Ibupedia

Inilah 14 Tips Membeli Rumah Agar Tak Menyesal di Masa Depan

Inilah 14 Tips Membeli Rumah Agar Tak Menyesal di Masa Depan
Inilah 14 Tips Membeli Rumah Agar Tak Menyesal di Masa Depan

Membeli rumah bukan perkara mudah bagi siapa pun. Ada banyak hal yang harus dipertimbangkan seperti harga, lokasi dan kecocokan yang membuat hal ini menjadi tidak mudah. Apalagi bagi pasangan yang baru menikah, atau sudah beberapa lama menikah dan akhirnya memilih untuk membeli rumah sendiri tanpa ada pengalaman dan informasi yang cukup tentang jual-beli rumah. Nah, tidak ada salahnya jika Ibu mempertimbangkan beberapa tips di bawah ini agar rencana memiliki hunian jadi lebih mudah:

  1. Memperbaiki Keuangan Pribadi

    Sebelum menjatuhkan pilihan pada rumah tertentu untuk dibeli, hal pertama yang harus diperhatikan adalah kondisi keuangan. Perbaikan kondisi keuangan pribadi adalah langkah paling awal jika ingin mulai memiliki rumah baru. Karena akan ada pengeluaran cukup besar sekaligus atau di setiap bulan nantinya. Bila Ayah dan Ibu memiliki penghasilan bersama, maka gunakan untuk menyelesaikan terlebih dahulu segala macam utang. Sama halnya jika pemasukan rumah tangga hanya dari Ayah saja, lunasi dulu utang dan tanggungan lainnya untuk meringankan pembayaran rumah baru nantinya.

    Usahakan tidak ada cicilan utang besar yang harus dibayarkan mendekati masa-masa membeli rumah baru. Utang yang dilunasi bentuknya bisa bermacam-macam ya. Bisa utang pada perorangan maupun lembaga. Jika berkaitan dengan lembaga, maka pastikan alur pembayarannya tepat waktu dan tidak terlambat. Agar nanti jika Ayah dan Ibu bermaksud menggunakan KPR, prosesnya akan lebih mudah disetujui karena sejarah pembayaran utang pada lembaga tertentu tidak ada kendala.

    Utang yang bersifat konsumtif dan produktif perlu diselesaikan sebelum mulai membeli rumah baru. Jika dirasa masih mampu, kelak saat utang konsumtif dan produktif sudah mulai berkurang, Ayah dan Ibu dapat mulai membeli rumah sembari menyelesaikan utang yang tersisa.

  2. Hindari Menambah Utang Konsumtif

    Tips membeli rumah yang satu ini juga tak kalah penting. Meski belum masuk ke masa pembelian rumah, tapi menahan diri untuk tidak menambah utang konsumtif adalah langkah bijak berikutnya setelah menyelesaikan pelunasan terhadap utang yang sudah telanjur ada. Di samping itu, utang konsumtif seperti penggunaan kartu kredit adalah godaan paling besar. Baik Ibu maupun pasangan pasti sama-sama mendapatkan godaan terhadap keinginan untuk membeli sesuatu. Misalnya perangkat hobi, makanan yang sedang tren, atau baju-baju lucu untuk si kecil. Jadi, jangan lupa untuk tetap memprioritaskan kebutuhan utama, bukan keinginan semata.

  3. Menentukan Budget Pembelian Rumah

    Menentukan budget tentu perlu benar-benar matang diperhitungkan. Ibu dan pasangan harus mampu menentukan kemampuan daya beli terhadap apa pun dalam rumah tangga. Apalagi untuk hal sekrusial tempat tinggal yang akan selamanya menjadi tempat bernaung. Bila merencanakan membeli rumah secara tunai, maka putuskan berapa budget yang dimiliki dengan harga rumah yang tersedia. Tidak perlu terlalu mewah, karena yang sederhana pun sudah cukup untuk tempat tinggal.

    Jangan sampai Ibu dan pasangan terpaksa meminjam sana-sini untuk menambah budget pembelian rumah hanya karena menginginkan rumah dengan harga di atas kemampuan finansial. Bila ingin membeli secara angsuran, maka tentukan juga daya bayar setiap bulannya. Jangan sampai setiap bulan Ibu malah defisit saldo hanya karena angsuran rumah rupanya menguras kocek. Idealnya, pembayaran angsuran rumah adalah sebesar 30% dari pendapatan rumah tangga. Baik dari pendapatan Ayah saja atau pendapatan gabungan Ibu dan Ayah.

  4. Sisihkan Beberapa Persen Pendapatan Untuk Membayar DP

    Sebelum memilih rumah seperti apa yang diinginkan, cobalah untuk melakukan tips yang satu ini. Sisihkan beberapa persen pendapatan rumah tangga untuk membayar DP nantinya. Meski Ibu belum tahu berapa banyak DP yang akan dibutuhkan, tapi menabung mulai saat ini sebagai persiapan tidak ada salahnya lho.

    Jangan menunggu utang yang sudah ada lunas terlebih dahulu. Sisihkan juga meski sedikit demi sedikit agar jumlahnya nanti mencukupi. Jangan sampai karena menunggu utang lunas, sementara Ibu tidak sempat menyisihkan penghasilan sedikit pun untuk DP, semakin lama harga DP sudah semakin meningkat dan susah dijangkau.

    Umumnya DP rumah yang harus dipenuhi sebesar 30% dari harga rumah. Sebaiknya kumpulkan jumlah DP rumah incaran selama 1-2 tahun sebelumnya. Karena jika lebih dari itu, maka harga rumah cenderung naik dan DP pun ikut naik.

  5. Memilih Tipe Rumah Sederhana

    Sekarang, mari mulai masuk ke langkah membeli rumah baru. Harga rumah setiap tahunnya pasti naik. Maka sebaiknya, Ibu tidak perlu membeli rumah dengan kategori terlalu mewah. Pilihlah rumah tipe sederhana untuk mulai ditinggali. Ingat, ini adalah rumah pertama sebagai pasangan. Maka penuhi dulu kebutuhan rumah tersebut sebagai hunian utama. Jangan dulu memikirkan investasi karena Ibu dan pasangan lebih membutuhkan rumah pertama ini sebagai rumah tinggal. Jika nanti ada dana lebih, Ayah dan Ibu dapat mulai memikirkan tentang membeli rumah berikutnya sebagai investasi.

    Selain itu, rumah dengan tipe sederhana tentu menawarkan harga lebih murah. Jumlah yang bisa  Ibu bayarkan juga masih lebih terjangkau daripada yang mewah. Sehingga keuangan juga masih bisa tertata dan ada yang dapat disisihkan untuk tabungan atau keperluan lain.

  6. Bijaklah dalam Memilih Developer

    Tips yang satu ini terkesan klasik, namun penting untuk diterapkan. Banyak orang tergiur dengan developer baru yang menjanjikan harga lebih murah namun rupanya kualitasnya patut dipertanyakan. Biasanya jika sudah telanjur memilih developer seperti ini, maka yang didapat adalah rumah yang membutuhkan renovasi berkali-kali dalam tahun-tahun pertamanya. Kemungkinan lebih buruknya lagi, DP sudah dibayarkan namun ternyata unit yang dijanjikan tidak pernah dibangun.

    Ada beberapa contoh kasus developer kenamaan rupanya tersandung sengketa lahan property, sehingga unit yang sudah dijual justru gagal dibangun. Proses pengembalian dananya sendiri pasti tidak mudah. Karena developer tersebut sudah memiliki nama di kancah property, tentu hal seperti ini akan masuk ke ranah hukum. Selanjutnya, pengembalian dana akan terhambat dan pelanggannya merugi.

  7. Lokasi Pinggir Kota Bukan Masalah

    Memilih lokasi yang strategis seperti dekat tempat kerja atau berada di tengah pusat fasilitas kota tentu menarik ya. Tapi coba lihat lagi budget yang Ibu miliki. Jika budget tidak mencukupi untuk memilih hunian di tengah kota, jangan ragu untuk memiliki rumah di pinggiran kota. Waktu tempuh perjalanan dari dan ke tempat kerja memang akan menguras waktu dan tenaga. Tetapi jika daya beli yang ada tidak mencukupi maka jangan sekali-kali memaksakan kehendak. Pilihan rumah di pinggir kota juga memiliki keuntungan, yaitu jauh dari kebisingan laju kendaraan maupun aktivitas keramaian yang tak surut seperti di tengah kota.

  8. Pertimbangkan Memilih Hunian yang Baru Launching

    Hunian yang baru launching saat pameran properti biasanya ditawarkan dengan harga diskon sebagai bentuk promosi yang jauh lebih murah dari harga umum. Ayah dan Ibu bisa lebih gencar mencari informasi pameran properti atau lokasi-lokasi yang menawarkan open house untuk melihat langsung unit yang dimaksud. Ada juga penawaran-penawaran inden yang cukup membantu keuangan. Tapi jangan sampai lupa untuk tetap teliti melihat developernya. Jangan sampai tertipu harga miring dengan kualitas yang tidak sesuai harapan.

  9. Jika Budget Terbatas, Mulailah dengan Membeli Tanah

    Tips berikut ini bisa Ibu lakukan jika tidak ingin membeli hunian dengan sistem KPR, tapi tak memiliki uang tunai yang cukup untuk membeli rumah tinggal. Memang cara jenis ini akan membuat Ibu tidak bisa menempati rumah baru dalam waktu dekat. Namun, tak ada salahnya dicoba. Belilah tanah kavling atau tanah yang tidak di kavling sesuai kemampuan dan ketersediaan uang tunai Ibu dari hasil menabung. Kelak jika uang Ibu dan pasangan sudah terkumpul lebih banyak lagi, Ibu bisa mulai sedikit demi sedikit membangun rumah tinggal. Bisa mulai dengan membuat pondasi, bagian-bagian dasar rumah, dan seterusnya. Tidak perlu ragu untuk memilih cara ini. 

    Meski membutuhkan kesabaran yang besar, cara ini juga bisa memberikan kepuasan batin saat rumah sudah selesai karena Ibu turut mengawasi proses pembangunannya. Ibu dapat menentukan sendiri model dan gaya bangunan yang akan menjadi rumah masa depan keluarga. Penekanan budget untuk membangun rumah juga bisa diatur dengan menggunakan bahan yang artistik namun bagus untuk dekorasi dan ketahanan rumah. Misalnya dengan membuat bangunan semi container.

    Kontainer peti kemas saat ini sedang banyak diminati sebagai salah satu campuran membangun rumah dengan harga yang lebih terjangkau. Adapula penggunaan barang bekas seperti pallet kayu bekas dan beberapa ornamen bekas yang dipoles ulang dan digunakan untuk membangun rumah. Inspirasinya bisa Ibu dapatkan lewat situs-situs homedecor.

    Desain rumah juga dapat Ibu tentukan sendiri jika memilih cara seperti ini dalam membangun rumah. Ayah dan Ibu bahkan bisa menekan budget menyewa arsitek dengan mencari inspirasi lewat situs arsitek, Youtube, maupun Instagram untuk mendapatkan inspirasi fasad-fasad rumah modern yang bagus. 

  10. Jelilah Memilih KPR

    Bila Ibu dan pasangan memutuskan untuk menggunakan KPR, maka hal terpenting dalam memutuskan lembaga mana yang cocok program KPR-nya adalah dengan melihat kembali rekam jejak lembaga tersebut. Perhatikan juga suku bunga yang mereka tawarkan. Apakah sudah sesuai dengan aturan negara, apakah sekiranya memberatkan saat pembayaran, apakah sistem pembayarannya berbelit atau tidak, dan beberapa pertimbangan-pertimbangan lain yang harus dicermati. Jangan sampai ketika sudah mantap menentukan pilihan KPR di suatu lembaga, ternyata Ibu banyak mengalami kendala dan harus mengeluarkan uang lebih banyak di luar angsuran-angsuran wajib.

    KPR sendiri ada 3 macam, yaitu KPR konvensional, KPR syariah, dan KPR Sejahtera. Karena sistemnya yang hampir-hampir mirip, alangkah baiknya Ibu lebih mencermati dengan saksama mana yang paling sesuai dengan kebutuhan dan daya bayar. 

  11. Lihat kembali Lingkungan Sekitar

    Melakukan pengecekan terhadap lingkungan sekitar tak kalah penting untuk dilakukan saat hendak membeli rumah. Bukan hanya karena lingkungan inilah yang akan lama ditinggali, tapi juga tentang kejelasan sertifikat tanah dan rumah yang nantinya menjadi milik Ibu dan pasangan. Pengecekan bisa berupa kondisi alam di lingkungan tersebut, termasuk akses kendaraan, kemungkinan banjir, dan kondisi tanah. Juga lokasi fasilitas umum dan fasilitas kesehatan, serta keadaan lingkungan dengan tetangga. Ayah dan Ibu tentu tidak ingin kan ada masalah-masalah besar di kemudian hari hanya karena lingkungan tempat tinggal tidak mendukung?

    Jangan lupa juga untuk memeriksa surat tanah di lingkungan tersebut. Ada beberapa kasus di mana suatu daerah lingkungannya adalah tanah sengketa dan sertifikatnya banyak berpindah tangan tanpa kejelasan. Jadi, sangat penting untuk mengetahui sertifikat tanahnya adalah Sertifikat Hak Milik atau Sertifikat Hak Guna Bangun. Bila ada budget, sewalah seorang notaris untuk memastikan kejelasan dan legalitas tanah maupun bangunan incaran Ayah dan Ibu.

  12. Membeli Tunai Jika Ada Budget

    Bila Ibu mempunyai tabungan yang cukup untuk membeli rumah secara tunai, jangan pernah ragu untuk melakukannya. Karena membeli secara tunai akan menguntungkan Ibu dan pasangan. Selain tidak perlu ada tanggungan pembayaran selama 15 hingga 20 tahun ke depan, Ayah dan Ibu juga bisa mendapatkan diskon khusus dari developer. Biasanya developer menawarkan harga khusus yang lebih murah beberapa persen untuk pembeli yang membayar secara tunai.

  13. Sisihkan Biaya untuk Furniture

    Terlalu fokus pada pembiayaan membeli rumah tak jarang membuat orang lupa bahwa rumah juga perlu diisi dengan barang-barang kebutuhan sehari-hari. Biaya mengisi rumah dengan perabot juga tak sedikit. Maka penting bagi Ibu dan pasangan mengalokasikan dana untuk membeli perabot rumah. Jika tidak, Ayah dan Ibu bisa membeli beberapa perabot penting terlebih dahulu untuk menjalankan rumah tangga, seperti peralatan dapur dan tempat tidur.

    Sisanya bisa dibeli sedikit demi sedikit dan bertahap. Tidak harus langsung punya sofa atau mesin cuci kok. Menerima tamu lesehan bukan hal buruk untuk dilakukan, dan mencuci dengan tangan juga masih bisa diselesaikan tanpa mesin cuci. Mengedepankan kebutuhan daripada keinginan bisa diterapkan pula dalam memilih furniture.

  14. Periksa Kembali Kontrak dengan Developer Secara Saksama

    Saat sudah deal untuk membeli hunian baru yang Ibu inginkan, tahap selanjutnya adalah akan pemberkasan dengan developer. Ibu dan pasangan perlu melakukan cek berulang tentang kontrak dengan developer dan cermati poin-poinnya. Jangan sampai Ibu melewatkan hal penting dalam kontrak perjanjian dan mengalami kerugian dalam jual beli rumah hanya karena kontrak perjanjiannya disalahgunakan. Pengecekan ini juga dilakukan dengan tujuan agar poin-poin yang dirasa kurang tepat bisa dibicarakan kembali dan diganti. Selain itu, pemeriksaan kembali ini juga dapat membuat Ibu merasa aman sampai kepemilikan rumah berpindah tangan.

Nah, setelah mengetahui tips membeli rumah di atas, sudahkah Ibu menjatuhkan pilihan? Jika ada keraguan dalam menentukan pilihan, tidak ada salahnya bertanya kepada kerabat yang sudah berpengalaman membeli rumah atau berkonsultasi dengan notaris berkenaan dengan kontrak perjanjian dan ketentuan hukum dalam hal jual-beli rumah.

(Dwi Ratih)

Follow Ibupedia Instagram