Ibupedia

Kasus Putri Rafasya, Ini Batasan Prank Yang Wajib Dipahami!

Kasus Putri Rafasya, Ini Batasan Prank Yang Wajib Dipahami!
Kasus Putri Rafasya, Ini Batasan Prank Yang Wajib Dipahami!

Belakangan ini, dunia sosial media kembali dihebohkan dengan kasus artis cilik asal Malaysia yang didiagnosa lumpuh dan tidak bisa berjalan, akibat prank dari temannya. Kala itu, Putri Rafasya, sedang melakukan shooting.

Namun, ada seorang temannya yang iseng menarik kursi saat Putri hendak duduk. Siapa sangka, kejadian ini justru bikin Putri mengalami cedera pada bagian punggung dan pinggul.

Akibatnya ia langsung mengalami kelumpuhan dan mati rasa. Meski begitu, setelah mendapatkan perawatan, saat ini keadaannya pun berangsur membaik.

Nah, belajar dari kasus ini, Parents juga perlu memberikan edukasi pada si kecil mengenai batasan prank. Sebab, jika batasan prank tidak dilakukan, khawatir dapat mencerderai seseorang.

Alih-alih hanya bercanda, yuk kita simak bahaya prank dan batasannya yang perlu kita ajarkan pada anak, dalam ulasan berikut.

Aturan dan batasan prank yang wajib kita tahu


1. Tidak boleh menyakiti

Dikutip dari MUI Online dalam sebuah ayat Al-Quran surah Al Hujarat ayat 11 dijelaskan bahwa:

‎
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا يَسْخَرْ قَوْمٌ مِنْ قَوْمٍ عَسَىٰ أَنْ يَكُونُوا خَيْرًا مِنْهُمْ وَلَا نِسَاءٌ مِنْ نِسَاءٍ عَسَىٰ أَنْ يَكُنَّ خَيْرًا مِنْهُنَّ ۖ وَلَا تَلْمِزُوا أَنْفُسَكُمْ وَلَا تَنَابَزُوا بِالْأَلْقَابِ ۖ بِئْسَ الِاسْمُ الْفُسُوقُ بَعْدَ الْإِيمَانِ ۚ وَمَنْ لَمْ يَتُبْ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ


Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik. Dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.”

Dalam ayat ini, dapat disimpulkan bahwa batasan bercanda itu yang terpenting adalah jangan sampai menyakiti seseorang. Baik secara fisik maupun psikis.

Nggak ada yang menyangka, bahwa ucapan kita ataupun si kecil pada teman-temannya terkadang bisa sangat menyakiti hati. Terlebih jika sudah bermain kontak fisik yang menimbulkan korban, layaknya kasus Putri Rafasya.

2. Tidak berkata atau bersikap buruk, apalagi sampai membully

Seringkali, saat bercanda dengan orang lain, dan orang tersebut nggak terima, maka terkadang kita sering mengucapkan “ah, lebay deh!”. Pada akhirnya orang tersebut dikatakan sebagai sosok yang terlalu sensitif.

Dikutip dari Psychology Today sebagai orang tua, sejatinya kita perlu mengajarkan batasan prank yang tepat buat si kecil. Ajarkan padanya bahwa, batasan bercanda sebaiknya jangan sampai melakukan tindakan buruk apalagi sampai membully.

Ajarkan pula untuk selalu meminta maaf karena telah menyakiti hati temannya, dan segera menghentikan perilaku iseng apa pun itu. Sebaliknya, jika hal tersebut malah dilakukan oleh temannya, usahakan untuk mengajari anak bagaimana cara menghindar yang benar.

Alangkah lebih baik lagi, Ibu mungkin bisa mengajarkan agar anak bisa menasehati perilaku tercela yang dilakukan temannya tersebut. Terkadang, bagi orang yang merasa tersakiti, prank bisa menimbulkan:

  • Rasa trauma baik emosional maupun psikologis
  • Bisa menimbulkan rasa takut dan membuat pelakunya merasa berkuasa atas orang lain
  • Prank dianggap sebagai bentuk perilaku kasar yang menimbulkan trauma mendalam
  • Jika suatu perilaku membuat Anda kesal, itu adalah perasaan yang valid.

3. Harus memerhatikan adab batasan bercanda

Yes! Batasan prank yang juga perlu kita ajarkan pada si kecil adalah, jangan sampai prank yang dilakukan melewati batas. Dilansir dari MUI Digital ada 9 batasan bercanda yang juga perlu diperhatikan oleh umat muslim, diantaranya adalah:

  • Batasan prank sebaiknya tidak mengandung atau membawa-bawa nama Allah Subhanahu Wa Ta’ala
  • Tidak boleh berbohong
  • Tidak menyakiti dengan sengaja. Bahaya prank yang satu ini, wajib dipahami dan bisa kita pelajari dari kasus Putri Rafasya
  • Tidak melewati batas
  • Batasan prank sebaiknya jangan dilakukan pada orang yang tidak suka
  • Dilarang menjadikan topik serius sebagai candan atau prank
  • Menghindari larangan Allah Subhanahu Wa Ta’ala
  • Jangan sampai membuat orang tersebut menjadi tidak nyaman
  • Menghindari tertawa berlebihan.

4. Prank semestinya tidak mempermalukan orang lain


Siapa sih yang nggak malu ketika hendak duduk, tapi kursinya malah ditarik oleh teman kita? Belajar dari kasus Putri Rafasya, batasan prank yang perlu kita ajarkan pada anak, memang sebaiknya tidak boleh sampai mempermalukan orang lain.

Anak juga perlu paham, apabila orang yang kita ajak bercanda menunjukkan ekspresi tidak suka, maka anak wajib berhenti dan segera minta maaf. Ibumin juga seringkali di prank sama si kecil dan Ayahnya, ketika Ibumin sedang lelah, serta menunjukkan ekspresi tidak suka, biasanya mereka langsung berhenti.

Nah, setelah emosi Ibumin mereda, biasanya Ibumin akan menjelaskan mengapa ajakan bercanda tersebut tidak Ibumin hiraukan. Tujuannya supaya anak mengerti waktu yang tepat, kapan seseorang bisa di prank maupun diajak bercanda.

Beragam aneka prank yang sebaiknya tidak dilakukan anak


Prank sejatinya punya tujuan untuk membuat orang lain kaget, ataupun terheran-heran. Di jagat media sosial yang makin luas, banyak tersebut beragam aneka prank.

Namun, nggak semua boleh dilakukan oleh si kecil ya Bu. Berikut adalah contoh batasan prank yang sebaiknya tidak dilakukan oleh si kecil:

  • Mengurung dan menakut-nakuti teman di dalam kamar yang gelap
  • Melakukan tindakan kasar (memukul, menjambak rambut teman dan sebagainya)
  • Mengejek orang lain, bahkan sampai menjahili secara berlebihan
  • Prank yang menjurus ke arah bullying.

Dikutip dari Mom Junction, batasan prank ini memang sangat penting dipahami oleh orang tua. Untuk kemudian diajarkan pada anak.

Sebab, buka tidak mungkin nantinya prank justru dapat mengganggu kesehatan mental anak. Ingat ya Bu, anak merupakan seorang peniru ulung.

Jika orang tua pernah melakukan prank pada seseorang, kemudian dilihat oleh si kecil, bukan tidak mungkin hal tersebut juga bisa ditiru olehnya. Orang tua perlu mengajarkan batasan prank yang tepat. Supaya, prank yang dilakukan pada akhirnya tidak sampai merugikan mereka.