Ibupedia

Caca Tengker Jelaskan Soal Merawat Luka Batin di Anniversary Amanasa

Caca Tengker Jelaskan Soal Merawat Luka Batin di Anniversary Amanasa
Caca Tengker Jelaskan Soal Merawat Luka Batin di Anniversary Amanasa

Menjadi orang tua di era milenial punya tantangannya tersendiri. Kita sebagai orang tua mungkin seringkali terfokus pada kesehatan fisik anak-anak kita. Di tengah kesibukan hidup sehari-hari, mudah untuk kita mengabaikan pentingnya merawat kesehatan emosional anak-anak kita. Sebelum kita dapat merawat kesehatan emosional anak kita, ada baiknya untuk memulainya dari diri sendiri terlebih dahulu.

Pada acara perayaan ulang tahun Amanasa Indonesia dengan tema “2gather, Navigate Your Inner World”, Ibumin jadi lebih mengerti pentingnya merawat luka batin, serta memahami bagaimana asupan makanan dan kepekaan emosional dapat mempengaruhi kesejahteraan mental kita sebagai orang tua dan berdampak juga pada hubungan dengan orang-orang di sekitar kita. Yuk kita telusuri lebih dalam lagi!

Nutrisi yang Tepat untuk Tubuh dan Jiwa


Pertama-tama, mari kita bahas soal nutrisi. Dr. Karina Marcella, Sp. GK, seorang dokter spesialis gizi dan nutrisi dari Bamed Clinic), menyoroti betapa pentingnya makanan dalam memengaruhi kesehatan mental kita. Penelitian menunjukkan bahwa makanan yang kita konsumsi dapat memengaruhi suasana hati dan energi kita sehari-hari.

Misalnya, makanan cepat saji dan makanan tinggi gula dapat menyebabkan peningkatan gula darah yang cepat, namun juga drastis menurunkan gula darah kita. Hal ini dapat menyebabkan suasana hati yang tidak stabil. Sebaliknya, makanan sehat seperti sayur dan buah-buahan dapat memberi kita energi yang stabil dan meningkatkan suasana hati secara keseluruhan.

Namun, bukan hanya soal jenis makanan yang kita konsumsi, tetapi juga jumlah dan pola makannya. Penting untuk memastikan bahwa kita mendapatkan nutrisi yang seimbang, termasuk protein, karbohidrat, lemak, dan serat, setiap kali kita menyantap makanan utama. Selain itu, membatasi konsumsi gula, garam, dan lemak berlebihan juga sangat penting untuk menjaga kesehatan fisik dan mental kita.

Menyadari Luka Batin dan Kebutuhan Emosional Diri Sendiri

Tak hanya dari makanan, kesehatan emosional kita juga sangat terpengaruh oleh luka batin yang kita miliki. Dalam acara yang diselenggarakan di Aether Cibis Park, Jakarta Selatan, Sabtu (24/2), Marsha Tengker, B.A., M.Sc., M.Psi., Psikolog yang merupakan salah satu pendiri Amanasa Indonesia menjelaskan bahwa setiap dari kita pasti memiliki luka batin atau pengalaman emosional yang belum terselesaikan.

Luka batin berasal dari pengalaman-pengalaman yang menyakitkan atau traumatis yang pernah kita alami dalam hidup, terutama saat kita kecil. Menurut Marsha Tengker, berikut adalah beberapa hal yang bisa menorehkan luka batin yang sering dihadapi oleh orang dewasa:

A. Pengabaian: Pengalaman di masa kecil di mana kita mungkin diabaikan atau tidak mendapatkan perhatian dan cinta yang cukup dari orang tua atau caregiver.

B. Luka penolakan: Merasa ditolak atau tidak diterima oleh orang lain, baik itu dalam hubungan personal atau sosial.

C. Luka pengkhianatan: Pengalaman merasa dikhianati oleh seseorang yang kita percayai, baik itu dalam hubungan persahabatan atau hubungan keluarga.

D. Emotional neglect: Kekurangan perhatian, kasih sayang, atau dukungan emosional yang dapat menyebabkan sulitnya untuk mengekspresikan emosi dan merasa diabaikan.

E. Luka kekerasan atau abuse: Pengalaman kekerasan fisik, verbal, atau emosional yang menyebabkan trauma dan rendahnya harga diri.

Terkadang, dalam kesibukan sehari-hari, kita mungkin tidak menyadari bahwa luka-luka ini dapat memengaruhi kesehatan mental kita secara keseluruhan. Marsha menyoroti pentingnya bagi diri kita menyadari dan merawat luka emosional kita sendiri.

Merawat Luka Batin Untuk Menjadi Orang Tua yang Lebih Baik

Setelah menyadari keberadaan luka batin dalam diri kita, langkah selanjutnya adalah merawatnya dengan cara yang tepat. Marsha Tengker menyoroti beberapa cara yang bisa dilakukan untuk merawat luka batin ini. Salah satunya dengan reflective functioning, yaitu kemampuan untuk memahami pikiran dan perasaan sendiri serta orang lain.

Apa yang bisa kita lakukan untuk merawat luka batin?

A. Repair

Salah satu langkah pertama dalam merawat luka batin adalah dengan melakukan upaya perbaikan hubungan setelah kita melakukan kesalahan kepada orang lain. Hal ini dapat dilakukan dengan meminta maaf secara tulus dan berusaha untuk memperbaiki kerusakan yang telah terjadi dalam hubungan tersebut.

B. Reparenting

Ini merupakan proses menjadi orang tua untuk diri sendiri. Kita dapat memenuhi kebutuhan emosional dan psikologis kita sendiri dengan memberikan diri kita perhatian, kasih sayang, dan dukungan yang kita butuhkan. 

Ini bisa dilakukan dengan melibatkan diri dalam aktivitas yang membuat kita bahagia dan menuliskan surat kepada diri kita sendiri di masa lalu untuk memberikan penghiburan dan nasihat yang kita butuhkan.

C. Self-Compassion

Mengasihi diri sendiri adalah kunci dalam merawat luka batin. Beberapa cara yang bisa dilakukan antara lain:

  • Melakukan aktivitas yang memberikan kebahagiaan, seperti hal-hal yang kita sukai saat masih kecil.
  • Menulis surat kepada diri sendiri di masa lalu, mengakui dan memaafkan diri sendiri atas kesalahan dan ketidaksempurnaan yang pernah kita alami.
  • Memaafkan dan mengikhlaskan diri sendiri serta orang lain atas kesalahan yang telah terjadi, sehingga kita dapat membebaskan diri dari beban emosional yang menyiksa.

D. Bangun Hubungan yang Positif

Membangun hubungan yang positif dengan orang-orang di sekitar kita juga menjadi langkah penting dalam proses penyembuhan luka batin. Komunikasi yang terbuka, penerimaan terhadap perbedaan, dan penghargaan terhadap keunikan setiap individu adalah kunci untuk menciptakan hubungan yang sehat dan harmonis.

E. Membuat Batasan

Penting untuk menetapkan batasan dalam hubungan dan aktivitas kita. Menetapkan batasan ini adalah bentuk penghargaan terhadap diri sendiri dan penting untuk menjaga keseimbangan dalam hidup. Ingatlah bahwa merawat diri sendiri bukanlah tindakan egois, tetapi merupakan langkah penting dalam menjaga kesejahteraan fisik dan mental kita.

Dengan menerapkan langkah-langkah ini dalam kehidupan sehari-hari, kita dapat memulai proses penyembuhan luka batin dan menciptakan kehidupan yang lebih seimbang, bahagia, dan bermakna. Ingatlah bahwa merawat diri sendiri adalah investasi terbaik yang dapat kita berikan untuk diri kita sendiri dan orang-orang tercinta di sekitar kita.

Luka Batin Berdampak Negatif Pada Hubungan Pernikahan

Selain memengaruhi kesehatan mental dan hubungan dengan orang-orang di sekitar kita, luka batin juga dapat berdampak pada hubungan dengan pasangan, termasuk suami atau istri. Rininda Mutia, Psikolog menjelaskan ketika kita membawa beban emosional dari luka batin kita ke dalam hubungan pernikahan, hal itu dapat menjadi trigger terjadinya ketegangan, konflik, dan ketidakseimbangan dalam hubungan tersebut.

Misalnya, jika kita memiliki luka batin dari pengalaman penolakan atau pengkhianatan di masa lalu, kita mungkin menjadi lebih cenderung untuk merasa tidak percaya atau waspada terhadap pasangan kita. Kekhawatiran dan ketidakamanan yang muncul akibat luka batin ini dapat mengganggu komunikasi dan keintiman dalam hubungan, membuat kita sulit untuk membuka diri dan percaya sepenuhnya kepada pasangan.

Selain itu, luka batin juga dapat menyebabkan pola perilaku yang tidak sehat dalam hubungan pernikahan, seperti suka menghindari konflik, kesulitan dalam mengungkapkan perasaan, atau perilaku yang merugikan diri sendiri atau pasangan. Hal ini dapat menyebabkan ketegangan yang lebih besar dalam hubungan rumah tangga dan menghambat bonding dan kedekatan yang sehat dengan pasangan.

Dengan menyadari dan merawat luka batin kita, kita dapat memperbaiki hubungan dengan pasangan dan menciptakan hubungan yang lebih mendalam, berkelanjutan, dan bermakna. Komunikasi yang terbuka, kejujuran, dan kerjasama dalam mengatasi tantangan bersama adalah kunci untuk mengatasi dampak luka batin dalam hubungan rumah tangga. Dengan saling mendukung dan memahami satu sama lain, kita dapat membangun pondasi yang kuat untuk hubungan yang bahagia dan sehat dengan pasangan.

Bekali Diri dengan Emotional Agility untuk Sembuhkan Luka Batin

Kita perlu mengambil waktu untuk merenung dan menghadapi luka-luka ini dengan jujur. Menerima dan memahami emosi kita sendiri adalah langkah pertama menuju kesembuhan. Anna Deasyana, Psikolog menjelaskan itulah kenapa kita butuh emotional agility.

Emotional agility merupakan kemampuan untuk menavigasi lika-liku kehidupan dengan penerimaan diri, termasuk menerima pemikiran dan emosi yang muncul, baik yang positif maupun yang negatif. Kemampuan ini menjadi sangat penting dalam proses penyembuhan luka batin, karena memungkinkan kita untuk menghadapi dan merespons dengan bijak terhadap berbagai tantangan dan kesulitan yang kita alami dalam hidup.

Pertama-tama, emotional agility memungkinkan kita untuk menerima dan mengakui emosi yang kita rasakan sebagai bagian alami dari pengalaman manusia. Dengan mengembangkan kesadaran akan emosi kita sendiri, kita dapat memahami dan memproses dengan baik berbagai perasaan yang muncul akibat dari luka batin yang kita miliki. Hal ini memungkinkan kita untuk menghadapi emosi-emosi tersebut tanpa penolakan atau penekanan, yang pada akhirnya akan membantu kita dalam proses penyembuhan luka batin.

Selain itu, emotional agility juga membantu kita untuk mengelola emosi secara konstruktif dan adaptif. Dengan kemampuan ini, kita dapat menemukan cara-cara yang sehat dan efektif untuk menangani stres, kecemasan, atau rasa sakit yang muncul akibat dari luka batin kita. Sebagai contoh, kita dapat belajar untuk mengatasi pikiran negatif atau pola-pola pikiran yang tidak sehat dengan cara yang lebih produktif, seperti dengan praktik meditasi, olahraga, atau terapi.

Emotional agility juga memungkinkan kita untuk beradaptasi dan berkembang dalam menghadapi berbagai tantangan dan perubahan dalam hidup. Ketika kita mampu menghadapi dan merespon secara fleksibel terhadap perubahan-perubahan yang terjadi, kita menjadi lebih kuat dan tangguh dalam menghadapi luka batin yang kita alami. 

Dengan mengembangkan emotional agility, kita dapat mengubah cara kita berhubungan dengan emosi-emosi yang muncul akibat dari luka batin kita. Kita dapat bijak memandang emosi-emosi tersebut sebagai sumber untuk kita belajar dan bertumbuh, bukan sebagai penghalang atau hambatan dalam kehidupan kita. Dengan demikian, emotional agility menjadi kunci dalam proses penyembuhan luka batin dan menciptakan kehidupan yang lebih bermakna, bahagia, dan seimbang.

Dalam perjalanan kita untuk merawat luka batin dan memperkuat kesehatan emosional kita, setiap langkah kecil yang kita ambil memiliki arti yang besar. Merenung tentang pengalaman-pengalaman masa lalu, menerima emosi-emosi yang kita rasakan, dan membangun kemampuan untuk beradaptasi dengan perubahan adalah bagian dari proses yang membutuhkan kesabaran dan ketekunan.

Dengan setiap usaha yang kita lakukan untuk memperbaiki diri sendiri, kita tidak hanya menciptakan perubahan positif dalam hidup kita sendiri, tetapi juga memberikan dampak yang mendalam pada orang-orang di sekitar kita, termasuk pasangan dan anak-anak kita. Melalui kesadaran, pengertian, dan komitmen untuk menjadi yang terbaik bagi diri kita sendiri dan orang lain, kita membawa cahaya dan harapan dalam kegelapan dan kebingungan.

Ingatlah bahwa perjalanan ini bukanlah tentang mencapai kesempurnaan, tetapi tentang memperjuangkan keseimbangan, kedamaian, dan kebahagiaan dalam kehidupan kita. Selamat menjelajahi perjalanan menuju kesembuhan dari luka batin dan menemukan kebahagiaan yang sesungguhnya!