Ibupedia

Dampak Negatif Jika Orangtua Suka Membentak Anak

Dampak Negatif Jika Orangtua Suka Membentak Anak
Dampak Negatif Jika Orangtua Suka Membentak Anak

Orang tua pasti tidak pernah berencana membentak atau berteriak pada anak, tapi kejadian ini bisa kapanpun terjadi. Sebelum meninggikan suara saat bicara pada si kecil, coba Bunda pikirkan, “Kenapa Anda suka membentak anak?” Mungkin jawabannya karena Anda merasa tidak didengarkan olehnya. Para orang tua kadang tidak menyadari kalau semakin kita berteriak dan membentak agar didengar, semakin anak tidak mau mendengarkan.

Cara agar orang tua tidak membentak anak

Nah, daripada membentak, coba deh hilangkan kebiasaan ini. Jika sulit, berikut beberapa hal yang bisa Anda lakukan untuk mengurangi kebiasaan membentak anak:

  1. Sesuaikan ekspektasi Anda

    Mungkin Anda pernah mengalami kejadian yang serupa dengan ini: Anda meminta si kecil yang berusia prasekolah untuk membereskan mainannya dan ia selalu menuruti Anda dalam 5 hari berturut-turut. Tapi ia lupa melakukan permintaan Bunda di hari ke-6. Hal sepele ini jangan dijadikan alasan untuk membentaknya ya Bun. Ini bisa terjadi karena ia baru berusia 3 tahun, bukan karena ia membangkang. Jadi membentak tak ada gunanya. Anda lebih baik mengetahui apa yang bisa anak seusianya lakukan dengan baik dan sesuaikan ekspektasi Anda dengan kemampuannya.

  2. Menjadi contoh bagi Anak

    Pernah mendengar si kakak yang berusia 10 tahun membentak adiknya dengan kata dan frase yang sama seperti yang sering Anda gunakan? Dari kejadian itu bisa dipastikan kalau anak belajar berkomunikasi pertama kali dan paling banyak dari Bunda dan Ayah. Selalu ingat ya Bun, suatu hari anak akan bicara pada Anda seperti Anda bicara padanya. Jadi biarkan ini menjadi motivasi agar Bunda selalu berusaha untuk menjadi contoh yang baik. Coba ulangi apa yang Anda katakan kepada si kecil lalu bayangkan bagaimana perasaan Anda bila si kecil mengatakan hal yang sama kepada Anda.

  3. Kembali fokus

    Anda marah ketika masuk ke dapur dan melihat sepatu berserakan di lantai dan bak cuci piring penuh berisi mainan? Sebelum mulai membentak dan berteriak pada anak, alihkan diri Anda. Gunakan strategi atau benda yang bisa menenangkan Anda, seperti meremas bola mainan atau melihat foto favorit keluarga. Melakukan hal ini bisa mengatasi keinginan untuk membentak dan membantu Anda kembali terkontrol.

  4. Keluar dari tempat kejadian

    Saat di rumah dan anak melakukan sesuatu yang membuat Bunda marah, coba minta Ayah untuk mengambil alih. Bunda bisa keluar dari ruangan tempat anak mengacaukan sesuatu selama beberapa menit. Biasanya karena Ayah tidak ada di tengah situasi kacau yang anak lakukan, ia jadi lebih baik mengatasinya tanpa membentak dan Anda bisa menenangkan diri. Ini juga berlaku sebaliknya, bila pasangan sudah mulai emosi, Anda bisa ambil alih dan ia menenangkan diri.

  5. Biarkan anak tahu kalau Anda marah

    Daripada membentak, tarik nafas dalam lalu katakan, “Sekarang Bunda sangat marah, Nak.” Kadang anak jadi berhenti berperilaku buruk, tapi kadang anak bisa juga berkata, “Aku juga marah, Bun” atau “Bunda nggak boleh marah.” Meski begitu, komunikasi antara Anda dan si kecil sudah terbangun.  Tinggalkan ia beberapa menit untuk menenangkan diri atau dudukkan ia di pangkuan dan katakan, “Ayo kita diam selama beberapa menit sampai kita merasa tenang ya.”

  6. Buat batasan waktu

    Ketika marah, tidak ada batasan yang jelas kapan semua akan kembali ke kondisi normal. Dengan menetapkan batasan waktu, Anda bisa lebih mengontrol situasi. Ketika Anda mulai marah dan meninggikan suara, katakan “Sekarang Bunda sangat marah, jadi Bunda akan ke dapur mencuci piring dan menenangkan diri. Kalo Bunda selesai, Bunda akan selesai marahnya.”

    Kemungkinan si kecil akan merengek, “Aku nggak mau Bunda marah sama aku.” Katakan dengan tenang, “Bunda tidak marah sama Adek, Bunda masih sayang Ade. Tapi karena Adek nggak mau habisin makan padahal sudah dari tadi Bunda bujuk. Bunda capek  dan butuh waktu untuk tenang. Adek selesaikan makannya ya, Bunda mau ke dapur mencuci piring.” Setelah selesai mencuci piring dan melihat si kecil melakukan apa yang Anda minta, jangan lupa berikan senyuman dan pelukan hangat.

  7. Selalu rendahkan suara Anda

    Jika di saat tidak  marah Anda cenderung meninggikan suara, coba ganti kebiasaan ini. Bila Anda membiasakan diri menggunakan suara yang lebih lembut, kemungkinan membentak akan berkurang. Coba satu trik ini Bun, bicaralah pada anggota keluarga hanya ketika Anda ada di ruang yang sama.

  8. Berpikir seperti guru

    Guru yang baik tidak mempermasalahkan perilaku anak yang keliru tapi menganggapnya sebagai kesempatan untuk belajar. Jadi bila anak meninggalkan wadah es krim kosong di freezer atau menuangkan krayon ke mesin cuci, tanyakan pada diri Anda, “Apa yang ia perlu pelajari dan bagaimana saya mengajarkannya?”

  9. Mendekat

    Anda pernah membentak saat berada di lantai 2 sedang si kecil ada di bawah tangga? Anak akan dengan mudah mengabaikan Anda. Orang tua sering berkata, “Bunda sudah bilang berkali-kali tapi kamu tidak dengar.” Itu terjadi karena Anda berteriak. Bila anak tidak merespons saat pertama kali Anda memintanya melakukan sesuatu, mendekatlah padanya, curi perhatiannya, lakukan kontak mata, dan bicara tegas tapi lembut.

  10. Bayangkan banyak orang mendengar Anda

    Bila Anda membentak dan berteriak di dekat jendela yang terbuka, kemungkinan banyak orang bisa mendengar Anda.  Bayangkan bila bos, teman dekat, atau nenek ada di ruangan bersama Anda. Apakah Anda akan membentak mereka? Kita sering memperlakukan orang tersayang lebih buruk dari teman kerja. Jadi coba dengarkan bagaimana suara Anda terdengar bagi orang lain.

Dampak buruk jika orangtua sering membentak anak

Bunda, tumbuh di lingkungan yang penuh dengan teriakan dan bentakan bisa mengganggu kesehatan mental. Anak tidak punya pilihan kecuali mendengar bentakan karena ia tidak bisa menghindar. Akan muncul efek jangka panjang dari bentakan dan teriakan orang tua terhadap anak.

  1. Rasa percaya diri

    Tak mungkin terbentuk diri yang sehat bila anak sering dibentak. Rasa percaya diri tumbuh ketika Anda melihat diri sendiri sebagai individu yang bernilai, dihormati, dan dicintai. Pada kebanyakan kasus, anak yang dibentak mengalami kerusakan pada citra diri mereka. Anak yang jadi korban kekerasan verbal jarang melihat diri mereka sebagai individu yang berharga. Anak dengan kondisi ini bisa dibantu mengembangkan rasa percaya diri dengan melibatkan mereka di kegiatan olahraga sekolah di mana mereka bisa memperoleh afirmasi diri.

  2. Agresif

    Anak yang secara konsisten dibentak hingga usia 4 atau 5 tahun kemungkinan menunjukkan perilaku agresif. Anak mulai bermasalah dalam situasi sosial dengan teman sebaya. Mereka bertindak menyerang, mendorong, memukul, bahkan menggigit. Anak yang sering dibentak perlu diajarkan bagaimana mengontrol kemarahan yang terkumpul dalam diri akibat kekerasan yang mereka alami. Konseling profesional bisa mengatasi perilaku agresif pada anak kecil.

  3. Rasa takut 

    Anak yang dibentak cenderung menjadi penakut. Anak kecil takut oleh suara keras khususnya suara pria yang dalam. Anak yang takut bereaksi pada bentakan dengan bersembunyi, gemetar, atau meringis. Perilaku takut jangka panjang kemungkinan berlanjut bila kekerasan berupa bentakan terus terjadi selama berbulan-bulan atau bertahun-tahun. Ini bisa membuat anak sulit menjalani pertemanan, juga mengganggu kemampuannya untuk mengatasi konflik sehingga ia menarik diri dari situasi yang sulit, bukan mengatasinya.

  4. Masalah konsentrasi

    Masalah konsentrasi biasa terjadi pada anak yang dibentak pada jangka waktu panjang. Kurang konsentrasi diakibatkan oleh kekerasan emosional. Kesulitan ini biasanya jadi masalah di sekolah, terutama di kelas atas di mana anak diharapkan bisa berkonsentrasi untuk waktu yang lama. Perhatian individu dari guru bisa membantu memperbaiki kondisi ini.

Tips agar orangtua bisa berhenti membentak anak

Coba beberapa cara berikut agar Anda bisa berhenti membentak anak:

  1. Kenali pemicunya 

    Membentak anak tidak terjadi begitu saja, biasanya ini merupakan respon terhadap perilaku tertentu. Dengan kata lain, ada yang menjadi pemicunya. Bila Anda bisa cari tahu apa yang menyebabkan Anda emosi dan marah, Anda bisa punya kesempatan lebih baik untuk menghindarinya.

    Pemicu kemarahan bisa berbeda pada tiap orangtua. Merasa lelah, banyak pekerjaan di kantor, pulang ke rumah, dan harus menyiapkan makan malam, semua ini sangat mungkin membuat Anda hilang kesabaran. Kesadaran diri akan membantu Anda membuat pilihan lebih baik, misalnya memasak makanan yang mudah disiapkan atau menyalakan TV untuk mengalihkan anak ketika Anda memasak.

  2. Beri peringatan ke anak 

    Cukup adil bagi anak, ketika mereka bertengkar atau berdebat di mobil, beritahu kalau Anda sebentar lagi akan berteriak. Anda bisa katakan, “Bunda nggak mau teriak, tapi kalau kamu tidak mau dengar, Bunda bisa marah.” Peringatan ini kadang cukup untuk membuat anak tenang.

    Peringatan juga membuat anak siap untuk transisi. Mungkin mereka tidak merespon Anda untuk mengganti baju karena mereka sibuk dengan membangun gedung dari lego. Coba katakan, “Sekarang waktunya tidur. Kamu masih mau main 5 menit lagi? Oke, Bunda masih bisa tunggu tapi setelah 5 menit, waktunya habis ya.”

  3. Buat “yes list”

    Kadang orangtua sulit untuk punya waktu sendiri. Karenanya sebaiknya keluarga bisa duduk bersama untuk membahas “yes list”. Pada daftar ini, yang nantinya bisa ditempel di pintu kulkas, berisi hal yang bisa dilakukan sebelum Anda marah atau mengatakan sesuatu yang akan Anda sesali.

    Isinya akan bervariasi dari satu keluarga ke keluarga lain, tapi bisa berupa tindakan seperti jogging di tempat atau mengetik status yang tidak Anda publikasikan di media sosial. Bila Anda melakukan hal di daftar ini, misalnya pergi ke kamar mandi dan menarik napas, anak melihat ini, menyadarinya dan melakukan hal yang sama.

  4. Jelaskan nanti saja

    Membentak anak bukan cara komunikasi, ini mendorong anak untuk terpaksa diam tapi tidak mendengarkan. Anak tidak bisa mengingat apa yang terjadi 10 menit yang lalu, jadi tak perlu ajarkan perilaku yang tepat di waktu itu juga. Berlatih mengontrol diri akan menyampaikan pesan lebih tepat. Momen pengajaran datang setelahnya, dan akan jauh lebih efektif ketika Anda sudah lebih tenang.

    Tapi Anda harus lebih tenang dulu untuk bisa membahasnya. Pada anak yang lebih kecil, jelaskan perilaku yang Anda harapkan dan konsekuensinya. Anak bikin berantakan? Bersihkan bersama.

  5. Kenali perilaku yang normal bagi anak

    Kadang, dengan menyadari kalau anak menolak tidur, bertengkar dengan kakak, atau merajuk, adalah perilaku yang sesuai dengan usianya, bisa membuat Anda tidak terlalu emosi. Mereka berperilaku demikian bukan untuk membuat Anda marah.

    Memiliki perspektif seperti ini membuat Anda lebih tenang. Wajar bila anak tidak mau mendengar orangtuanya. Apa yang membuat kita marah adalah anggapan anak tidak boleh demikian dan ada yang salah dengan anak kita.

  6. Bersikap proaktif

    Bila berangkat sekolah di pagi hari selalu membuat Anda membentak anak, misalnya, maka persiapkan di malam sebelumnya. Ini bisa berupa menyiapkan cemilan sebelumnya untuk membuat anak sibuk atau tidak saling bertengkar ketika Anda repot dengan pekerjaan rumah.

  7. Olahraga

    Bagi sebagian orangtua, berteriak merupakan bentuk latihan fisik. Jogging atau melompat bisa mengalihkan Anda dan memberi Anda penyaluran ketika merasa ingin teriak. Tentu Anda tidak ingin lakukan ini di depan banyak orang, tapi bisa dilakukan di rumah. Siapa tahu dengan melakukan ini berat badan Anda jadi berkurang.

  8. Minta maaf

    Anda lepas kontrol dan membentak anak. Lalu apa yang harus dilakukan? Meminta maaf. Ini mengingatkan anak kalau kita adalah manusia dan kadang emosi yang memuncak menyebabkan kita bicara tidak dengan cara seharusnya.

    Meminta maaf berarti mencontohkan perilaku yang tepat untuk anak ikuti ketika mereka hilang kesabaran. Lalu bahas tentang kenapa Anda membentak anak, karena ini tidak selalu karena orangtua kehilangan kontrol diri, tapi juga karena anak perlu memodifikasi perilakunya. Harus ada pendekatan team di sini. Ada yang membuat Anda marah yakni perilaku anak. Bicarakan dan cari cara untuk memecahkannya agar tidak sering terjadi. Akhirnya, Anda punya semakin sedikit alasan untuk membentak anak.

  9. Minta bantuan

    Merawat anak kecil bisa sangat melelahkan. Dan membentak anak bisa jadi tanda stres dan kelelahan, yang artinya Anda butuh dan layak memperoleh istirahat. Minta bantuan suami atau pengasuh yang bisa Anda percaya selama setengah hari agar Anda punya waktu untuk menjernihkan pikiran.

Kapan orangtua boleh meneriaki anak?

Selain di situasi yang jelas ketika kita berada di momen kebahagiaan atau memberi semangat ke anak di pertandingan sepak bola, para ahli setuju kalau tidak apa berteriak ke anak untuk mendapat perhatiannya ketika mereka dalam bahaya.

Simpan teriakan Anda hingga ketika anak benar-benar perlu mendengar Anda, seperti ketika anak tidak berhati-hati di jalan raya. Itu sebabnya Anda tak perlu terus berteriak, karena berteriak tidak berhasil bila Anda selalu menggunakannya setiap waktu.

Jenis teriakan orangtua 

Ada tiga jenis teriakan orangtua. Ada teriakan yang berupa menaikkan suara. Ini sering dipicu oleh anak, dan tidak menimbulkan rasa takut. Lalu ada teriakan yang disebabkan oleh kemarahan, ini bisa membuat anak takut dan secara emosi merusak anak ketika bersifat kronis. Yang terakhir ada teriakan yang bagus, yang digunakan orangtua ketika anak akan menyentuh kompor panas atau jalan di jalan raya.

Bunda, beberapa budaya lebih ekspresif, dan berteriak kadang dianggap hal yang biasa, tapi bukan berarti tak apa berteriak ke anak. Kemarahan yang diarahkan ke anak bisa membuat mereka takut dan kadang kita kehilangan kontrol. Karenanya, dari manapun asal budaya kita, ini perlu diperhatikan. Kebanyakan anak bisa menerima kemarahan orangtua selama diikuti oleh pendinginan serta pelukan.

(Ismawati)

Follow Ibupedia Instagram