Hindari 14 Kesalahan Ini dalam Berhubungan Intim
Tidak dapat dimungkiri bahwa kesalahan dalam hubungan intim memiliki andil dalam menentukan keharmonisan rumah tangga. Menjaga hubungan intim tetap hot dapat membuat keharmonisan rumah tangga tetap terjaga. Banyak pihak Ayah yang menganggap bahwa hubungan intim adalah hal utama, sedangkan tidak demikian bagi Ibu.
Sebuah penelitian yang dilakukan psikolog sosial dari Universitas Florida, Roy Baumeister, menyebutkan bahwa otak laki-laki lebih responsif dan dominan terhadap seks daripada perempuan. Namun bukan berarti perempuan tidak memiliki gairah seksual yang sepadan. Gairah seksual perempuan lebih sensitif dan bersinggungan dengan keterikatan emosional setelah mendapat rangsangan yang tepat untuk berhubungan intim.
Seks atau hubungan intim sendiri bukan hal tabu untuk dibicarakan jika sudah melibatkan pasangan suami dan istri. Komunikasi tetap menjadi kunci utama dalam keberhasilan hubungan intim di antara pasangan. Hendaknya hubungan intim dikomunikasikan dengan jelas dan baik agar kedua belah pihak sama-sama mendapatkan kepuasan biologis maupun emosional.
Namun siapa sangka, rupanya ada pula kesalahan-kesalahan yang timbul saat berhubungan intim karena didasari oleh kurangnya komunikasi yang baik antara Ayah dan Ibu. Sehingga satu sama lain tidak mengerti apa keinginan terpendam dari masing-masing pihak. Yang ada malah salah paham dan hubungan intim jadi tidak menyenangkan. Yuk, kita simak apa saja kesalahan-kesalahan yang mungkin dilakukan Ayah dan Ibu saat berhubungan intim.
Ayah Tidak Membantu Ibu Mencapai Orgasme
Banyak yang percaya bahwa wanita membutuhkan waktu lebih lama dalam mencapai orgasme. Sedangkan pria lebih cepat mencapainya. Kesalahan yang sering terlupakan adalah Ayah tidak membantu Ibu mencapai orgasme terlebih dahulu.
Sehingga ketika Ayah telah mencapai klimaks, Ibu malah belum mendapatkan kepuasan. Jika dalam hal ini Ayah dan Ibu bisa mengkomunikasikan dengan baik, maka ayah bisa membuat Ibu orgasme lebih dahulu dengan berbagai cara intim. Baru setelah itu Ayah bisa mulai mencapai klimaks dengan penetrasi.
Melupakan Pentingnya Foreplay
Foreplay sangat penting dilakukan sebagai bagian dari pemanasan dalam hubungan intim. Ibarat mesin yang perlu dipanaskan sebelum mulai digunakan, Ibu dan Ayah juga perlu pemanasan. Foreplay menjadi bagian yang menyenangkan juga, karena Ayah ataupun Ibu dapat mengeskplorasi tubuh pasangan untuk mendapatkan kepuasan. Hal ini juga baik dalam membantu pihak Ibu mencapai orgasme
Sayangnya, banyak pasangan cenderung terburu-buru dalam melakukan foreplay, dengan alasan sudah tidak tahan. Eits, meski sudah tidak tahan, jika foreplay dilakukan dalam durasi yang sebentar, kenikmatan hubungan intim sendiri justru akan berkurang kenikmatannya. Sehingga hanya kepuasan biologis yang didapat, tapi tidak dengan kepuasan emosional. Bereksplorasi dengan tubuh pasangan lebih lama dan variasikan gaya-gaya foreplay yang baru. Sehingga momen intim dapat lebih lama dan hubungan batin juga terasa semakin erat. Berikut beberapa persoalan foreplay yang bisa menimbulkan kesalahan dalam hubungan intim:
Variasi Foreplay Kurang Etis Untuk Disepakati Bersama
Karena foreplay adalah pemanasan yang penting untuk dilakukan, maka variasi foreplay hendaknya disepakati bersama dalam bentuknya. Misal Ibu ingin melakukan suatu variasi foreplay dengan Ayah, namun Ayah berpendapat hal tersebut kurang etis dilakukan. Maka tentu hal ini tidak bisa dilakukan, karena akan membuat salah satu pihak kurang nyaman. Tentu tidak semua gaya foreplay cocok dilakukan oleh setiap orang, mengingat beragam latar belakang budaya dan agama yang diyakini oleh masing-masing individu. Untuk menghindari pertikaian, ada baiknya jika Ibu dan Ayah mengutarakan dengan jelas variasi apa yang tidak diinginkan.
Terlalu Banyak Mengadaptasi Gerakan Foreplay dari Film Porno
Kesalahan satu ini ditimbulkan jika salah satu pihak kecanduan dengan film porno.Variasi foreplay dari film porno tidak semuanya sesuai dengan keinginan pasangan. Kebanyakan, salah satu pihak merasa pasangannya terlalu berlebihan dalam mengadaptasi foreplay ala film porno. Sehingga malah membuat pasangannya justru tidak nyaman.
Foreplay monoton
Karena foreplay penting sifatnya saat berhubungan intim, maka variasikan foreplay dengan kreatif dan sebisa mungkin dilakukan untuk kenyamanan bersama. Cobalah beberapa gaya baru agar tidak monoton. Foreplay yang monoton hanya akan membuat jenuh dan orgasme lebih lambat dicapai.
Melewatkan Foreplay
Foreplay yang dianggap sebagai pemanasan hendaknya memang tidak dilewatkan ya. Namun, ada beberapa kondisi Ayah yang saking terburu-burunya sudah tidak tahan malah melewatkan foreplay dan langsung melakukan penetrasi. Padahal foreplay selain bertujuan untuk pembuka, bagian ini juga membantu cairan vagina untuk perlahan keluar karena rangsangan. Jika tidak dirangsang, maka tentu cairan belum siap keluar dan hubungan intim justru akan terasa menyakitkan.
Saling Protes dengan Bentuk Badan Pasangan
Hal berikutnya yang menjadi kesalahan saat melakukan hubungan intim adalah mengatakan dengan blak-blakan tentang bentuk tubuh pasangan yang tidak sempurna. Bentuk tubuh sempurna seolah memang hanya ada di film saja. Padahal kenyataannya, setiap individu memiliki kekurangan pada bentuk tubuhnya. Mengomentari hal tersebut saat berhubungan intim tentu akan membuat pihak yang dikomentari menjadi hilang selera. Sehingga hubungan intim menjadi tidak lagi nikmat dan salah satu gagal mendapatkan orgasme.
Tidak menjaga Kebersihan Alat kelamin dan Badan
Menjaga kebersihan juga merupakan poin penting sebelum berhubungan intim. Apalagi hubungan intim melibatkan alat kelamin yang juga berperan dalam sistem sekresi tubuh. Sehingga penting untuk membersihkan alat kelamin sebelum berhubungan untuk mencegah penularan penyakit berbahaya yang disebabkan oleh kuman. Selain itu. kebersihan badan juga mempengaruhi kenikmatan bercinta. Jika badan sama-sama bersih, tentunya satu sama lain tidak saling terganggu atau merasa tidak nyaman.
Meminta Berhubungan Intim Dengan Paksaan
Seringkali terjadi kondisi tubuh sedang tidak fit dan kelelahan, sedangkan pasangan ingin mengajak berhubungan intim. Dalam situasi ini, hubungan intim tentu jadi tidak nyaman dilakukan karena berada di bawah tekanan paksaan. Ada dua kondisi yang biasanya akan terjadi sebagai respons dari pihak yang diajak dengan paksaan: bersedia karena pasrah atau menolak. Keduanya sama-sama akan membuat hubungan intim jadi tidak menyenangkan. Karena salah satu pihak merasa setengah hati melakukan dan ada rasa kecewa yang dilibatkan.
Tidak hanya itu, bentuk paksaan dalam hubungan intim bisa beraneka ragam. Misalnya pada kasus penetrasi yang hanya disarankan dilakukan di vagina. Jika penetrasi ini dilakukan bukan di tempat semestinya seperti anus, maka risiko penularan penyakit akan semakin besar karena anus lebih banyak dihuni oleh bakteri. Selain itu, anatomi anus yang juga tidak sesuai untuk penetrasi tidak memungkinkan untuk dilakukan tanpa tersakiti. Maka jika salah satu pihak meminta penetrasi dilakukan di anus, tentu hal ini harus ditolak.
Sama halnya dengan penetrasi selain pada vagina, meminta berhubungan intim dengan memasukkan benda yang tidak seharusnya juga bukan hal baik. Fantasi seks terkadang memang liar. Namun pilihan untuk menggunakan benda yang tidak seharusnya saat berhubungan sex tentu bukan pilihan bijak. Benda-benda tersebut seperti wortel, terong, atau bahkan botol. Meski beberapa orang memang diketahui memiliki fantasi seks yang tidak wajar, penting untuk mencegah hal ini dilakukan pada Ibu atau pasangan agar faktor kenyamanan, kesehatan, dan hak asasi tetap terpenuhi.
Melakukan Penetrasi Terlalu Dalam
Setiap pasangan berbeda-beda saat bercinta. Ada pihak Ibu yang merasa sangat menyukai penetrasi yang dalam. Namun ada pula yang tidak menyukainya. Untuk itu, penetrasi yang terlalu dalam sebetulnya tidak dianjurkan jika membuat pasangan tidak nyaman.
Berkata Kurang Menyenangkan Saat Mengajak Bercinta
Kata-kata dapat menjadi bumbu pemantik gairah untuk mengajak berhubungan. Jika kata-kata yang digunakan saat mengajak pasangan berhubungan intim adalah kata-kata yang kasar, bukan kata-kata yang merajuk, lembut, dan memancing gairah, maka tentunya tidak akan nyaman untuk diteruskan dengan hubungan intim. Gunakanlah kata-kata yang baik pada pasangan dan bumbui dengan desahan erotis agar pasangan semakin bergairah.
Terlalu Cerewet atau Terlalu Diam
Obrolan pendek dan nakal bisa menjadi bumbu saat bercinta lho, Bu. Namun jika terlalu banyak kalimat yang dilontarkan saat berhubungan, belum tentu pasangan menyukainya. Apalagi jika sedikit-sedikit bertanya “Sudah orgasme belum?” Eits, tapi terlalu diam sepanjang bercinta juga tidak menyenangkan. Biasanya terlalu cerewet atau terlalu diam hanya akan membuat hubungan intim terganggu. Katakan saja beberapa kata pendek seperti, “hmm, aku suka”, “Iya, itu menyenangkan”, atau “jangan berhenti” untuk membuat pasangan semakin bergairah. Hal ini juga membantu pasangan untuk tahu bahwa kita menikmati hubungan intim ini.
Langsung Tidur Setelah Klimaks
Say big NO untuk jenis kesalahan ini ya. Meski terlihat sepele, langsung tertidur usai klimaks tanpa mengatakan terima kasih pada pasangan hanya akan membuat pasangan merasa tidak dihargai. Saling menghargai menjadi penting untuk membuat hubungan intim terasa menyenangkan dan hubungan antar pasangan tetap harmonis.
Terlalu Agresif dan Kasar
Terlalu agresif juga menjadi masalah dalam hubungan intim. Jika salah satu pihak terlalu agresif, bahkan sampai ada yang menggigit atau memukul, maka tentu seks menjadi tidak nyaman. Tidak semua orang suka saat pasangannya terlalu agresif di ranjang. Sehingga penting untuk mengontrol diri agar tidak terlalu berlebihan dan menyakiti pasangan. Gerakan agresif yang kasar bisa berupa pukulan, gigitan, mendorong kepala pasangan terlalu keras saat oral seks, bahkan menindih pasangan terlalu kuat.
Dominasi Hubungan Intim Hanya dilakukan Satu Pihak
Banyak pihak Ibu yang cenderung pasif pada saat berhubungan intim. Padahal dominasi yang terlalu sering dilakukan oleh satu pihak saja akan menimbulkan kejenuhan. Ayah bisa saja bosan mendominasi. Maka Ibu perlu menggantikan peran dominasi tersebut dalam hubungan intim. Hal ini juga akan membawa warna baru dalam rutinitas seks. Sehingga kedua belah pihak sama-sama mendapatkan kepuasan yang maksimal.
Berteriak Terlalu Keras
Gairah yang membara memang sering membuat lupa diri. Tapi jangan sampai membuat pasangan jadi risi ya, Bu. Beberapa dirty words mungkin memang oke diucapkan saat hubungan intim, tapi tidak perlu berteriak terlalu keras karena hanya akan membuat pasangan risih. Meski begitu, ada pula pasangan yang justru menyukai teriakan-teriakan keras untuk menambah semangat permainan dan sebagai penanda bahwa pasangan merasakan kenikmatan dari hubungan intim ini.
Tidak Percaya Diri di Hadapan Pasangan
Galau dengan ukuran penis atau payudara, sampai risi dengan ukuran paha adalah cerminan rasa tidak percaya diri di hadapan pasangan. Jika fokus Ayah dan Ibu ada pada bentuk badan, maka tentunya hubungan intim tidak akan bisa dinikmati. Mengkomunikasikan hal ini sebelum berhubungan bisa jadi alternatif jika Ibu atau pasangan benar-benar tidak percaya diri. Tapi setelahnya, usahakan menemukan cara agar pasangan tidak merasa down dan kedua belah pihak tetap nyaman saat berhubungan. Menerima kekurangan pasangan jauh lebih penting daripada fokus pada apa yang tidak dimiliki.
Menganggap Bahwa Seks Tidak Begitu Penting
Biasanya, perempuan tidak mengutamakan seks sebagai kebutuhan yang harus rutin dilakukan. Sedangkan pria sangat berorientasi pada seks. Menganggap bahwa seks tidak begitu penting justru menjadi masalah besar lho, Bu. Melewatkan seks hanya karena merasa seks tidak begitu penting dapat membuat pasangan merasa tidak dihargai kebutuhan biologisnya. Di sisi lain juga, pemenuhan kebutuhan akan seks dapat menentukan keharmonisan rumah tangga. Jangan sampai salah satu pihak menjadi frustrasi hanya karena kebutuhan biologisnya tidak terpenuhi.
Kesalahan-kesalahan seperti telah dijabarkan di atas hendaknya memang dihindari ya, Bu. Harapannya, bisa terjalin hubungan intim yang lebih sehat dan saling menghargai antar pasangan. Sebagai tambahan, beberapa tips berikut bisa membantu Ibu menghindari kesalahan-kesalahan dalam hubungan intim:
Rajinlah berkomunikasi dengan pasangan tentang hubungan intim seperti apa yang Ibu dan pasangan inginkan. Dengan komunikasi yang saling terbuka, Ibu dapat mengerti keinginan pasangan dan terwujudlah hubungan intim yang nyaman.
Buatlah reservasi di hotel atau penginapan untuk semalam berdua saja. Kegiatan baru seperti ini bisa membuat kualitas waktu berdua jadi lebih intim. Ibu bisa menitipkan anak-anak sementara waktu pada kakek-neneknya agar Ibu dan pasangan bisa berduaan.
Bangun momen keromantisan sebelum berhubungan agar saat berhubungan intim nantinya terasa nyaman. Ibu dan Ayah bisa melakukan momen ini bahkan beberapa jam lamanya sebelum berhubungan. Misalnya, pagi saat sebelum Ayah berangkat bekerja, Ayah dan Ibu sudah saling memberi kode dengan pelukan, ciuman, sentuhan, tanda mata, dan kata-kata rayuan untuk membangkitkan gairah. Siang hari, ulangi kata-kata rayuan lewat telepon atau pesan agar Ayah maupun Ibu merasa sangat menantikan momen pertemuan di akhir hari. Saat bertemu, Ibu dan Ayah dapat mulai saling menggoda dan berhubungan intim. Cara seperti ini dapat membantu meningkatkan gairah dan kualitas hubungan intim.
Lakukan pijatan romantis dari punggung, ke dada, hingga ke bagian sensitif untuk membangun gairah. Karena tubuh Ibu membutuhkan pemanasan lebih lama, maka cara ini berguna agar Ibu terangsang dan hubungan intim pun nyaman dilakukan.
Hadiahkan lingerie baru untuk Ibu atau underwear baru untuk Ayah sebagai pemantik gairah dan kode bahwa hubungan intim ingin dimulai.
Mandi bersama dengan suasana erotis dapat pula membangun gairah. Sertakan pula gerakan-gerakan erotis untuk memancing gairah pasangan.
Pandu pasangan untuk memuaskan Ibu atau Ayah dengan mengarahkan tangan dan gerakan ke titik-titik rangsangan agar hubungan intim menjadi nyaman sesuai keinginan kedua belah pihak.
Selain tips di atas, penting untuk diketahui bahwa hubungan intim tidak melulu melibatkan fisik. Tapi juga melibatkan perasaan dan hubungan kontak batin antara Ayah dan Ibu. Untuk itu, merupakan sebuah kewajiban untuk membuat pasangan merasa nyaman secara psikis sebelum menyamankannya secara fisik.
(Dwi Ratih)