Ibupedia

Memberikan Uang Kepada Orang Tua Menurut Islam

Memberikan Uang Kepada Orang Tua Menurut Islam
Memberikan Uang Kepada Orang Tua Menurut Islam

Tahukah kamu bahwa belakangan ini memberikan uang kepada orang tua diidentikkan dengan sandwich generation dalam perspektif negatif? Maraknya tren financial planning di kaum milenial membuat masyarakat usia produktif berlomba-lomba membagi keuangan mereka untuk kebutuhan pokok, tabungan, dana darurat, serta dana rekreasi atau dana impian. Kebanyakan, tidak ada slot untuk memberikan uang kepada orang tua. Jika pun ada, kini mulai dianggap sebagai sesuatu yang memberatkan. Bagaimana ya pandangan agama tentang hal ini?

Memberi Uang Kepada Orang Tua Menurut Islam


Dalam agama Islam, orang tua wajib dimuliakan. Tentang kehidupan finansial orang tua, yang lebih bertanggung jawab atas nafkah pada Ibu adalah Ayah. Besarnya nafkah disesuaikan dengan kemampuan Ayah. Tentu karena usia, tidak banyak orang tua yang masih bekerja. Beberapa juga hanya mengandalkan uang pensiun secukupnya. Maka besarnya itulah yang menjadi nafkah bagi Ibu. Jika Ayah sudah meninggal, maka yang berkewajiban menafkahi adalah ahli waris terdekatnya.

Allah berfirman dalam Surat Al-Baqarah: 233,

“Dan kewajiban Ayah memberi makan dan pakaian kepada para Ibu dengan cara ma’ruf. Seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya. Janganlah seorang Ibu menderita kesengsaraan karena anaknya dan seorang Ayah karena anaknya, dan ahli waris pun berkewajiban demikian.”

Nah, siapakah ahli waris dan kerabat terdekat itu? Sebuah hadis dari Jabir bin Abdilla, R.A. yang dikutip dalam laman Muslim.or.id menyebutkan bahwa Nabi Muhammad SAW pernah bersabda:

“Mulailah dengan dirimu sendiri, berilah nafkah pada dirimu. Jika ada kelebihan, maka berilah nafkah pada keluargamu. Jika sudah menafkahi keluargamu dan masih ada kelebihan, maka nafkahilah kerabatmu. Jika sudah menafkahi kerabatmu dan masih ada kelebihan, maka nafkahilah yang terdekat dan seterusnya. (HR Muslim No. 997)

Dari sini kita sudah bisa melihat bahwa yang terdekat tentu adalah anak dari orang tua tersebut. Dalam Islam dijelaskan lebih lanjut tentang pengelompokan ahli waris ini, dilihat dari Jihhah (arah) dan darajah (level kedekatan jalur).

Jihha sendiri ada urutannya, yaitu:

  1. Anak dari orang tersebut, dan terus ke keturunan di bawahnya;
  2. Ayah dari orang tersebut, dan terus ke keturunan di atasnya;
  3. Saudara dari orang tersebut, dan terus ke sampingnya; dan
  4. Ibu dari orang tersebut, dan terus ke keturunan di atasnya.

Misalnya jika orang tua kita masih hidup dan tidak mampu menafkahi dirinya sendiri, maka kita sebagai anak yang pertama bertanggung jawab menafkahi orang tua. Jika kita tidak sanggup karena tidak punya pemasukan, maka anak kita yang harus menafkahi orang tua kita, ditambah juga menafkahi kita karena kita tidak mampu. 

Dari sinilah kemudian lahir juga adanya perspektif tentang sandwich generation. Dewi Ratna Amelia, CFP, QWP, seorang perencana keuangan syariah menjelaskan dalam @insyirahfinance, bahwa sandwich generation ‘dikeluhkan’ bertambah jumlahnya semenjak pandemic dimulai. Sandwich generation sendiri dijabarkan Dorothy A. Miller (1981) sebagai keadaan dimana seseorang menanggung hidup anak mereka dan masih menanggung hidup orang tua mereka juga. Seperti roti sandwich yang menjadi analogi, orang-orang ini dihimpit oleh generasi sebelumnya dan sesudahnya.

Dewi menjelaskan bahwa sebenarnya keadaan ini sudah diatur dalam Islam, karena jelas tertulis dalam Al-Quran dengan keistimewaan sebagai berikut:

1. Generasimu Berkesempatan untuk Berbakti Kepada Orang Tua

Tertulis dalam surat Al-Isra’: 23,

“Dan Tuhanmu telah emerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada Ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya.”

2. Memberikan Uang Kepada Orang Tua adalah Salah Satu Kunci Pintu Surga

Seperti tertuang dalam hadis riwayat Muslim No. 2551 dan hadis riwayat Ahmad 2:254, 346,

“Celaka, sekali lagi celaka, dan sekali lagi celaka orang yang mendapatkan kedua orang tuanya berusia lanjut, salah satunya atau keduanya, tetapi (dengan itu) dia tidak masuk surga.

3. Nafkah Pada Keluarga Lebih Utama

Memberi uang kepada orang tua juga lebih utama daripada memberi pada orang miskin.

“Dinar yang engkau infaqkan di jalan Allah (perang), dinar yang engkau infaqkan utnuk membebaskan seorang budak, dinar yang engkau sedekahkan pada orang miskin dan dinasr yang engkau infaqkan untuk keluargamu, yang paling besar pahalanya adalah infaq yang engkau berikan pada keluargamu.” (HR Muslim No. 995)

4. Memberikan Uang Kepada Orang Tua Menjadi Wajib

Memberi uang kepada orang tua apakah termasuk zakat? Bukan. Seperti sebelumnya telah dijelaskan bahwa memberikan uang kepada orang tua bersifat sedekah, jika dan hanya jika orang tua masih mampu bekerja atau memiliki pendapatan sendiri. Besarannya pun bisa disesuaikan setelah kebutuhan utama terpenuhi. Tetapi, memberikan uang kepada orang tua menjadi wajib jika orang tuanya dalam keadaan miskin dan tidak mampu lagi beker

Memberi Uang Kepada Orang Tua Setelah Menikah

Setelah jelas hukumnya, maka perspektif negatif tentang menjadi sandwich generation harus dihilangkan, terutama bagi kamu yang tengah menjalaninya. Yakinlah bahwa apa yang kamu lakukan ini merupakan cara Allah mendekatkan dirimu pada-Nya. Lewat perantara orang tua Allah sedang membuka pintu rahmat seluas-luasnya dan memberimu lading pahala.

Jika kamu sudah menikah, rutinitas memberikan uang kepada orang tua hendaknya dibicarakan dengan pasangan, bahkan sebelum menikah. Ungkapkan bahwa kamu memiliki kewajiban untuk memberikan uang kepada orang tua sebagai nafkah karena mereka sudah tidak lagi mampu. Memberikan uang kepada orang tua sebaiknya tidak menjadi bahan pertengkaranmu dengan pasangan.

Kamu bisa berdiskusi bersama pasangan dalam hal mengatur keuangan setelah menikah dengan tetap memberikan uang kepada orang tua. Bila dirasa perlu, tidak ada salahnya menggunakan jasa perencana keuangan untuk membantumu.

Editor: Dwi Ratih

Follow Ibupedia Instagram