Ibupedia

Korban Bully Bisa Menimpa Siapapun, Ketahui Bedanya Bully Dan Bercanda

Korban Bully Bisa Menimpa Siapapun, Ketahui Bedanya Bully Dan Bercanda
Korban Bully Bisa Menimpa Siapapun, Ketahui Bedanya Bully Dan Bercanda

Beberapa waktu belakangan, hati Ibumin merasa sakit sekali mendengar kabar adanya anak SD yang disleding temannya, dan berakhir dengan amputasi kaki. F (12) seorang siswa di Bekasi, mengaku kala itu sedang jajan bersama teman lainnya saat jam istirahat.

Namun, saat ia sedang berjalan, kakinya justru disleding salah satu temannya, hingga membuat F terjatuh. Ia pun ditinggalkan dan dibiarkan berjalan ke kelas dalam kondisi pincang.

Sementara temannya tersebut meminta agar F jangan menangis dan mengadu ke Ibunya. Akibat peristiwa ini, F didiagnosa mengalami kanker tulang yang dipicu benturan keras dan harus diamputasi.

Cerita F ini bisa dikatakan termasuk korban bully yang masih marak di sekolah. Sayangnya meski menjadi korban bully, pihak sekolah berdalih yang dilakukan temannya tersebut ‘cuma bercanda’.

Duh, geram banget deh Ibumin! Lalu, sebenarnya apa sih bedanya bercanda dan bullying? Yuk, ajarkan pada si kecil mengenai kedua hal ini, agar ia bisa melindungi korban bully dan tidak menyakiti orang lain.

Bullying dan bercanda, ada batasannya!


Kasus korban bully yang menyebabkan amputasi kaki siswanya ini, benar-benar bikin geram. Apalagi, pihak sekolah sama sekali nggak ada rasa simpati mengenai peristiwa tersebut.

Bahkan, Wakil Kepala Sekolah berdalih bahwa peristiwa ini merupakan bagian dari candaan antara siswa semata. Menurut mereka, hal ini jauh dari kata bullying, sebab kala itu mereka sedang bercanda sambil jajan, hingga bermain selengkatan kaki terhadap satu orang yang menyebabkan F terjatuh.

Padahal, antara bullying dan bercanda memiliki perbedaan yang cukup signifikan, lho Bu. Nah, mengutip dari Very Well Family perbedaan yang paling mencolok adalah, kalau bercanda bisa membuat keduanya merasa senang, dan menikmati tanpa adanya rasa tersakiti, suasana menyenangkan bahkan bisa tertawa bersama.

Sebaliknya, bullying sendiri merupakan kondisi ketika muncul sikap menguasai (salah satu mendominasi), ada pihak yang merasa tersakiti, hingga menimbulkan luka baik psikis maupun fisik dan berujung trauma.

Korban bully bisa menimpa siapa saja


Faktanya, mengenai kasus korban bully yang dialami F, ia justru dikenal sebagai siswa yang aktif dan cenderung sering maju ke depan kelas. Sayangnya, hal ini nggak bikin ia lolos dari tindakan bullying yang dilakukan temannya.

Sehingga dapat disimpulkan, korban bully jelas bisa menimpa siapa saja, dalam usia berapapun dan nggak peduli soal strata ekonomi sekalipun. Mengutip dari Health Direct bullying juga kerap dikaitkan dengan pelecehan.

Tapi sebenarnya, kedua hal ini sangat jauh berbeda. Pelecehan mencakup segala perilaku yang tidak diinginkan, menyinggung, mempermalukan, atau mengintimidasi seseorang. Meskipun pelecehan dapat menjadi salah satu unsur bullying, namun pelecehan dapat berupa konflik yang terjadi satu kali saja atau dapat terjadi antara orang yang tidak dikenal.

Sementara pelaku bullying, biasanya melakukan hal ini dengan alasan ingin mendominasi, merasa marah, frustrasi atau ada rasa cemburu terhadap korban bully tersebut. Tapi, yang jelas dibalik alasannya tersebut, pelaku bullying merasa senang mendapatkan apa yang mereka inginkan setelah melakukan tindakan tersebut.

Karena dalam lingkungannya, pelaku bullying mungkin menjadi orang yang diabaikan secara emosional, diintimidasi, dianiaya, atau ia juga merupakan korban bully.

Ajarkan si kecil mengenai hal ini


Bully dan bercanda jelas merupakan dua hal yang berbeda ya, Bu. Sehingga, untuk menghindari hal ini terjadi lagi, kita perlu mengajarkan pada si kecil mengenai perbedaan keduanya.

Kebanyakan anak kadang-kadang diejek oleh saudara atau temannya, dan hal ini biasanya tidak berbahaya jika dilakukan dengan cara yang menyenangkan, bersahabat, dan saling menguntungkan, dan kedua anak menganggapnya lucu. Namun ketika ejekan menjadi menyakitkan, tidak baik, dan terus-menerus, hal itu sudah melanggar batas dan menjadi salah satu tindakan bullying dan harus dihentikan.

Kalau Ibumin biasanya akan mengajarkan anak-anak mengenai jenis-jenis dari tindakan bullying. Seperti yang dijabarkan oleh Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA) diantaranya adalah

  • Kontak fisik; memukul, mendorong, mengunci di dalam ruangan, menyakiti korban bully dan menyebabkan luka fisik
  • Kontak verbal; mencela, merendahkan, mempermalukan dsb
  • Non-verbal langsung; membully dengan bahasa tubuh seperti mengejek, tatapan sinis dan menjulurkan lidah
  • Non-verbal tidak langsung; pengabaian, pengucilan atau mengasingkan seseorang
  • Cyber bullying
  • Sexual bullying.

Kalau si kecil menjadi korban bully dari salah satu jenis-jenis ini, biasanya Ibumin juga nggak langsung menelan penyampaiannya tersebut meski ada memar dan cedera sekalipun. Ibumin akan mengidentifikasi, mengenai peristiwa yang terjadi.

Namun, mengutip Kids Health tetap perhatikan tanda peringatan berikut:

  • Anak bertindak berbeda atau tampak cemas
  • Anak tidak makan, tidak tidur nyenyak, atau tidak melakukan hal-hal yang biasanya mereka sukai
  • Anak tampak lebih murung atau lebih mudah marah dari biasanya
  • Anak kerap menghindari situasi tertentu (seperti naik bus ke sekolah).

Jika Ibu mencurigai bahwa anak telah jadi korban bully dan enggan membuka diri, temukan cara untuk menyelesaikan masalah tersebut. Ajarkan anak bahwa jika mereka diintimidasi atau dilecehkan, atau jika mereka melihatnya terjadi pada orang lain, jangan ragu untuk menceritakan hal ini pada seseorang.

Termasuk orang tua, ataupun guru di sekolah. Ajarkan juga pada anak mengenai beda bullying dan bercanda yang dilakukan temannya.

Tegaskan pada anak untuk berani dan kuat dalam menindak bullying yang terjadi disekitarnya. Supaya si kecil bisa tumbuh menjadi sosok yang tak hanya bisa melindungi diri sendiri, tapi juga orang lain.

Untuk orang tua dan guru, jadilah sosok yang bisa menjadi ruang nyaman bagi anak. Agar jika menjadi korban bully, anak merasa aman dan bisa lepas bercerita tanpa adanya tekanan.

Follow Ibupedia Instagram