Menentukan Jarak Usia Antara Anak Pertama dan Kedua
Mana yang lebih baik- memiliki anak-anak dengan rentang usia berdekatan atau menjaga agar ada jarak usia antar anak yang cukup jauh?
Ada bermacam-macam teori perihal jarak usia antar anak pertama dan anak berikutnya. Ada yang menganggap, akan terlalu merepotkan, serta melelahkan jika memiliki anak pertama dan anak kedua dengan jarak usia antar anak yang berdekatan. Namun ada juga Ibu yang berpikir bahwa semua kerepotan tersebut akan 'terbayar' pada waktunya.
Well, memang sih dengan jarak usia antar anak pertama dan kedua yang terpaut jauh, maka ada kemungkinan anak pertama dapat terlibat dan membantu dalam urusan mengasuh adiknya. Anak pertama akan jauh lebih 'mengerti' dan tidak gampang cemburu apabila perhatian Ibu terpusat pada si bungsu.
Menurut Warren Cann, psikolog sekaligus direktur dari Parenting Research Centre, dalam segi implikasi kesehatan, baik jarak usia antar anak yang pendek maupun panjang sama-sama memiliki potensi masalah tertentu.
"Hasil studi menunjukkan bahwa menunggu sekitar 18-24 bulan setelah kelahiran anak pertama untuk menjalani kehamilan berikutnya adalah waktu yang ideal. Namun, ada potensi terjadinya komplikasi kesehatan bagi sang Ibu dan bayi dikarenakan interval antara persalinan anak pertama dan kehamilan berikutnya terlalu pendek. Meski begitu, apabila Anda menunggu terlalu lama - yakni sekitar lebih dari 5 tahun - maka komplikasi kesehatan juga dapat terjadi." kata Warren.
Lebih lanjut lagi, psikolog tersebut menyatakan bahwa jarak usia antar anak pertama dan berikutnya seringkali tak hanya ditentukan oleh faktor fisik. Ada permasalahan sosial yang kadang luput dari perhatian para orang tua, yakni problem seperti stres dan kondisi finansial.
Kondisi keuangan keluarga
Memiliki anak lebih dari satu dalam rentang waktu berdekatan tentunya akan berimbas pada kondisi keuangan keluarga Anda. Terkadang, Ibu juga mau tidak mau resign dari pekerjaan demi mengurus anak pertama dan kedua. Dengan memiliki jarak usia antar anak pertama dan anak kedua yang cukup jauh, maka Ibu dan Ayah dapat mengira-ngira biaya persalinan dan segala macam keperluan anak lalu merancang tabungan baginya.
Sarah, Ibu dari 2 orang anak memutuskan untuk memiliki anak kedua dalam jangka waktu 3 setengah tahun pasca kelahiran anak pertama. Keputusan tersebut diambil Sarah setelah berdiskusi dengan keluarganya perihal situasi ekonomi. "Kami ingin mengembalikan kondisi finansial keluarga dan melunasi hutang sebelum menambahkan anggota baru dalam keluarga," ujar Sarah.
Menurutnya, jarak usia antar anak pertama dan kedua yang cukup jauh berdampak baik bagi keluarganya. Ia dan sang suami dapat lebih fokus terhadap karir masing-masing, serta tidak terburu-buru dalam menjalani kehidupan berkeluarga.
A little breathing space for family
Bagi sebagian orang tua, diperlukan waktu 2 tahun sampai mereka siap secara emosional untuk memberi adik bagi anak pertama mereka. Pasangan lain menganggap jarak usia antar anak yang cukup jauh dapat memberikan anak pertama kesempatan untuk lebih mandiri.
Sementara ada juga pasangan yang baru memiliki anak lagi setelah sekian tahun lamanya karena masalah kesuburan. Apabila Ibu memutuskan untuk memiliki anak lagi setelah 3 tahun atau lebih dari kehamilan yang sebelumnya, maka kemungkinan besar Anda sudah lebih siap dan paham bagaimana caranya mengurus anak.
"Di lain pihak, Anda sudah beristirahat cukup dari segala tetek bengek menyusui dan kurangnya waktu tidur, jadi sekarang Anda sudah siap melakukannya lagi," ujar Warren. Menunggu sampai anak pertama masuk sekolah tentunya akan memudahkan Ibu untuk mengurus anak berikutnya.
Jika si kakak sudah sekolah, Anda tak akan merasa terus-terusan berada di bawah tekanan karena harus mengawasi dua anak sekaligus di rumah. Sembari menunggu anak pertama selesai sekolah, Anda bisa fokus menyusui dan mengasuh si bungsu.
Warren percaya bahwa jarak usia antar anak pertama dan anak kedua yang cukup jauh memiliki lebih banyak manfaat. Misalnya, anak pertama akan berperan sebagai sang kakak yang merasa ikut bertanggung jawab terhadap adiknya. Biasanya sih memang ketika anak pertama sudah lebih mandiri maka anak pertama akan memiliki rasa empati yang lebih tinggi untuk mengurusi orang lain.
Sementara itu, sang adik juga akan mendapatkan stimulan berupa perhatian lebih dari seluruh anggota keluarganya, termasuk dari anak pertama. Ibu pun akan merasa lega karena tak harus berurusan dengan persaingan antar saudara untuk berebut perhatian Anda.
Hanya saja, dengan rentang usia yang cukup jauh, maka Ibu juga harus mempertimbangkan soal kebutuhan bayi yang baru lahir. Kalau mau mewariskan barang milik si Kakak waktu ia kecil dulu, pastikan agar perlengkapan bayi milik anak pertama yang lama masih memenuhi standar keamanan bagi adiknya yang akan lahir.
Jarak usia antar anak pertama dan kedua berdekatan, kenapa tidak?
Untung dan ruginya memilih jarak usia antar anak yang jauh atau berdekatan tentunya berbeda bagi masing-masing orang tua. Ada yang sudah memiliki cukup tabungan dan penghasilan tetap untuk menghidupi dua anak. Ada juga yang siap secara fisik dan emosional untuk mengurusi dua anak sekaligus dalam waktu yang berdekaran, terlebih kalau Anda mampu menyewa baby sitter untuk membantu tugas-tugas mengasuh anak.
Nah, salah satu keuntungan lain memiliki anak dengan jarak usia antar anak yang dekat adalah adanya kedekatan persaudaraan. Ya, dengan jarak usia yang tidak terpaut jauh, maka anak-anak akan merasa lebih dekat serta terhubung satu sama lain.
Namun, bagi orang tua, memiliki anak dengan jarak usia yang dekat dapat membuat beban pekerjaan lebih berat dua kali lipat. Bagaimana tidak, setahun awal anak lahir akan menjadi masa-masa terberat bagi para orang tua. Apalagi ditambah dengan anak pertama yang biasanya masih manja, suka tantrum, dan mungkin temperamental.
Lisa, Ibu dari dua anak mengamini bahwa memiliki anak dengan jarak usia berdekatan memang membuat capek fisik, namun lebih melelahkan lagi dari sisi emosionalnya. Ia seringkali merasa bersalah ketika mau tidak mau mengabaikan kepentingan salah satu anaknya demi anak yang lain.
Tapi dia percaya bahwa itu semua adalah cara untuk melewati fase mengurus bayi lebih cepat. Secara naif, Lisa berpikir bahwa waktu intensif mengurus anak pertama dan kedua seharusnya dilakukan dengan cepat atau 'sekalian saja' daripada harus menunggu beberapa tahun kemudian untuk mengurus bayi lagi.
Meski ia harus berhadapan dengan waktu menyusui yang lebih panjang, apalagi kalau anak pertama juga masih menyusu, serta jam tidur yang semakin sedikit, semua kerja keras Lisa terbayar ketika melihat anak pertama dan kedua dekat satu sama lain.
Nah, apapun pilihan yang Ibu ambil, tetaplah yakin dengan diri Anda sendiri. Apakah kondisi psikis, mental, dan finansial Anda mencukupi? Kalau salah satu saja belum tercukupi maka sebaiknya tunda dulu keinginan memberi adik ke anak pertama. Jangan serta merta memutuskan untuk punya anak tanpa mengindahkan kondisi fisik Ibu!
Menurut Heather Rowe, peneliti senior dari Jean Hailes for Women's Health, jarak usia antar anak yang terpaut sekitar 2 tahun adalah pilihan terbaik. Sebab, Ibu harus memberikan kesempatan bagi tubuh untuk memperbaiki diri pasca kehamilan dan persalinan.
"Selama 2 tahun tersebut, tubuh wanita akan mengumpulkan persediaan zat besi, kalsium, mengembalikan berat badan sebelum hamil pertama, serta menyiapkan diri untuk memproduksi ASI," kata Rowe.
Berapa jarak usia antar anak pertama dan anak kedua yang ideal?
Ada kelebihan dan kekurangan saat kita menentukan jarak usia antar anak, baik berdekatan atau berjauhan. Keputusan ini akan tergantung pada kondisi keluarga Anda masing-masing.
Coba kita lihat pro kontra dari jarak usia antar anak yang dekat dan jarak usia antar anak yang jauh berikut ini
Pro kontra jarak usia antar anak pertama dan kedua kurang dari 2 tahun
Efek Positif:
Pada umumnya jarak usia antar anak pertama dan kedua yang dekat bisa membuat risiko persaingan antar saudara kandung makin kecil dan anak bisa bermain bersama dengan baik. Hal ini tentu sangat disukai orangtua. Ini dapat terjadi karena usia anak pertama masih terlalu kecil untuk menunjukkan rasa iri. Anak pertama bisa dengan mudah menerima kehadiran adiknya dengan tangan dan hati yang terbuka.
Alasan lain yang bisa dipertimbangkan, jarak usia antar anak di bawah dua tahun bisa jadi pilihan tepat jika Ibu ingin membesarkan anak dalam satu periode waktu saja. Rasa capek dan repotnya akan dirasakan Ibu dan Ayah selama beberapa tahun saja. Beberapa tahun ke depan, Ibu dan Ayah tidak akan kerepotan lagi mengurus newborn.
Ketika memutuskan untuk memiliki dua anak dalam waktu berdekatan, Ibu atau Ayah bisa memutuskan agar salah satu resign dari kantor dan tinggal di rumah hingga anak-anak masuk usia sekolah. Hal ini bisa menghemat biaya perawatan anak karena Ibu dan Ayah tidak perlu membayar daycare atau babysitter. Ibu yang terpaksa resign kerja karena alasan mengurus anak sebenarnya hanya sebentar saja kok meninggalkan dunia kerjanya.
Jarak usia antar anak yang berdekatan juga akan membuat Ibu lebih mudah dalam mengurus anak kedua. Ini karena Ibu masih ingat caranya. Bahkan mungkin anak pertama dan anak kedua masih butuh treatment yang sama.
- Efek Negatif:
Jarak usia antar anak yang berdekatan akan membuat Ibu dan Ayah sangat kerepotan. Akan selalu ada dua anak kecil yang butuh digantikan popoknya, dua anak yang selalu rewel di malam hari, serta dua anak yang harus melakukan potty training di waktu yang hampir berdekatan.
Selain itu, fisik ibu mungkin akan kesulitan menerimanya. Saat hamil anak kedua, tubuh Ibu mungkin baru pulih dari persalinan sebelumnya dan mungkin Ibu masih menyusui anak pertama. Anda memang bisa menyapih si kecil saat hamil. Tapi jika memungkinkan, Ibu bisa tetap menyusui selama hamil dan melakukan tandem nursing saat anak kedua lahir.
Ibu harus memenuhi kebutuhan bayi dan membantu anak pertama menjalani rutinitasnya dalam waktu yang bersamaan.
Mengurus anak usia di bawah 1 tahun saat kita lagi hamil itu sangat melelahkan.
Harus menyiapkan budget yang lebih banyak untuk anak-anak. Misalnya, biaya vaksin harus disiapkan dua kali lipat. Saat sudah sekolah nanti, kesempatan untuk menabung “uang gedung” juga lebih pendek karena jarak masuknya berdekatan.
Pro kontra jarak usia antar anak pertama dan kedua sekitar 2-3 tahun
Efek Positif:
Banyak dokter yang merekomendasikan agar Ibu menunggu selama setidaknya 18 bulan sebelum hamil lagi, Ini akan berdampak positif untuk kesehatan bayi.
Jarak 2-3 tahun juga terasa tepat ketika anak bertambah besar. Anak-anak akan menjalin kedekatan karena usianya tidak terpaut jauh dan mereka bisa menikmati masa-masa bermain bersama.
Kalau mau menikmati momen-momen bersama anak pertama, maka jeda 2-3 tahun sangat pas untuk kita.
Saat anak kedua nanti lahir, anak pertama sudah bisa mulai mandiri, pakai baju sendiri, makan sendiri, dan kita juga sudah mulai cukup tidur. Jadi kita lebih siap untuk menghadapi repotnya mengurus newborn.
Rasa insecure anak pertama sudah makin berkurang saat ada adik baru.
Tubuh Ibu juga sudah pulih dengan baik pasca persalinan.
Saat anak pertama ke sekolah, kita bisa manfaatkan waktu itu berduaan dengan si adik.
- Efek Negatif:
Kekurangannya, jarak usia antar anak pertama dan anak kedua sekitar 2-3 tahun bisa menimbulkan sibling rivalry alias persaingan antar saudara kandung. Persaingan ini sering terjadi di jarak usia antar anak yang ini. Ibu dan Ayah juga akan sering kesulitan menghadapi batita yang mulai memaksakan kehendaknya dan suka menggunakan kata “nggak mau.”
Butuh waktu lama untuk membuat anak pertama dan adiknya bisa main bareng. Karena mainan anak umur 5 tahun akan berbeda dengan mainan anak umur 2 tahun.
Berhubung kegiatannya anak pertama makin banyak, si Adik mau nggak mau harus ikut Ibu untuk menjemput kakaknya di sekolah atau mengantar kakaknya ke tempat les ini itu. Ini berarti, waktu tidur dan waktu makan Adik bisa terganggu.
Karena padatnya kegiatan anak pertama, kita juga mungkin tidak punya waktu untuk mengikutsertakan Adik di baby class seperti anak pertama dulu.
Pro kontra jarak usia antar anak 3-4 tahun
Efek Positif:
Jarak usia antar anak lebih dari 3 tahun akan menurunkan risiko terjadinya persaingan saudara. Hal ini terjadi karena di waktu ini, anak pertama biasanya sudah cukup mandiri.
Selain itu, tubuh ibu sudah sepenuhnya pulih dari proses kehamilan dan persainan anak pertama. Ibu juga sudah puas menghabiskan golden mmen bersama anak pertama.
- Efek Negatif:
- Bila jarak usia antaranak sejauh ini, anak pertama dan anak kedua kemungkinan tidak bisa bermain bersama, terutama selama beberapa tahun pertama.
Pro kontra jarak usia antar anak pertama dan kedua lebih dari 5 tahun
Efek Positif:
Jarak usia antar anak lebih dari 5 tahun akan membuat Ibulebih rileks dan tidak terlalu cemas tentang hal-hal kecil. Anak pertama sudah lepas dari popok, tidur nyenyak di malam hari, dan sudah tidak lagi melewati fase tumbuh gigi.
Anda punya lebih banyak waktu dan energi untuk menikmati merawat bayi. Anda bisa memberi si kecil perhatian ketika anak pertama sibuk di sekolah. Dan kembali mengurus newborn bisa jadi momen relaksasi saat Anda butuh break dari kantor.
Anak pertama juga senang dilibatkan dalam mengurus bayi. Tapi hati-hati ya, jangan perlakukan anak pertama sebagai orangtua kecil.
- Efek Negatif:
Kekurangan dari jarak usia antar anak yang lebih dari 5 tahun adalah mereka akan berada di tahap perkembangan yang berbeda dan akan punya minat yang juga berbeda. Anak pertama mungkin sudah mandiri dan sudah merantau ketika adik kecilnya masih di bangku SMP.
Akan sulit membagi perhatian Anda, terutama ketika si kecil sedang tantrum, sedangkan Anda sibuk membantu anak pertama mengerjakan PR. Atau ketika si bayi sedang tumbuh gigi dan anak pertama ingin temannya datang menginap di rumah.
Anda mungkin secara emosional siap untuk punya anak lagi. Tapi hamil lagi setelah jarak waktu sekian lama bisa terasa lebih berat. Beberapa ahli meyakini akan ada peningkatan risiko komplikasi jika jarak antar kehamilan lebih dari 5 tahun.
Bila Anda sedang menikmati pekerjaan, Anda akan kesulitan untuk kembali ke dunia newborn. Jarak usia yang lebih besar juga berdampak pada kehidupan sosial, terutama bila teman-teman Anda sudah punya anak yang besar-besar, sedangkan Anda baru memulai kembali untuk membesarkan bayi kecil.
Hal yang harus dipertimbangkan sebelum punya anak lagi
Memutuskan kapan punya anak pertama adalah keputusan pribadi setiap pasangan, begitu juga memutuskan untuk punya anak kedua. Jujurlah tentang perasaan dan kemampuan Anda dan tanyakan pertanyaan berikut pada diri sendiri untuk membantu Anda mengambil keputusan:
Bagaimana perasaan Anda? Bagaimana perasaan Anda saat memiliki satu anak? Apakah Anda secara fisik dan emosi mampu merawat bayi kecil lagi?
Bagaimana pengaruhnya terhadap keuangan? Apakah Anda mampu secara ekonomi untuk punya anak lagi? Bila Anda butuh bayar daycare, apakah Anda mampu membayarnya untuk dua anak? Apakah salah satu orang tua akan berhenti bekerja dan full time rumah? Bila ya, berapa lama Anda harus berhenti bekerja dan apakah cukup bila hanya ada satu pemasukan di dalam keluarga?
Berapa usia Anda? Kadang, usia menuntut kita punya anak lebih cepat dibanding yang kita mau. Bila ibu berusia lebih dari 35 tahun, tingkat kesuburan akan menurun dan kesempatan untuk punya anak semakin rendah. Bila Anda berusia 20-an atau awal 30-an, Anda punya waktu lebih banyak untuk memberi jarak usia antar anak tanpa terlalu cemas tentang masalah kesuburan.
Apakah suami ingin punya anak lagi? Pastikan Anda dan suami punya pendapat yang sama tentang hal ini. Anda berdua harus sama-sama siap untuk menyambut kehadiran anak kedua.
Tumbuh kembang apa yang harus dilewati oleh anak pertama? Apakah Anda akan melatih potty training, menyekolahkan anak pertama atau anak harus bersiap untuk perubahan besar, seperti pindah rumah, dalam waktu dekat? Pertimbangkan bagaimana kehadiran newborn akan berdampak pada anak pertama. Apakah Anda punya waktu untuk memperhatikan kedua anak dan juga memperhatikan diri Anda sendiri saat punya anak lagi?
Ada banyak faktor yang berperan ketika memutuskan untuk punya anak lagi. Jarak usia antar anak pertama dan kedua yang terbaik untuk Anda mungkin berbeda dengan pendapat orang tua lain atau kerabat. Selalu pertimbangkan kondisi keluarga Anda lalu gunakan itu sebagai dasar untuk memutuskan kapan punya anak lagi.
(Yusrina & Ismawati)