Cara Tepat Mengatasi Trauma Anak Akibat Kematian Orang Terdekat
Anak bagaikan gelas-gelas kaca yang amat sensitif terhadap segala perubahan dalam hidupnya. Sebagian anak belum mengerti arti dari duka akibat kematian orang terdekat.
Secuil perubahan yang mendadak dan menyakitkan tak jarang juga bisa menimbulkan trauma. Apalagi jika harus dihadapkan dengan kematian orang terdekatnya. Jangankan anak, orang dewasa saja mungkin bisa mengalami trauma.
Anak bahkan bisa merasakan kehilangan yang sangat kuat dan membekas hingga ia dewasa nanti. Hal ini berbanding terbalik dengan apa yang mungkin dirasakan oleh orang dewasa. Sehingga hal tersebut tak boleh dibiarkan begitu saja tanpa ada solusi dari orang tua.
Untuk itu, agar tidak timbul trauma yang mendalam berikut adalah beberapa cara mengatasi trauma anak akibat kematian orang terdekat yang bisa kita lakukan sebagai bentuk dukungan dari orang tua.
Ciri-ciri anak mengalami trauma
Tiap anak tentu memiliki ekspresi dan respon yang berbeda terhadap trauma yang ia alami. Melansir American Psychological Association berikut adalah ciri-ciri anak mengalami trauma yang perlu diketahui orang tua:
- Timbul kecemasan dan ketakutan baru;
- Takut ditinggal sendirian;
- Mengalami gangguan tidur;
- Merasakan kesedihan mendalam;
- Sering bermimpi buruk;
- Tidak bergairah dalam beraktivitas;
- Adanya penurunan konsentrasi;
- Mudah marah dan emosi meledak-ledak; dan
- Lebih sering melamun.
Mengatasi trauma anak akibat kematian orang terdekat
Orang tua perlu tahu bahwa, perasaan yang dirasakan oleh seorang anak setelah kematian orang terdekat mereka ternyata cukup mendalam dibandingkan orang dewasa. Melansir Raising Children tanpa disadari orang tua, anak memang punya perasaan yang lebih kuat tentang kematian seseorang yang sering mereka lihat dan sukai misalnya, tetangga yang ramah, hewan peliharaan yang dicintai dan kematian orang terdekat lainnya.
Perasaan anak-anak tentang kematian memang tergantung pada usia dan perkembangan mereka. Namun, tanpa sadar kematian orang terdekat ini tak jarang bisa menimbulkan trauma yang mendalam.
Beberapa dari mereka tidak jarang bingung dan berusaha mengerti apa yang sebenarnya terjadi. Bahkan, tidak sedikit dari anak-anak itu yang merasa bersalah dan berpikir bahwa merekalah yang menjadi penyebab dari kematian itu.
Meski kondisi ini sangat normal terjadi, akan tetapi tanpa sadar dapat menyebabkan trauma anak. Oleh karena itu, mengatasi trauma anak akibat kematian orang terdekat menjadi hal yang sangat penting dilakukan orang tua.
Selain bertujuan untuk mengatasi kemungkinan trauma, hal ini dapat membantu si kecil mengekspresikan perasaannya tentang kematian seseorang. Bermain, mengalihkan perhatian dan rutin mengajak anak berbicara sedikit banyak dapat mengurangi trauma tersebut.
Langkah yang bisa orang tua lakukan
Mengingat respon setiap anak atas berita duka ini berbeda-beda tentu perlu langkah khusus agar rasa duka ini tidak berujung trauma pada anak. Melansir Kids Health berikut adalah beberapa cara yang bisa dilakukan orang tua untuk mengatasi trauma anak akibat kematian orang terdekat:
- Gunakan bahasa yang ringan dan mudah dimengerti untuk menjelaskan kematian
Bersikaplah tenang tunjukkan empati kamu sebagai orang tua saat menceritakan kabar orang terdekatnya telah meninggal. Gunakan kata-kata yang jelas dan mudah dipahami anak. Berikan waktu sejenak agar anak bisa mencerna kata-kata orang tuanya.
- Tenangkan anak
Setiap anak tentu mempunyai reaksi yang berbeda begitu mengetahui orang terdekatnya meninggal. Beberapa anak ada yang langsung menangis dan ada pula yang langsung mengajukan beragam pertanyaan yang sulit dijawab orang tuanya.
Atau bahkan ada juga anak yang tidak bereaksi sama sekali. Dalam hal ini, orang tua harus tetap berada di samping anak, berikan pelukan dan kenyamanan yang mereka butuhkan. Sentuhan fisik seperti ini ternyata sangat membantu menenangkan anak setelah mengalami kejadian yang membuat mereka trauma.
- Beri anak waktu untuk pulih dari kehilangan
Kesedihan adalah proses normal yang umum terjadi pada tiap manusia. Meski begitu, pastikan agar orang tua lebih sering berbicara dan mendengarkan untuk melihat bagaimana perasaan anak setelah alami masa kehilangan.
- Bantu anak mengingat kebaikan orang tersebut
Ingat ya Bu, menyembuhkan luka bukan berarti melupakan orang yang kita cintai. Hal ini juga berlaku pada anak, sebab terkadang kenangan yang penuh kasih dapat membangkitkan perasaan yang lebih baik agar kita tetap semangat dalam menjalani hidup.
- Tetap pertahankan rutinitas
Hal ini bertujuan untuk mengalihkan perhatian anak agar ia tidak terlarut dalam kesedihan yang mungkin dapat mengganggu kehidupan mereka. Selain itu, hal ini pun setidaknya dapat meyakinkan mereka bahwa hidup akan baik-baik saja.
Namun, apabila anak mengalami kesulitan untuk kembali beradaptasi dengan rutinitas harian mereka, jangan ragu untuk konsultasikan hal ini ke psikolog keluarga.
- Ajak anak memulai kegiatan baru bersama sebagai bagian dari mengalihkan perhatian
Beberapa anak ada yang bisa mengalihkan rasa trauma mereka dengan memulai kegiatan baru, misalnya saja dengan melukis atau menggambar. Biasanya hasil karya mereka akan sesuai dengan apa yang sedang dirasakan anak saat ini.
Membantu mengalihkan perhatian anak dengan cara ini sedikit banyak dapat membantu mengatasi trauma anak akibat kematian orang terdekat.
Dukungan keluarga dan orang tua adalah supporter utama dalam mengatasi trauma anak akibat kematian orang terdekat. Memang butuh waktu bagi anak untuk mengatasi trauma pada dirinya, sehingga kita pun dituntut harus sabar dan tidak boleh berhenti memberikan dukungan moral.
Namun jika berbagai cara sudah dilakukan dan trauma anak nampak tak kunjung reda, jangan ragu untuk meminta bantuan psikolog ya Bu. Agar trauma anak bisa segera diatasi oleh ahlinya dan tidak jadi trauma yang berkepanjangan hingga ia dewasa.
Editor: Dwi Ratih