Ibu, Begini Cara Mengenalkan Agama pada Anak tanpa Paksaan
Salah satu tugas orang tua adalah mengenalkan agama pada anak dan memastikan ia mendapatkan bekal yang cukup untuk bisa mempraktikkan toleransi serta nilai-nilai luhur yang diajarkan oleh agama.
Sebuah penelitian pada tahun 2019 oleh John Bartkowski dari University of Texas at San Antonio (UTSA) menyatakan bahwa agama memberikan kode moral yang menanamkan nilai seperti kontrol diri dan kompetensi sosial pada anak. Studi yang dilakukan pada siswa kelas tiga sekolah dasar di sebuah sekolah di Texas tersebut bahkan menyebutkan kalau nilai akademis pada anak yang tumbuh di keluarga yang menerapkan nilai agama lebih tinggi dibandingkan dengan yang tidak lho, Bu.
Tanda Anak Siap Belajar Mengenal Agama
Namun, setiap agama memiliki aturan dan batasannya tersendiri yang terkadang terdengar kompleks, terutama bagi anak yang baru mulai belajar tentang banyak hal. Kalau pola pengajarannya kurang tepat, persepsi anak tentang agama bisa berbeda. Itulah kenapa selain memahami kesiapan anak, Ibu harus menerapkan cara kreatif dalam memperkenalkan agama.
Lalu, bagaimana Ibu mengenalkan agama pada anak sejak dini? Pertama, Ibu perlu tahu apakah anak sudah benar-benar siap mengenal agama dan menerima penjelasannya. Begini tanda-tanda kesiapan yang bisa dilihat pada anak:
Anak Sudah Siap Secara Usia
Kapankah anak dianggap untuk mengenal konsep agama? Anak-anak bisa menyerap informasi secara logis sejak usia dini dan ketika fokusnya sudah mulai terbentuk. Nah, Ibu bisa mulai bercerita tentang agama, kaitannya dengan Tuhan, dan apa yang perlu dijalani sebagai bentuk ibadah sejak usia tiga tahun.
Pada usia ini, anak mulai mengerti tentang spiritualitas dan membayangkannya dalam imajinasi. Ini juga usia yang tepat untuk mulai mengajarkan mana yang baik dan buruk, serta mengenai konsekuensi dari setiap perbuatan.
Anak Mulai Banyak Bertanya
Ketika mulai berbicara dan mencoba memahami setiap hal di sekitarnya, anak akan bertanya tentang banyak hal. Pertanyaannya dari mulai yang paling sederhana hingga yang tidak terpikirkan oleh orang dewasa.
Jangan kaget, ini berarti anak sudah mulai mengasah kemampuan berpikir kritisnya dengan bertanya mengenai banyak hal, tak terkecuali tentang agama. Di posisi inilah, Ibu bisa menjawab pertanyaan dengan jawaban yang bisa diterima logika anak, sambil menyelipkan nilai agama. Untuk ini, Ibu harus sedikit kreatif menjawab, nih!
Kepekaan Anak pada Lingkungan Mulai Terlihat
Sambil mengandalkan stimulasi dari Ibu, anak juga mulai melihat perbedaan. Misalnya, perbedaan antara Ibu dan Ayah yang sedang salat jika beragama Islam. Kalau sudah menginjak usia sekolah, ia mungkin melihat bahwa ada temannya yang berdoa dengan cara yang berbeda dengan orang tuanya.
Atau pada momen hari raya, ia memperhatikan apa yang dilakukan keluarga pada hari itu, dan sebagainya. Kepekaan ini ia tunjukkan dengan cara bertanya, dan Ibu akan menjadi tempatnya bertanya pertama kali.
Mengenalkan Agama Berdasarkan Rasa Percaya, Bukan Rasa Takut
Anak-anak usia dini masih membentuk persepsi pribadi terhadap dunia di sekelilingnya. Inilah mengapa Ibu perlu mengenalkan agama dengan cara yang lembut, tanpa paksaan, apalagi ancaman.
Tentu saja, konsep surga dan neraka bisa ditemukan hampir di seluruh agama. Namun, sebaiknya Ibu tidak menggunakan cara menakut-nakuti untuk memperkenalkan konsep ini, ya. Alih-alih mengatakan bahwa kita bisa masuk neraka kalau melakukan hal buruk, berikan pemahaman bahwa berbuat baik dan berada dalam koridor agama akan mendekatkan surga untuk diri kita sendiri.
Selain itu, coba buat anak melihat kebaikan apa yang ia dapatkan setiap kali ia mengikuti perintah agama. Anak pada usia dini mulai tahu konsep sebab – akibat, dan di situlah Ibu bisa pelan-pelan mengajari si kecil kenapa kita perlu melakukan hal yang baik sesuai ajaran agama; karena akan mendatangkan kebaikan sebagai balasannya.
Kalau anak sudah percaya pada agama yang Ibu kenalkan, ia akan lebih mudah untuk menjalani ajaran dan menghindari larangan agama. Secara bertahap, berikan ia kepercayaan untuk menjalani hal seperti ibadah, kewajiban, dan berbagi. Lalu, perlahan beri tahu kenapa sebagai umat beragama kita harus menjalani hal tersebut. Sesuaikan bahasa penjelasan dengan tingkat pemahaman anak agar bisa lebih mudah dicerna.
Namun ingat, it takes a village to raise a child. Peribahasa tersebut kurang lebih berarti bahwa pertumbuhan seorang anak bukan hanya menjadi hasil dari didikan orang tuanya, tetapi juga keluarga dan lingkungannya. Jadi, lingkungan harus cukup membantu anak untuk mengenal nilai agama dan mendukungnya untuk terus berperilaku baik.
Cara Seru Mengenalkan Agama pada Si Kecil
Mengenalkan agama memang bukan tugas yang mudah. Untuk mempermudah, banyak cara yang bisa Ibu lakukan untuk mengenalkan agama pada anak dengan kreatif. Berikut adalah beberapa yang bisa Ibu coba:
Ceritakan Kisah Menarik
Biasanya, terdapat kisah-kisah menarik yang memiliki nilai agama. Coba mulai ceritakan kisah-kisah tersebut dalam keseharian, saat anak bermain, atau sebelum tidur. Kalau di Islam, terdapat kisah para nabi dan sahabat-sahabatnya yang bisa diambil kebaikannya. Begitu juga dengan kisah di agama lain.
Kalau perlu, Ibu memperkaya diri dengan kisah kebaikan serupa agar bisa menceritakan lagi kepada anak. Ketika momennya pas, Ibu juga boleh lho mengaitkan kisah dengan kondisi keseharian anak agar lebih mengena. Anak biasanya akan mudah menerima ketika bisa melihat contoh dalam kesehariannya.
Gunakan Buku
Untuk membantu Ibu bercerita tentang hal baik yang ada dalam agama, buku bisa menjadi sumber yang baik. Saat ini, sudah terdapat banyak kisah-kisah moral yang terkait dengan nilai agama. Selain itu, ada juga kitab keagamaan yang dikemas dengan warna yang menarik serta tambahan kisah yang bisa dibacakan untuk anak.
Mengenalkan agama melalui buku dengan ilustrasi atau warna yang menarik dapat memancing imajinasi anak. Hal tersebut akan membuat mereka dengan mudah membayangkan tentang nilai agama dan penerapannya.
Ajak ke Tempat Ibadah Bersejarah
Di Indonesia, kita bisa menemukan banyak tempat ibadah bersejarah seperti masjid, gereja, kuil, atau yang lainnya. Di Jakarta misalnya, terdapat Masjid Agung Banten, Wihara Dharma Bhakti, atau Gereja Katedral. Ketika ada kesempatan, mengenalkan agama dengan mengajak anak ke tempat semacam itu bisa menimbulkan rasa keingintahuan pada anak.
Nantinya, anak akan lebih semangat untuk mempelajari sejarah agama dan segala peninggalannya. Selain mengenalkan agama, cara ini juga menambah pengetahuan umum anak yang akan berguna ketika ia berada di sekolah nanti.
Libatkan Anak dalam Kegiatan Agama
Bakti sosial, bersedekah, berbagi berkat, atau kegiatan agama lainnya yang sifatnya positif dan membantu orang lain menimbulkan rasa syukur dan pemahaman yang lebih mendalam mengenai agama. Ibu dan Ayah bisa mengajak anak dalam kegiatan seperti ini.
Bagi anak-anak, kegiatan membantu orang akan terasa seru terutama jika dilakukan bersama orang tuanya. Dengan menganggapnya sebagai kegiatan yang menyenangkan, anak akan senang melakukannya lagi di kemudian hari. Di sela-sela kegiatan selanjutnya, beri pengertian tentang makna di balik kegiatan tersebut.
Mengunjungi Keindahan Alam
Baik itu pergi ke pegunungan, pinggir pantai, atau sekadar mengagumi air terjun dari kejauhan menjadi cara untuk kita mensyukuri ciptaan Tuhan yang Maha Esa. Saat berlibur, ceritakan bagaimana semua keindahan alam berasal dari Sang Pencipta.
Di sini, Ibu juga boleh menekankan rasa syukur atas nikmat yang sudah dimiliki selama ini, termasuk bisa berlibur menikmati keindahan alam bersama keluarga. Beruntung, kita tinggal di Indonesia yang punya banyak keindahan alam di sekitar sehingga mudah untuk menerapkan cara ini.
Jadilah Role Model
Pernah dengar kalau anak adalah peniru ulung? Itu artinya, apa pun yang orang-orang sekitarnya lakukan, mereka cenderung berusaha untuk mengikuti. Maka dari itu, Ibu, Ayah, dan anggota keluarga lain perlu menjadi contoh atau role model yang baik ya.
Nah, ini bisa jadi kesempatan yang bagus untuk mengenalkan agama pada si kecil. Misalnya dengan selalu berdoa atau beribadah sambil mengajak anak. Meski awalnya anak hanya melihat, berikutnya ia akan bisa mengikuti dengan baik. Role model bisa juga didapat dari keluarga seperti kakek, nenek, atau saudara di rumah.
Lakukan dengan Lembut
Mengenalkan agama dengan cara yang lembut dan tidak memaksa akan membentuk persepsi anak terhadap agama itu sendiri. Terkadang, orang tua tidak sepenuhnya sadar akan hal ini dan memaksa anak untuk menjalani agama dengan cara yang agak memaksa.
Saat masih kecil, mungkin dampaknya tidak terlalu terasa. Namun, ketika anak beranjak remaja, cara yang terkesan memaksa untuk beribadah malah akan menimbulkan hasil yang sebaliknya.
Hindari Sistem Reward
Meski sesekali baik untuk memotivasi anak, terlalu sering menerapkan sistem reward akan membuat anak mengharapkan imbalan setiap kali melakukan hal baik. Dalam hal ini, sebaiknya Ibu menghindari memberikan imbalan saat anak mau mengikuti kegiatan ibadah atau keagamaan.
Anak perlu mengerti bahwa segala sesuatu yang berkaitan dengan agama itu dilakukan dengan senang dan hati yang lapang sehingga mendatangkan kebaikan bagi dirinya sendiri.
Banyak lagi kegiatan lain yang bisa Ibu lakukan untuk mengenalkan agama pada si buah hati. Karena dimulai sejak kecil, ada baiknya metode yang dilakukan sesuai dengan usia sang anak. Agama merupakan persoalan keyakinan, sehingga yang perlu ditanamkan adalah nilai-nilai yang bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari bukan sekadar belajar mengenai aturan dan larangan di dalamnya.
Saat Mengenalkan Agama, Jangan Lupa Tanamkan Sifat Toleransi
Ketika Ibu sudah mulai rutin mengenalkan agama, ada satu hal yang sama pentingnya: mengajarkan toleransi. Di Indonesia, terdapat lima agama besar yang diakui dan bukan tidak mungkin anak bertemu dengan anak lain yang berbeda agama dan cara beribadah. Meski seandainya bersekolah di sekolah khusus agama tertentu, anak tetap akan bertanya mengenai kepercayaan orang lain terutama jika berbeda dengan dirinya.
Ini sebabnya, Ibu perlu juga mengenalkan agama lain pada anak dan bercerita bagaimana keluarga lain bisa memiliki agama yang berbeda. Setelah itu, ajarkan bagaimana cara bertoleransi dengan cara memberikan pemahaman bahwa terlepas dari agama apa pun, kita sesama manusia harus saling menghormati. Ini akan menjadi bekal moral yang cukup penting bagi anak untuk bersosialisasi ketika ia sudah dewasa nanti.
Penerapan nilai agama, rasa percaya, dan toleransi sejak dini akan membuat ajaran lebih menempel di hati dan pikiran sang anak. Di kemudian hari, ia bisa menjadi sosok yang mudah bersosialisasi sambil masih menghormati sesamanya.
Walaupun tidak terdengar mudah, Ibu tentu siap dengan segala pertanyaan anak tentang agama dan kepercayaan, bukan? Yang paling penting, usahakan menjawab setiap pertanyaan anak tentang agama dengan logis ya, Bu.
Selain memberikan jawaban logis, ingat untuk selalu mencari penjelasan yang ringan dan menyenangkan. Ini adalah kunci agar pengertian tentang agama mudah diterima anak. Selamat mencoba, Bu!
Penulis: Kristal Pancarwengi
Editor: Dwi Ratih