di Gedebage Bandung, dst. Barang bekas, kembali naik daun, kali ini dengan istilah lainnya, yaitu thrift. 

Lagi terkenal di kalangan anak muda, yaitu ‘thrifting’. Dengan istilah ini, kegiatan berbelanja barang bekas seakan naik kasta.

Istilah-Istilah Untuk Barang Bekas


Sebelumnya, ada beberapa istilah jenis barang bekas. Di antaranya:

1. BNOB

Atau ‘brand new in opened box’, yang berarti sebetulnya barang tersebut masih dalam keadaan baru tapi sudah dikeluarkan dari kemasan aslinya. Istilah serupa lainnya adalah, open box atau BIB (back in box).

2. Preloved

Istilah ‘preloved’ muncul pada sekitar tahun 1970, istilah ‘preloved’ ini bisa dibilang menjadi trend di Indonesia sebelum datangnya ‘thrift’. Nggak sekadar barang bekas. Barang preloved, adalah barang pribadi, yang biasanya masih dalam keadaan terawat. 

Harga barang preloved, bisa lebih murah dibandingkan harga ketika barang dibeli, bisa juga malah jadi lebih mahal, semua tergantung dari kondisinya. Brand dari barang tersebut juga bisa berpengaruh. 

Contoh, barang umum yang masih dalam keadaan baik, tentu bakal dijual kembali dengan harga lebih murah. Tapi untuk barang jumlahnya menjadi terbatas atau susah didapat, maka harga jualnya bisa lebih tinggi.

Contoh barang preloved, misalnya tas, jam tangan, perlengkapan bayi (contohnya stroller atau carrier), jaket, furnitur, dst. Istilah ‘preloved’, mirip maknanya dengan ‘preowned’.

3. Like new

 Artinya, barang tersebut seperti masih baru, masih dalam kondisi bagus dan masih berfungsi dengan sangat baik.

4. Never been used

Maksudnya, barang tersebut belum pernah digunakan oleh pemiliknya tapi tidak lagi ada kemasan aslinya, tidak ada tag harga atau keduanya. 

Barang seperti ini, biasanya dijual kembali karena ukuran yang nggak sesuai, warna tidak sesuai (misalnya pada alat makeup) atau mungkin berupa kado (hadiah) tapi kurang disukai atau tidak terpakai.

5. Mint condition

Nama lainnya adalah pristine. Mint condition berarti barang dalam kondisi masih seperti saat dibeli dan belum pernah dipakai. Biasanya, barang tersebut masih memiliki dus (walaupun sudah dibuka), tag harga dan kelengkapan lainnya. 

Harga barang dengan pristine condition bisa dibilang mahal, bahkan nyaris sama seperti harga saat dibeli. Biasanya berupa barang koleksi.

6. Thrift

Dalam bahasa Inggris, ‘thrift’ bermakna penghematan. Intinya, kita membeli barang dengan harga lebih rendah karena barang tersebut sudah pernah digunakan.

Apa itu thrift? Istilah thrift di luar negeri, merujuk pada toko yang menjual barang bekas, kemudian keuntungannya digunakan untuk keperluan amal. Istilah thrift ini berawal di Inggris, tepatnya pada tahun 1899. 

Menurut cerita, saat itu ada toko amal yang menjual barang buatan tunanetra, yang hasil penjualannya akan dibagikan pada masyarakat. Hal ini kemudian meluas dan penggalangan dana dengan kegiatan serupa mulai banyak dilakukan. 

Kemudian di sekitar tahun 2010, toko seperti ini cukup ramai di Amerika. Ada pun perbedaannya, di Indonesia, thrift shop ini tidak ada kaitannya dengan kegiatan amal.

Thrift merujuk pada barang bekas atau second, thrifting atau thrift shopping adalah kegiatan berbelanja barang bekas. Sedangkan thrift shop adalah pasar atau tempat yang menjual barang bekas. 

Nggak sekadar barang bekas pakai, pada thrift biasanya barang yang dijual berasal dari luar negeri, bisa merupakan barang koleksi pribadi dan tidak banyak ada di pasaran. Selain itu, biasanya juga barang masih dalam keadaan bagus, makanya, agak sulit untuk membedakan antara ‘preloved’ dan ‘thrift’.

Manfaat Belanja Thrift Item


Menurut situs Hennepin.us, ada beberapa manfaat dari berbelanja thrift item, misalnya:

  • Hemat uang
    Ini adalah kelebihan pertama dari membeli barang bekas. Bagi pecinta fashion misalnya, mereka bisa membeli produk dengan merk ternama atau ‘rare’ items dengan harga yang lebih murah. Selain itu, pecinta fashion juga menunjukkan, bahwa untuk tampil menarik, bisa dengan biaya yang terjangkau.
  • Mengurangi limbah
    Bagi pecinta lingkungan, thrift shopping adalah kabar baik. Dengan menggunakan kembali barang bekas, maka kita bisa membantu mengurangi limbah. Kain, terutama kain sintetis, membutuhkan waktu puluhan tahun agar terurai. 
  • Melindungi sumber daya alam
     Menggunakan kembali barang bekas juga membantu melindungi sumber daya alam. Mulai dari penggunaan logam (misalnya untuk kancing) hingga air.
  • Tampil unik
    Karena biasanya, thrift item merupakan barang yang asalnya dari luar negeri, maka Ibu bisa memiliki barang yang nggak pasaran. 

Tips Menjual Barang Bekas


  • Menyortir barang
     Langkah pertama adalah menyortir barang yang bakal dijual, agar bisa dicek kelayakannya.
  • Memberikan deskripsi dengan jujur
     Pastikan Ibu memberikan keterangan produk dengan jujur. Misalnya, tas yang dijual tidak memiliki dust bag asli, salah satu kancing baju sudah hilang atau label baju sudah digunting, dst.
  • Memberikan foto asli produk
    Terutama jika produk yang dijual memiliki cacat atau kerusakan, pasti Ibu menyertakan foto dan keterangannya, ya.
  • Berikan harga yang sesuai
     Pertama, harga harus lebih murah karena barang tersebut sudah terpakai. Ke dua, cek harga yang ada di pasaran, agar Ibu tidak menjual produk dengan harga yang terlalu tinggi atau rendah.
  • Dibersihkan lebih dulu
    Agar produk jadi lebih menarik, sebaiknya dibersihkan dulu. Misalnya, Ibu ingin menjual baby bouncer, jaket atau alat elektronik.

Perhatikan Hal ini Saat Thrifting


Membeli barang bekas itu, susah-susah gampang. Pertama, siapkan waktu, karena untuk memilih barang, kita nggak boleh terburu-buru. Contoh, jika Ibu membeli pakaian, maka Ibu perlu mengecek bagian detailnya, seperti mengecek kancing, jahitan hingga cacat seperti robek. 

Berbelanja tas bermerk atau perhiasan misalnya, Ibu perlu mengecek keaslian barang, kelengkapan sertifikat dan packaging, dst. 

Ada baiknya, membeli barang second di thrift shop yang terpercaya, terutama jika Ibu ‘memburu’ branded product, supaya nggak tertipu membeli barang palsu. Bisa juga, menghindari penipuan dengan membeli dari orang yang kita kenal. Jangan lupa pula untuk mengecek harga di pasaran.

Thrifting, Jangan Beli Barang Ini!


Bisa membeli kebutuhan atau produk impian dengan harga murah pasti bikin kita tergiur, tapi, ada beberapa barang bekas yang tidak disarankan untuk dibeli. Apa saja?

  1. Baby cribs dan car seat
    Karena harganya yang mahal, banyak orangtua yang akhirnya memilih membeli car seat atau boks bayi dalam keadaan bekas. Ternyata, hal ini kurang disarankan, loh, Bu, karena kedua benda ini diutamakan keamanannya. Membeli boks bayi bekas, berisiko buat bayi, karena amat mungkin ada bagian-bagian dari boks yang mulai rusak karena setiap hari digunakan. Atau pada car seat, juga mungkin sudah ada bagian yang mulai rusak, using atau bahkan pernah mengalami kecelakaan.
  2. Barang untuk anak
    Misalnya sepeda atau high chair. Barang yang sering digunakan seperti ini, perlu dicek kembali dengan detail. Dikhawatirkan ada bagian-bagian penting yang rusak atau hilang.
  3. Helm
    Mirip dengan poin sebelumnya, nih. Helm yang sudah sering dipakai, bisa saja ada bagian yang sudah mulai rusak.
  4. Makeup
    Betul, ada, loh, yang menjual makeup yang sudah dipakai. Biasanya, seller bakal bilang kalau produk mereka baru dipakai satu kali dan nggak cocok, atau bahkan dikatakan baru dikeluarkan dari kemasan. Makeup yang sudah digunakan ini berpotensi terdapat bakteri di dalamnya. 
  5. Kasur
    Nah, kasur bekas juga ada peminatnya. Pada kasur bekas, mungkin banget terdapat tungau di dalamnya, jamur, dst. Selain itu, jika kasur tersebut pernah digunakan oleh anak-anak, orang sakit atau lansia, mungkin saja pernah terkena ompol atau kotoran lainnya.
  6. Ponsel
    Membeli ponsel bekas, mungkin malah menjadi solusi buat banyak orang. Terutama bagi mereka yang keuangannya terbatas. Ada yang ‘asal punya ponsel’ karena kebutuhan, ada juga yang pingin punya ponsel merk tertentu, tapi belum berkecukupan membeli yang masih baru. Membeli ponsel bekas ini berisiko. Karena bisa saja, kita membeli ponsel yang sebetulnya dalam keadaan rusak.
  7. Alat elektronik
    Dengan membeli alat elektronik bekas, kita nggak betul-betul tahu kondisi asli dari barang tersebut. Karena biasanya, kita sekadar mengetes apakah alat tersebut berfungsi atau tidak.

Baju Bekas, Aman untuk dipakai?


Apakah baju bekas aman dipakai? Baju bekas dan baju lama (vintage) berpotensi bikin penggunanya terinfeksi bakteri, jamur, parasit dan virus. Penyakit kulit seperti dermatitis, scabies dan jamur kulit bisa berpindah dari pakaian bekas yang belum betul-betul dibersihkan. 

Jadi, supaya baju bekas aman bagi kulit, harus dicuci bersih (bila perlu menggunakan air hangat, cek kembali keterangan pada label pakaian) dan disetrika sebelum digunakan. 

Menyetrika pakaian membantu membunuh kuman dan bakteri pada pakaian.

Itulah informasi tentang apa itu thrift dan tips pembeliannya. Ibu tertarik? Jangan lupa ikuti aturannya, ya.

Editor: Dwi Ratih

 

Follow Ibupedia Instagram