Ibupedia

Cara Cerdas Investasi Kesehatan, Cegah Panik saat Keluarga Sakit

Cara Cerdas Investasi Kesehatan, Cegah Panik saat Keluarga Sakit
Cara Cerdas Investasi Kesehatan, Cegah Panik saat Keluarga Sakit

Satu pelajaran penting dari pandemi Covid-19 adalah bagaimana strategi bertahan masing-masing orang menentukan apakah mereka sanggup menghadapi 'goncangan' tiba-tiba. Tanpa modal dan dukungan sekitar yang kuat, maka sulit bagi seseorang untuk bertahan secara finansial maupun menjaga kesehatannya dalam menghadapi virus corona. 

Nah, salah satu bentuk dukungan terbesar tentunya berasal dari keluarga. Idealnya, setiap anggota keluarga ikut berkontribusi dalam mengawasi dan memberikan proteksi satu sama lain. Terutama bagi orang tua yang mengemban tanggung jawab untuk melindungi sang buah hati dan memberikan rasa aman di rumah.

Peran Ibu pun dituntut semakin taktis dan berpikir beberapa langkah ke depan agar kuat menghadapi masalah yang bisa datang sewaktu-waktu. Perbincangan tentang investasi keuangan untuk para Ibu rumah tangga jadi salah satu tema umum saat pandemi. Mulai dari cara agar bisa lebih jago mengatur keuangan keluarga kalau suatu saat pasangan terkena lay off, hingga cara meraih peluang side job untuk bantu finansial keluarga. 

Para Ibu juga semakin belajar tentang distribusi uang, dari yang semula uang jajan hanya ditabung di bank, kini pelan-pelan belajar instrumen investasi keuangan keluarga seperti reksa dana hingga saham. 

Selain sibuk mengatur keuangan keluarga, Ibu juga dituntut untuk belajar tentang investasi pendidikan. Selama si kecil belajar offline di rumah, tentu Ibu tak bisa terus-terusan menemani dan membantu anak dalam pelajaran. Apalagi tak semua anak terbiasa disiplin mengikuti kelas dan bisa langsung paham dengan penjelasan guru. Kadang kala anak keteteran dengan banyaknya hal-hal baru untuk dipelajari sehingga membutuhkan tutor atau bimbel tambahan. 

Mau tak mau hal ini menambah beban pada keuangan keluarga juga. Namun hal ini bisa diantisipasi dengan investasi pendidikan yang tepat. Beberapa instrumen investasi pendidikan yang umum dipilih yakni; tabungan pendidikan anak, asuransi pendidikan, reksa dana, emas, hingga properti. Semakin dini orangtua mempersiapkan dana pendidikan anak, maka dana investasi yang dibutuhkan juga mengecil. 

Inilah pentingnya melakukan investasi sejak awal merencanakan punya anak. Dengan asumsi kenaikan biaya pendidikan rata-rata 10% per tahun, maka setidaknya orang tua harus menyisihkan 10% dari penghasilan bulanan untuk investasi pendidikan. Lalu bagaimana jika keuangan keluarga belum stabil? Ibu bisa melakukan investasi pada diri sendiri, misalnya  pelan-pelan upgrade skill untuk mencari tambahan penghasilan, atau berupaya ekstra agar bisa membantu si kecil dalam proses belajar.

Pentingnya Menyisihkan Dana Kesehatan bagi Keluarga


Untuk mendukung investasi keuangan keluarga dan investasi pendidikan, maka Ibu juga wajib banget nih fokus pada dana kesehatan. Tanpa fisik yang sehat, maka susah untuk bekerja maupun belajar.

Bagaimanapun juga, tubuh kita adalah investasi terbesar. Selama pandemi, keluarga yang terbiasa menjaga kesehatan terbukti punya peran besar dalam mencegah penularan virus. Saat Ibu mengajarkan anak untuk rutin memakai masker dan menjaga kebersihan tangan, maka ia akan terbiasa berhati-hati saat keluar rumah atau kembali ke sekolah. 

Jika dalam suatu kompleks semua unit keluarga bertanggung jawab akan kesehatannya, maka masyarakat yang sehat akan cepat terwujud.

Nah, agar optimal menjaga kesehatan keluarga, Ibu perlu menyisihkan dana sejak awal. Selama pandemi, para tenaga kesehatan dan pemerintah sudah mewanti-wanti masyarakat untuk melengkapi kebutuhan nutrisi harian dengan vitamin dan suplemen makanan. 

Masih ingat kan anjuran pemerintah untuk berolahraga, berjemur di pagi hari dan menjaga asupan bergizi? Berjemur di bawah sinar matahari di waktu-waktu tertentu terbukti bantu meningkatkan sistem imun tubuh sehingga tubuh terproteksi dari virus. 

Selain vitamin C, B12, dan omega 3 yang penting untuk kesehatan, anjuran untuk mengkonsumsi makanan kaya Vitamin D juga masif didengungkan. Ibu perlu memasukkan sumber makanan vitamin D seperti  ikan, kuning telur, susu sapi/kedelai, hati sapi, brokoli atau jamur dalam menu harian keluarga. Kebutuhan akan vitamin D yang cukup tinggi sebaiknya juga dibarengi dengan konsumsi suplemen vitamin D. 

Apalagi jika cuaca mendung sehingga susah untuk berjemur. Menyiapkan aneka vitamin dan suplemen di rumah adalah cara tepat berinvestasi pada kesehatan keluarga.

Manfaat Vitamin D3 untuk Anak dan Ibu Hamil


Investasi kesehatan tak hanya soal membeli asuransi kesehatan untuk berjaga-jaga jika ada anggota keluarga yang mendadak sakit. Ibu justru bisa mulai berinvestasi dengan melakukan pencegahan penyakit, misalnya dengan cara memilih vitamin yang terbukti efektif bantu jaga daya tahan tubuh agar tidak mudah tumbang. Nah, salah satu yang paling penting adalah konsumsi harian Vitamin D terutama untuk anak-anak dan Ibu hamil.

Kadar vitamin D yang cukup dalam tubuh berfungsi memelihara kesehatan tulang, meningkatkan ketahanan tubuh, dan menurunkan risiko penyakit autoimun. Kekurangan vitamin D yang berat, terutama pada anak, dapat menyebabkan penyakit riketsia nutrisional yang umum terjadi pada anak usia 6 bulan - 2,5 tahun. 

Gejalanya mencakup pembesaran area pergelangan tangan dan lutut, kelemahan otot, penurunan kepadatan tulang, gangguan bentuk kepala, perkembangan motorik terhambat, tungkai berbentuk O, gigi telat tumbuh, serta rentan terkena infeksi.

Konsumsi vitamin D pada Ibu hamil juga luar biasa lho untuk menjaga kesehatan janin. Mulai dari mengurangi risiko komplikasi selama kehamilan, menjaga perkembangan tulang janin, mengurangi risiko bayi lahir dengan berat badan rendah, hingga mengurangi risiko alergi saat bayi lahir nanti. Untuk dosis harian Vitamin D yang dibutuhkan Ibu hamil, sebaiknya diskusikan dengan dokter masing-masing ya, Bu!

Manfaat Vitamin D3 untuk anak juga tak kalah maksimal Sayangnya, fakta di lapangan membuktikan masih banyak anak yang kurang konsumsi vitamin D. Menurut artikel dari idai.or.id, 43% anak perkotaan dan 44% anak pedesaan di Indonesia mengalami defisiensi vitamin D. 

Beberapa faktor yang mempengaruhinya termasuk kurang paparan sinar matahari, jarang mengonsumsi makanan kaya Vitamin D, hingga pemberian ASI tanpa suplementasi vitamin D dalam jangka panjang.  IDAI menganjurkan pemberian dosis harian setidaknya 400 IU untuk bayi di bawah 12 bulan serta 600 IU untuk anak di atas usia satu tahun, wanita hamil dan menyusui.

Konsumsi Prove D3, Cara Cerdas Menjaga Kesehatan Keluarga

Pilihlah suplemen vitamin D yang terpercaya dan mudah didapatkan seperti Prove D3. Sebagai Vitamin D3 berbentuk drops pertama di Indonesia, Prove D3 juga bebas gluten, perasa, pewarna, pengawet, dan alkohol lho, Bu. Cara minumnya juga mudah, bisa dicampur ke makanan, minuman, atau diminum langsung.

Meski berbentuk drops, Prove D3 yang memiliki kandungan 400 IU per tetes ini tidak hanya diperuntukkan bagi anak-anak, namun bisa digunakan oleh orang dewasa untuk mencegah osteoporosis. Cukup satu drop sehari, bisa jadi pilihan investasi cerdas untuk jaga kesehatan keluarga nih, Bu.

Mulai sekarang, yuk mulai investasi kesehatan keluarga dengan sedia stok Prove D3 di rumah! Ibu juga bisa mendapatkan Prove D3 dengan klik link ini. Jangan lupa cek IG @provenfamily.id untuk info kesehatan bermanfaat dan promo menarik lainnya ya!

Editor: Dorothea

Follow Ibupedia Instagram