Ibu Rumah Tangga Rentan Pinjam Online, Lantas Harus Bagaimana?
Pinjam online atau pinjol belakangan ini makin sering dibicarakan. Bukan karena manfaatnya, tapi justru karena dampak negatifnya.
Baru-baru ini, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengungkapkan bahwa jumlah korban pinjol ilegal semakin mengkhawatirkan dari hari ke hari. Korbannya pun berasal dari berbagai kalangan, salah satunya Ibu rumah tangga.
Bahkan, Ibu rumah tangga (IRT) masuk dalam kelompok rentan terjebak pinjam online ilegal, bersama dengan guru, korban pemutusan hubungan kerja (PHK), dan pelajar.
Kok bisa sih, hal ini terjadi? Apa kira-kira yang menyebabkan IRT masuk dalam kelompok rentan terjebak pinjol? Apa yang harus Ibu lakukan untuk menghindari jeratan pinjam online?
Berbagai alasan IRT terjerat pinjol
Tentu bukan tanpa alasan IRT menjadi salah satu kelompok yang rentan terjebak jeratan pinjam online.
Melansir laman Kominfo, Kepala Eksekutif Pengawas Perilaku Usaha Jasa Keuangan, Edukasi, dan Perlindungan Konsumen (PEPK) OJK, Friderica Widyasari Dewi menyebutkan kalau penyebabnya bisa berasal dari faktor internal maupun eksternal.
Faktor internal
Nggak jarang, alasan IRT terjerat pinjam online justru datang dari diri sendiri. Paling banyak terjadi, ibu rumah tangga mendaftar pinjol untuk belanja konsumtif.
Adanya rasa FOMO (fear of missing out) atau takut ketinggalan tren membuat Ibu sulit mengendalikan nafsu belanja. Padahal kalau dipikir ulang, juga tidak perlu-perlu amat.
Kemudian ini diperparah dengan minimnya pemahaman soal bahaya pinjol ilegal. Kata-kata iklan yang persuasif seolah-olah membuat pinjam online, sebagai sebuah solusi instan tanpa risiko.
Iming-iming iklan yang begitu persuasif, ditambah “testimoni” dari orang-orang terdekat membuat aplikasi pinjol jadi semacam solusi instan. Akhirnya tanpa pikir panjang, diambillah pinjaman online.
Kebanyakan aplikasi pinjol tidak menetapkan syarat yang rumit. Beberapa aplikasi ilegal bahkan cuma meminta calon peminjam untuk install aplikasi dan melakukan registrasi.
Alasan lainnya adalah karena manajemen keuangan yang buruk. Meski sangat disayangkan, masih banyak IRT yang tak punya tabungan atau dana darurat. Bahayanya lagi, ada yang terbiasa menggampangkan utang, hingga kemudian gali lubang-tutup lubang terus-menerus.
Faktor eksternal
Ada juga ibu rumah tangga yang terjerat bahaya pinjam online karena dorongan dari luar. Misalnya, disuruh oleh kerabat yang butuh uang untuk mengambil pinjaman. Jangan salah, situasi seperti ini masih sering terjadi, lho!
Bakal sulit menolak kalau yang meminta adalah orang terdekat seperti orang tua, atau bahkan pasangan sendiri. Parahnya lagi, sering kali hal seperti ini tidak terjadi sekali-dua kali saja. Dengan mudahnya proses pencairan dana lewat pinjol, banyak yang kemudian menjadi tergantung.
Harus bagaimana biar nggak makin terjebak?
Untuk bebas dari jeratan pinjam online, mau nggak mau harus datang dari diri sendiri. Terutama kalau alasan ambil pinjaman adalah untuk memenuhi kebutuhan konsumtif semata.
Aplikasi pinjol bakal lebih mudah dihindari kalau tidak ada kebiasaan berutang. Kebiasaan utang juga nggak bakal ada kalau kebutuhan sudah tercukupi.
Bisa coba bebas dari jeratan utang dengan cari pemasukan tambahan. Bisa dengan ambil kerja lepas (freelance) atau mulai bisnis kecil-kecilan di rumah, untuk mencari pemasukan tambahan.
Manajemen keuangan juga harus teliti. Selalu catat pemasukan dan pengeluaran dengan cermat. Jika meminjamkan uang, jangan lupa untuk menagihnya. Selalu pikirkan konsekuensi jangka panjang tiap menggunakan uang.
Biasakan untuk “menunggu” sampai punya uang untuk belanja kebutuhan. Jangan sampai terjadi sebaliknya alias beli dulu, uangnya nanti. Jika memang tidak memiliki budget, jangan memaksakan diri.
Jika memang terpaksa berutang, coba cari pinjaman tanpa bunga dengan akad yang jelas di awal. Misalnya, berutang pada kerabat terdekat. Namun jangan juga menggampangkan utang dengan orang-orang terdekat, harus tetap disiplin bayar tepat waktu.
Bagaimana cara pencegahannya?
Sebelum menggunakan jasa pinjol, cermati syarat dan ketentuannya. Selalu hindari aplikasi yang nggak punya izin dan operasinya ilegal. Waspada terhadap aplikasi yang meminta akses di luar CA-MI-LAN (camera, microphone, dan location), terutama pada aplikasi yang minta akses ke kontak.
Di samping itu, cobalah bersikap transparan kepada pasangan terkait masalah keuangan. Jika memang pemberian suami dirasa kurang untuk memenuhi kebutuhan rumah, komunikasikan dengan baik.
Tentunya untuk kebutuhan yang memang penting ya, Bu, bukan untuk memenuhi tren terbaru atau karena FOMO. Pun demikian jika terpaksa berutang. Jangan terburu-buru mengambil keputusan sebelum berdiskusi dengan suami. Siapa tahu, ada solusi yang lebih minim risiko dibanding utang di pinjol.
Ajak suami untuk sama-sama mengedukasi diri seputar pinjam online. Perkaya literasi keuangan dari sumber terpercaya.
Buat perencanaan keuangan rumah tangga
Jangan lupa, Ibu dan Ayah wajib membuat perencanaan keuangan rumah tangga secara rinci dan matang. Mengutip Very Well Family, perencanaan keuangan rumah tangga bisa menjadi landasan dasar yang bisa membantu Ibu dan Ayah memenuhi seluruh kebutuhan anggota keluarga, tanpa terkecuali.
Dengan begitu, pos-pos pengeluaran lebih terarah dan proses menabung pun bisa berjalan lebih efektif. Ibu dan Ayah pun bisa terhindar dari aktivitas pinjam online. Jeratan pinjam online memang sangat berbahaya. Sebelum terjebak, sebisa mungkin, jauhi dan hindari kebiasan berutang, terutama gali lubang-tutup lubang.
Perkaya diri dengan literasi keuangan agar manajemen keuangan rumah tangga makin ciamik. Selalu transparan dengan pasangan masalah uang, termasuk saat kebutuhan rumah belum tercukupi.
Editor: Aprilia