Ibupedia

Do’s and Don’ts Saat Menghadapi Pasangan yang Sedang Marah

Do’s and Don’ts Saat Menghadapi Pasangan yang Sedang Marah
Do’s and Don’ts Saat Menghadapi Pasangan yang Sedang Marah

Marah menjadi salah satu emosi wajar yang dimiliki seseorang, tidak peduli anak atau orang dewasa. Karena marah juga merupakan emosi manusia, maka manusia harus memiliki kontrol terhadap emosinya. Seringkali kita dihadapkan pada situasi tidak menyenangkan yang membuat cekcok dengan pasangan.

Di lain kondisi, pasangan juga mungkin memiliki hari buruk atau mood yang tidak bagus sehingga ia mudah sekali marah.

Bila pasangan marah, pihak yang tidak marah perlu mengetahui apa yang sebaiknya dilakukan dan apa yang lebih baik tidak dilakukan saat menghadapinya. Menghadapi pasangan yang sedang marah tidak bisa serta merta langsung dengan meredamnya. Bahkan, kesalahan pemilihan kata bisa sangat fatal akibatnya saat menghadapi pasangan yang sedang marah. Perlu beberapa cara agar amarah pasangan mereda dan suasana jadi kembali tenang.

Mengapa hal ini perlu dipelajari? Perlu Ayah dan Ibu ketahui bahwa banyak pernikahan harus berakhir dengan perceraian hanya karena kedua belah pihak tidak mampu mengatasi masalah emosi. Kemampuan mengelola emosi tiap pasangan sangat memengaruhi pola komunikasi untuk mempertahankan hubungan harmonis. Diperlukan banyak kebijaksanaan dalam menghadapi pasangan yang sedang marah agar masalah komunikasi bisa dihindari.

Berikut daftar Do’s and Don’ts yang bisa dilakukan saat menghadapi pasangan yang sedang marah.

Do's Saat Menghadapi Pasangan Yang Sedang Marah

  1. Cobalah Tenang

    Memilih tenang sebagai reaksi saat menghadapi pasangan yang sedang marah adalah awalan yang bagus. Langkah awal ini akan menentukan sikap selanjutnya yang bisa diambil untuk menghadapi pasangan yang sedang marah. Memang sih, agak sulit untuk bisa tetap tenang melihat pasangan sedang marah. Bawaannya malah jadi ingin ikutan marah, kan?

    Tapi ternyata, jika pasangan yang marah direspons dengan ketenangan, maka amarah pasangan akan lebih cepat surut. Kalau sudah ikutan tenang, pasangan akan lebih mudah diajak bicara. Tenang yang dimaksud bukan berarti Ibu atau Ayah menyikapinya dengan cuek. Namun justru diperlukan kontak mata dan fokus memperhatikan pasangan.

  2. Gunakan Nada Rendah

    Setelah berhasil merespons dengan tenang, cobalah bicara dengan menggunakan nada rendah. Nada rendah dalam percakapan akan membawa ketenangan. Menghadapi pasangan yang sedang marah akan jadi lebih mudah jika emosinya yang tinggi tersebut diredam dengan nada bicara yang bukan 7 oktaf. Otaknya akan merespons bahwa dari Ibu atau Ayah sebagai pasangan bisa mencari solusi permasalahan atau membantu mengelola emosi.

  3. Temukan Masalahnya

    Bertanyalah dengan baik tentang masalah yang memicu pasangan marah. Apakah itu dari Ayah atau Ibu sendiri, ataukah ada hal lain yang membuat pasangan merasa frustrasi. Karena Anda telah mencoba menggunakan nada rendah untuk bicara, maka pasangan akan terbantu berpikir jernih dan mau mengemukakan alasan kemarahannya. Dengan bertanya dan menemukan akar permasalahannya, menghadapi pasangan yang sedang marah dapat dilakukan dengan mudah.

  4. Gunakan Teknik Komunikasi I-Message

    Cobalah untuk mengemukakan pernyataan dengan subjek “aku” ketika menghadapi pasangan yang sedang marah. Teknik komunikasi I-Message atau pernyataan ke-aku-an akan membantu pasangan lebih memahami maksud dan tujuan dari ucapan kita. Karena I-Message terdengar tidak judgemental dan pasangan tidak merasa tersudut.

    Contoh yang bisa diucapkan seperti, “Aku bisa paham kamu marah, Sayang. Aku juga pernah merasakan hal yang sama. Sama seperti kamu, aku pun marah jika seseorang mengambil sesuatu milikku tanpa izin. Tapi apakah aku harus terus-menerus marah tanpa penyelesaian? Aku rasa aku harus ikhlas dan mencari solusi lain, dan aku harap kamu juga bisa gitu.”

  5. Gunakan Cara yang Tepat

    Setiap orang memiliki cara yang berbeda dalam mencairkan suasana. Kita tentu bisa mencoba berbagai cara untuk membuat suasana gelap menjadi kembali ceria. Beberapa pasangan mudah melunak setelah diajak bercanda. Tentu dengan memilih humor yang tepat karena agar tidak memperkeruh suasana.

    Ada pula yang menggunakan rayuan untuk membuat amarah pasangannya mereda. Siapa sih yang masih betah bertahan kaku setelah dipeluk atau dicium?

    Tak sedikit juga lho yang memilih memanjakan pasangan dengan pijatan, makanan kesukaan, atau diajak jalan-jalan agar otak bisa refresh. Ibu dan Ayah tentu sudah mengenal kesukaan pasangan masing-masing, bukan? Nah, tidak ada salahnya mencoba setiap cara, lalu gunakan yang paling berpengaruh di kondisi berikutnya nanti.

  6. Tawarkan Pilihan

    Ibu atau Ayah bisa menawarkan pilihan saat menghadapi pasangan yang sedang marah. Bisa berupa kalimat seperti, “Kayaknya kamu lagi nggak enak hati. Kamu mau aku temani di sini atau butuh waktu sendiri?” Pilihan ini dapat membantu pasangan untuk lebih mudah mengatasi marahnya, dengan ditemani orang tercinta atau diberi ruang untuk sendiri dulu.

Don’ts Saat Menghadapi Pasangan Yang Sedang Marah

  1. Ikut Larut dalam Amarah

    Dalam menghadapi pasangan yang sedang marah, ada baiknya jika kita meminimalisasi gejolak emosi. Terlalu ikut terbawa perasaan malah akan mempersempit kemungkinan otak untuk berpikir secara logis dalam memecahkan masalah.

    Nah, saat pasangan marah dan kita mencoba mencari tahu penyebabnya, ada kemungkinan juga pasangan marah karena sesuatu yang Anda lakukan atau ucapkan. Inilah momen di mana kita sebisa mungkin tidak ikut larut dalam amarah. Jika telanjur, cobalah untuk menarik napas, embuskan, lalu mulailah menerima keadaan. Bicarakan bersama dan bantu pasangan meredam amarahnya.

  2. Menggunakan Kalimat yang Judgmental

    Jika kita menggunakan kalimat judgmental saat menghadapi pasangan yang sedang marah, maka sudah tentu keadaan akan semakin memanas. Orang yang sedang marah cenderung tidak ingin disalahkan. Kalimat judgmental hanya akan membuat orang yang marah semakin marah.

    Kalimat seperti, “Ya kamu kenapa sih harus marah-marah gitu? Emang kamu pikir perasaan kamu aja yang penting?” Ingatlah bahwa setiap orang berhak marah sebagai bentuk penyaluran emosi. Maka tentu kita perlu menghargai rasa ‘marah’ yang pasangan kita rasakan.

    Selain itu, kalimat judgmental ini juga akan mengecilkan perasaan pasangan yang sedang marah. Sehingga selain akan lebih tersinggung, hal ini tidak akan baik untuk hubungan. Pasangan akan mengingat kalimat judgmental yang mengecilkan hatinya atau bahkan merendahkan harga dirinya sebagai sebuah luka yang kita berikan.

    Laman Huffpost menyebutkan sebuah riset yang menyatakan bahwa pasangan yang bahagia adalah mereka yang berbagi interaksi positif, bukannya negatif seperti kata-kata yang judgmental.

    Daripada mengonfrontasi pasangan dengan kalimat negatif, cobalah kalimat berikut ini: “Kamu lagi bad mood? Ada masalah apa, Sayang? I love you. Aku selalu di sini kalau kamu butuh cerita.”

  3. Menyambar Kemarahan Pasangan

    Tidak ada api yang padam jika disembur api juga. Maka menyambar kemarahan pasangan dengan kemarahan justru akan memperuncing masalah. Marah itu bisa juga menular lho. Karena atmosfer di sekitar jadi terasa kaku dan tegang, jadi marah bisa mudah berpindah ke orang yang sedang diajak bicara.

    Bila kita tersulut emosi saat menghadapi pasangan yang sedang marah, berpisahlah untuk sementara waktu. Berdiam diri di ruangan yang berbeda atau salah satu pergi mencari udara segar, adalah langkah yang bagus untuk menghindari pertengkaran yang lebih besar.

  4. Berdebat dalam Perdebatan Tanpa Akhir

    Ketika menghadapi pasangan yang sedang marah, tentu kita boleh memiliki argumen yang berbeda. Namun, kita perlu berhati-hati dalam memilih waktu dan kata-kata dalam menyampaikannya dan tidak berlarut-larut memperdebatkan hal yang sudah jelas tidak bisa ditawar oleh masing-masing.

    Dalam laman Psychology Today yang merangkum isi dari buku Dance of Anger, disebutkan bahwa perdebatan karena beda pendapat haruslah dihindari. Karena perdebatan seperti ini tidak memiliki ujung.

    Lebih baik cobalah untuk mengatakan, “Aku paham kok kalau kamu nggak setuju. Jelas bahwa kita berdua punya pandangan yang berbeda soal ini.” Selanjutnya, kita akan menyadari pentingnya untuk menghargai perbedaan pendapat di dalam sebuah pernikahan

  5. Terjebak dalam Kekerasan

    Penting untuk menyadari bahwa dalam pernikahan atau rumah tangga seharusnya tidak ada kekerasan dalam bentuk apa pun. Amarah dapat menjadi pemicu terjadinya kekerasan fisik maupun psikis. Banyak kasus pembunuhan pasangan juga dipicu dari masalah pernikahan seperti pertengkaran.

    Jika saat pasangan kita marah lalu muncul kekerasan seperti kalimat menjatuhkan atau terjadi pemukulan, maka inilah saatnya kita berhenti terlibat. Mintalah bantuan ahli untuk mengatasi hal ini berkaitan dengan manajemen emosi pasangan. Hindari diam saja dan tidak melakukan sesuatu saat kita mendapatkan kekerasan.

    Karena jika kita diam, pasangan akan menganggap bahwa kekerasan yang ia lakukan saat marah adalah hal wajar. Berhentilah terjebak dalam kekerasan dan perbaiki hubungan dengan pasangan melalui bantuan orang ketiga, seperti psikolog atau konsultan pernikahan.

Kemarahan seseorang adalah tanggung jawab dari orang tersebut. Jika pasangan marah, maka ini adalah tanggung jawabnya untuk berdamai dengan amarahnya.

Kita sebagai pasangan, adalah orang yang hanya membantu pasangan menemukan aksi dari tanggung jawab tersebut dengan cara yang dewasa. Tetap utamakan sabar dan konsisten saat menghadapi pasangan yang sedang marah.

(Dwi Ratih)

Follow Ibupedia Instagram