Stop Jadikan Anak Investasi! OJK Ajak Ibu Putus Rantai Generasi Sandwich
Katanya, tiap anak yang lahir ke dunia merupakan sebuah investasi bagi orang tuanya. Ibaratnya, anak-anak yang lahir ke dunia nantinya harus menyokong kehidupan kedua orang tua saat ia dewasa.
Bahkan, mereka juga harus bertanggung jawab membiayai keluarga orang tuanya, hingga mereka menikah kelak. Wah, kali ini Ibumin nggak setuju, deh!
Kondisi semacam ini, lebih akrab dikenal dengan generasi sandwich. Apa itu generasi sandwich? Jadi, generasi sandwich sendiri merupakan generasi orang dewasa (diibaratkan berbentuk seperti sepotong daging yang terhimpit roti), dimana mereka harus/dipaksa untuk menghidupi tiga generasi sekaligus.
Cakupan generasinya juga cukup luas, mencakup dirinya sendiri, orang tua, dan bahkan anaknya kelak. Generasi sandwich ini belakangan juga menjadi sorotan dari banyak pihak, termasuk oleh Kepala Eksekutif Pengawas PEP Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Frederica Widyasari.
Ia mengimbau agar para orang tua, perlu memutus mata rantai generasi sandwich sedini mungkin. Serta nggak boleh berharap bahwa anak-anaknya akan menyokong hidup orang tuanya kelak.
Beban berat anak generasi sandwich
Dikutip dari Detik Finance beberapa hari lalu, Frederica Widyasari dengan tegas menyatakan agar para Ibu ataupun orang tua berhenti untuk menjadikan anaknya sebagai investasi masa tua. Menurutnya, zaman sekarang sudah saatnya para Ibu mempersiapkan masa pensiunnya masing-masing alias mapan secara finansial.
Sebab nyatanya, jika mengutip dari CNBC Indonesia, berdasarkan survey 1.828 responder pada September 2021, ada sekitar 48,7% masyarakat produktif di Indonesia yang mengaku menjadi generasi sandwich. Mereka rata-rata berusia antara 25-45 tahun, yang dipaksa atau harus bertanggung jawab mengenai finansial keluarganya.
Kebayang kan Bu, bagaimana berat beban yang harus dipikul anak generasi sandwich saat ini? Berat memang, Ibumin pun nggak tega kalau si kecil harus mengalami hal yang serupa. Untuk itu, OJK mengimbau agar para Ibu harus berjuang memutus mata rantai tersebut dengan menabung, menyiapkan dana pensiun dan otomatis wajib berdaya.
Yup! Punya dana pensiun dan passive income memang jadi idaman. Tapi, untuk berdaya dan mandiri secara finansial, jelas membutuhkan perjuangan yang panjang. Terlebih ketika kita masih sulit menabung.
Namun, demi memutus rantai generasi sandwich segala cara tetap bisa kita lakukan ya, Bu. Misalnya dengan memulai dari hal-hal kecil terlebih dahulu, seperti berusaha mengatur keuangan, belajar berinvestasi dengan beragam instrumen keuangan, membuka usaha sendiri dan lain sebagai ya.
Setidaknya, dari hal-hal kecil seperti ini, siapa tahu bisa bantu anak dan cucu kita, terlepas dari beban generasi sandwich di masa mendatang. Sehingga, otomatis juga bikin Ibu jadi cerdas finansial.
Apalagi, dampak generasi sandwich, nyata adanya. Yes! Dampak dari generasi sandwich nyatanya memang nggak main-main ya, Bu. Bahkan, menurut penelitian yang dilakukan oleh Science Direct mereka yang terpaksa menjadi generasi sandwich cenderung memiliki peluang sekitar dua kali lipat, mengalami masalah psikologis yang cukup parah, hingga berujung depresi.
Pentingnya mengatur keuangan, bantu putus rantai generasi sandwich
Nggak ingin anak dan cucu kita terlibat dalam lingkaran generasi sandwich? Tentu sebagai seorang Ibu kita punya andil yang cukup besar dalam mengupayakan hal tersebut. Bahkan, bisa kita mulai dari hal-hal yang kecil terlebih dahulu, lho!
Salah satunya, dengan cara mengatur keuangan generasi sandwich. Yup! Ibu nggak salah membaca, kok. Nyatanya memang sesimpel dengan belajar mengelola uang, misalnya:
- Tahan godaan paylater/pinjol
- Budgeting is a must! Mulai catat pengeluaran, yuk!
- Terbuka soal keuangan dengan pasangan
- No excuse! Yakini diri bahwa Ibu bisa mengatur keuangan sendiri
- Kalau bisa, jangan lupa siapkan dana pendidikan anak dan asuransi kesempatan ya, Bu
- No utang, no piutang!
- Mencoba peruntungan lain, dengan belajar investasi legal yang aman; reksadana, emas dan lain sebagainya
- Tahan untuk nggak pinjam uang ke rentenir yang sudah jelas punya bunga yang mencekik
- Pisahkan kas bisnis dengan kas rumah tangga
- Nabung dana pensiun
- Punya tabungan rencana
- Mengurangi gaya hidup konsumtif.
Selain hal-hal diatas, ternyata kita juga bisa memutus rantai generasi sandwich sedini mungkin pada anak, dengan kegiatan sederhana, lho! Misalnya dengan mengajarkan perilaku gemar menabung.
Menabung memang perlu diajarkan sejak dini, agar anak bisa belajar membedakan antara kebutuhan dengan keinginan. Sehingga, mereka jadi bisa belajar hidup terencana, terutama ketika mereka hendak membeli kebutuhan dari uang hasil menabung.
Percaya deh, Bu bahwa para Ibu yang cerdas finansial sedikit banyak bisa menghasilkan generasi yang lebih menghargai keuangan. Hasilnya? Sudah pasti saat anak dewasa nanti kita bisa hidup mandiri, tanpa bergantung dari uang pemberian anak.
Kalau Ibu, sudah mulai melakukan apa saja nih untuk membantu memutus rantai generasi sandwich? Mungkin pada awalnya memang nggak mudah ya, Bu. Tapi pastikan hal ini dilakukan secara perlahan terlebih dahulu, agar nantinya bisa terbiasa ya, Bu. Semangat selalu!