Jawaban dari 5 Mitos Tentang Menjadi Seorang Ayah
Jika Anda adalah seorang calon ayah, mungkin sudah ada beberapa definisi tentang arti menjadi seorang ayah di benak Anda. Semua pemikiran ini bisa jadi berasal dari pengalaman dengan ayah Anda sendiri atau dari pemahaman yang dianut oleh lingkungan sekitar Anda. Semakin lama Anda memahami ekspektasi tentang menjadi ayah, semakin tinggi kemungkinan Anda akan menjadi orang tua yang Anda inginkan.
Mungkin mitos terbesar ketika menjadi ayah adalah bahwa hanya ada satu definisi untuk ayah yang baik. Tapi sebenarnya, Anda memiliki kekuatan untuk menciptakan versi “ayah” sendiri untuk memenuhi kebutuhan keluarga Anda dan Anda bisa melakukannya seiring waktu berjalan. Di mulai pada masa kehamilan hingga tahun pertama menjadi orang tua, Anda akan berubah dan mengembangkan identitas unik sendiri sebagai seorang ayah.
Berikut ini beberapa hal yang menjadi mitos ketika menjadi seorang ayah dan fakta dibaliknya yang harus diketahui oleh para calon ayah:
1. Bayi Baru Lahir Tidak Terlalu Membutuhkan Peran Ayah
Hubungan yang intens antara pasangan Anda dengan bayi yang baru lahir bisa membuat Anda bertanya-tanya apakah bayi Anda benar-benar membutuhkan Anda. Anda mungkin merasa tersingkir ketika pasangan Anda menyusui si bayi. Tapi tetaplah yakin, Anda juga bagian penting dari kehidupan barunya. Anda dapat membuatnya merasa nyaman dan tenang.
Untuk menjalin ikatan dengan bayi yang baru lahir, Ayah bisa gendong, ayun, dan berbicara padanya. Tunggu hingga si kecil selesai menyusu, maka Anda akan mendapat perhatian penuh darinya. Anda dapat membuatkan makanan kesukaan istri atau membawakan cemilan serta minuman ketika ia sedang menyusui. Mengambil alih bayi setelah disusui juga memberi pasangan Anda kesempatan untuk memperoleh kembali energi setelah menyusui.
Anda bisa membantu memberi si kecil ASI jika pasangan Anda memompa ASI atau jika Anda dan istri memutuskan untuk memberi si kecil susu formula. Anda juga bisa membantu bayi secara tidak langsung dengan melakukan pekerjaan rumah. Ini akan membuat pasangan Anda lebih santai menghabiskan waktu bersama si bayi. Ingat, Anda membuat perubahan bagi seluruh keluarga.
2. Para Pria Tidak Tahu Cara Mengurus Anak
Ini tentunya menjadi hal yang tidak benar dan ini bisa menghambat hubungan kuat antara ayah dengan bayi. Mitos ini juga menyebabkan kecemasan yang tidak perlu bagi para ibu baru yang khawatir pasangan mereka tidak bisa mengurus bayi baru lahir.
Selain menyusui, tidak ada alasan seorang pria tidak bisa menjadi pengasuh utama bagi si kecil. Menjadi orang tua merupakan tugas yang bisa dipelajari oleh siapapun, oleh Ayah dan Bunda. Jika Anda banyak menghabiskan waktu bersama bayi, Anda akan menjadi makin sensitif tentang kebutuhannya.
3. Hanya Perasaan Calon Ibu Yang Penting
Perubahan tubuh pada istri Anda dan fokus keluarga pada persalinan akan membuat Anda semakin mudah untuk berfikir bahwa perasaan istri saja yang perlu diperhatikan. Perhatian Anda terhadap kesehatan fisik dan mentalnya penting untuk saat ini dan setelah bayi lahir, tapi begitu juga dengan perasaan Anda sendiri.
Ketika menjadi calon ayah akan sangat mudah untuk mengekspresikan betapa senangnya Anda karena akan menjadi ayah. Sebaliknya, akan sangat susah untuk Anda mengekspresikan rasa takut dan khawatir. Anda mungkin bertanya-tanya, “Apakah saya nanti akan pingsan saat istri melahirkan?” “Apakah akan terjadi komplikasi saat persalinan?” Cari tahu informasi sebanyak-banyaknya untuk membantu Anda mengatasi rasa cemas ini. Akan muncul juga pertanyaan seperti, “Setelah bayi lahir, apakah hubungan saya dengan istri akan berubah?” “Bisakah saya mengejar karir dan menjadi seorang ayah yang saya inginkan?”
Pasangan Anda perlu mendengar apa yang Anda rasakan. Anda mungkin merasa harus menyimpan rasa takut tentang kehamilan, melahirkan, dan menjadi ayah dalam diri sendiri karena Anda tidak ingin menambah rasa khawatir pasangan. Tapi jangan takut membebaninya. Kebanyakan wanita ingin dan butuh interaksi semacam ini, dan mereka tahu bahwa menjadi ayah membawa tantangan tersendiri. Berbagi rasa takut dengan pasangan akan membuat Anda lebih dekat. Anda juga bisa bertemu calon ayah lain, membaca buku tentang menjadi ayah, atau berbicara dengan para ayah di sebuah komunitas. Beri diri sendiri kesempatan untuk mengekspresikan emosi positif dan negatif yang ada dalam diri Anda.
4. Anda Ditakdirkan Untuk Menjadi Seperti Ayah Anda Sendiri
Ayah Anda akan memiliki arti baru ketika Anda menjadi ayah. Sangat wajar untuk mengingat masa kanak-kanak Anda dan meyakininya, baik untuk hal yang baik atau buruk, Anda akan mengikuti jejak langkah orang tua Anda. Namun, Ayah Anda sendiri tidak perlu menjadi teladan utama untuk Anda dalam menjadi orang tua. Ia hanya menjadi satu pengaruh terhadap menjadi ayah macam apa Anda nantinya. Lihatlah ke orang lain yang juga mengasuh Anda sejak lama. Coba lihat guru, teman, atau saudara, yang telah membantu Anda. Gunakan pengalaman itu untuk menciptakan identitas ayah dalam diri Anda.
Jika Anda melihat di berbagai negara di belahan dunia, Anda akan menemukan bahwa tidak ada model konsisten untuk menjadi seorang ayah. Pendekatan kultur yang berbeda tentang menjadi ayah menciptakan cara yang bervariasi. Bahkan di budaya Afrika, ayah lebih dipandang sebagai kelompok pria, bukan sebagai individu.
Pandangan tentang menjadi ayah yang baik adalah sesuatu yang berubah, bergantung pada tekanan budaya, sosial, dan ekonomi. Anda dan pasangan punya hak untuk membuat pilihan yang terbaik untuk keluarga. Anda bisa mengambil hal positif dari riwayat keluarga Anda dan menambahkannya dengan cara yang baru.
5. Pria Yang Fokus Pada Anak Tidak Bisa Mengejar Karir
Hal ini tidaklah benar, terlebih bagi para ayah. Orang tua selalu berkutat antara pekerjaan dan perannya sebagai orang tua. Di jaman sekarang, semakin banyak pria yang memilih untuk bekerja dari rumah agar bisa menghabiskan lebih banyak waktu dengan keluarga. Menjadi ayah yang baik menjadi pencapaian terbaik mereka dalam hidup. Adanya cuti bagi para ayah di Inggris menjadi salah satu cara untuk menunjukkan bahwa keberadaan ayah menjadi semakin diakui.
Cara mengatasi mitos tentang menjadi seorang ayah:
Gendong, ayun, dan bicara pada bayi Anda sejak ia lahir.
Luangkan waktu untuk merefleksikan peran menjadi ayah seperti apa yang mempengaruhi Anda. Ungkapkan perasaan Anda kepada pasangan, para calon ayah, atau para ayah baru lain.
Belajarlah untuk mengganti popok, memandikan, memberi susu, memijat bayi, dan jadilah bagian dari kehidupan keseharian bayi Anda.
Pertimbangkan beberapa hal yang berkaitan dengan karir yang membuat Anda bisa menghabiskan waktu bersama anak. Ini menjadi sebuah eksperimen yang dilakukan tidak dalam waktu yang singkat.
Ambil hal yang Anda suka dari ayah, guru, teman, atau kerabat Anda untuk menciptakan identitas Anda sebagai seorang ayah. Semua orang yang pernah mengurus Anda di masa kecil bisa menjadi teladan yang baik.
(Ismawati)