Alasan Kenapa Parents Harus Ajak Anak Nonton Mufasa: The Lion King
Liburan akhir tahun sudah di depan mata, dan biasanya ini jadi momen spesial untuk menghabiskan waktu bersama anak-anak. Tapi, kadang ide aktivitas untuk dilakukan selama liburan suka mentok ya, Parents? Anak-anak mulai bilang bosan di rumah terus, sementara Ibu juga bingung mau cari kegiatan apa yang bisa menyenangkan sekaligus bermakna.
Nah, gimana kalau kali ini coba nonton film bareng di bioskop? Ada film seru yang pas banget buat liburan keluarga, yaitu Mufasa: The Lion King. Ibumin yakin, film ini akan jadi pengalaman liburan yang berkesan, bukan hanya untuk si kecil, tapi juga untuk Parents sendiri.
Film ini adalah prekuel dari The Lion King, tapi diceritakan dengan sudut pandang baru yang segar. Rafiki membawakan kisah ini dengan penuh kehangatan, seolah-olah kita sedang mendengar dongeng sebelum tidur.
Lalu, visualnya benar-benar memanjakan mata! Dengan teknologi animasi terbaru, keindahan savana Afrika terasa begitu nyata. Anak-anak pasti akan terpukau, dan Parents pun bisa ikut menikmati keindahannya.
Ditambah lagi, soundtrack-nya juga luar biasa. Musik yang epik ini sukses menghidupkan emosi di setiap adegan. Rasanya, ini bukan sekadar tontonan biasa, tapi pengalaman yang benar-benar mendalam.
Perjalanan Hidup Mufasa yang Penuh Inspirasi
Ibumin mau cerita sedikit tentang kisah Mufasa: The Lion King. Jadi, film ini membawa kita kembali ke masa muda Mufasa, si raja savana yang begitu legendaris. Cerita ini disampaikan melalui sudut pandang Rafiki, yang bercerita kepada Kiara, cucu Mufasa. Dari awal saja, Ibumin sudah merasa ini bakal jadi kisah yang emosional dan penuh pelajaran.
Mufasa kecil kehilangan orang tuanya akibat banjir besar. Dia diselamatkan oleh Taka (yang nantinya menjadi Scar) dan dibawa pulang ke keluarganya. Di sana, dia diadopsi oleh Eshe, ibu Taka, yang sangat penyayang. Namun, ayah Taka, Obasi, memandang Mufasa sebagai ancaman. Konflik mulai muncul saat Taka, yang awalnya senang memiliki "adik" baru, perlahan merasa tersisih. Kecemburuan yang tidak terselesaikan ini akhirnya memicu konflik besar di masa depan.
Meski menghadapi banyak rintangan, Mufasa tumbuh menjadi pemimpin yang dihormati. Ia menunjukkan bahwa kebesaran seseorang tidak tergantung dari asal-usulnya, tapi dari hati yang tulus dan keberanian untuk menghadapi segala tantangan. Nilai-nilai seperti inilah yang membuat film ini sangat cocok sebagai cerita inspiratif untuk keluarga.
Pelajaran Parenting di Mufasa: The Lion King
Saat menonton, Ibumin merasa banyak sekali pelajaran parenting yang bisa dipetik dari kisah ini. Yuk, kita bahas satu per satu.
A. Cinta Ibu adalah Fondasi Kepercayaan Diri Anak
Eshe, ibu Taka, memberikan cinta yang tulus kepada Mufasa meskipun dia bukan anak kandungnya. Dia merangkul Mufasa dengan sepenuh hati, memberinya rasa aman dan kehangatan yang sangat dibutuhkan anak kecil. Tapi di sisi lain, Taka merasa kasih sayang ibunya tidak merata. Rasa iri itu mulai muncul karena dia merasa kalah perhatian dibandingkan Mufasa.
Dari sini, Parents bisa belajar betapa pentingnya menciptakan rasa adil dalam keluarga. Anak-anak butuh merasa dihargai, tanpa perlu dibandingkan satu sama lain. Kadang, perbedaan kecil dalam cara kita menunjukkan kasih sayang bisa berdampak besar pada kepercayaan diri anak-anak.
B. Cemburu yang Tidak Dikomunikasikan Bisa Menjadi Luka Batin
Dalam cerita, Taka memendam rasa iri terhadap Mufasa karena perhatian ibunya yang lebih besar. Sayangnya, rasa cemburu ini tidak pernah diungkapkan, dan lama-lama tumbuh menjadi kebencian.
Parents, penting sekali untuk menciptakan ruang komunikasi yang terbuka dalam keluarga. Anak-anak perlu tahu bahwa perasaan mereka didengar. Jika mereka merasa tersisih atau tidak nyaman, bantu mereka mengekspresikannya. Dengan begitu, konflik kecil tidak akan berkembang menjadi masalah besar di kemudian hari.
C. Empati adalah Kunci dalam Pengasuhan
Obasi, ayah Taka, selalu melihat Mufasa sebagai ancaman dan tidak pernah mencoba memahami latar belakangnya. Sikap ini menjadi contoh buruk bagi Taka, yang akhirnya belajar dari ayahnya untuk tidak menerima Mufasa sepenuhnya. Sebaliknya, Eshe menunjukkan sikap yang penuh empati. Dia melihat Mufasa sebagai anak yang butuh cinta, bukan ancaman.
Parents, anak-anak kita akan meniru apa yang mereka lihat. Jadi, empati yang kita tunjukkan kepada orang lain, bahkan kepada orang asing sekalipun, adalah pelajaran berharga bagi mereka.
D. Luka Masa Kecil Membentuk Kepribadian Anak
Mufasa dan Taka tumbuh dengan pengalaman masa kecil yang sangat berbeda. Mufasa, yang pernah kehilangan orang tua, tahu rasanya berjuang sendirian. Dia tumbuh menjadi sosok yang tangguh dan penuh kasih sayang. Sementara itu, Taka, yang selalu merasa di bawah bayang-bayang ekspektasi ayahnya, menjadi pribadi yang penuh keraguan.
Pola asuh yang diberikan kepada anak-anak kita hari ini akan membentuk cara mereka melihat dunia di masa depan. Jadi, mari pastikan kita menciptakan lingkungan yang penuh cinta dan dukungan.
Instalasi Spesial yang Membuat Cerita Hidup
Selain filmnya, ada banyak hal menarik yang bisa Parents dan si kecil nikmati untuk merayakan kisah Mufasa. Salah satunya adalah instalasi Shadow Lantern yang indah dan penuh makna. Berlokasi di depan Pintu 6 Gelora Bung Karno, Jakarta, instalasi ini adalah hasil kolaborasi Disney Indonesia dengan seniman lokal, Saflora Art Studio. Lentera raksasa yang dihiasi ukiran cerita ikonik Mufasa ini memancarkan cahaya yang menciptakan bayangan menawan di malam hari, menggambarkan perjalanan sang raja dalam permainan cahaya dan bayangan. Instalasi ini bisa dikunjungi hingga 5 Januari 2025, jadi jangan sampai ketinggalan ya, Parents!
Tak hanya itu, Disney Indonesia juga menghadirkan pengalaman imersif di Atrium Senayan City Mall. Instalasi ini membawa pengunjung lebih dekat dengan cerita dan karakter Mufasa dalam empat area utama: Night Savannah, yang menghadirkan keajaiban malam di savana; Rafiki’s Tree, area hijau dengan pohon ikonik dari kisah Mufasa; Pride Rock, menampilkan karakter favorit seperti Mufasa, Taka, Sarabi, dan Rafiki; serta Snowy Mountain, lanskap indah yang penuh misteri. Instalasi ini juga bisa dinikmati hingga 5 Januari 2025, dengan syarat dan ketentuan berlaku. Pasti seru banget untuk dikunjungi bersama si kecil!
Menonton Film: Aktivitas Liburan yang Bermakna
Menonton film keluarga seperti Mufasa: The Lion King itu lebih dari sekadar hiburan, lho. Aktivitas ini punya banyak manfaat untuk anak-anak maupun untuk mempererat hubungan keluarga. Saat menonton bersama, Parents dan si kecil berbagi momen kebahagiaan yang tak ternilai.
Setelah film selesai, ajak mereka berdiskusi tentang apa yang mereka pelajari. Ini bukan hanya memperkuat bonding, tapi juga membantu mereka memahami nilai-nilai penting dalam hidup.
Supaya momen menonton di bioskop jadi lebih berkesan, Ibumin punya beberapa tips yang bisa Parents lakukan:
- Pilih waktu menonton yang nyaman, seperti pagi atau siang hari, agar anak-anak tetap segar.
- Ceritakan sedikit latar belakang film sebelum menonton untuk membangun antusiasme si kecil.
- Bawa camilan favorit mereka, karena menonton sambil ngemil itu lebih seru!
- Setelah film selesai, luangkan waktu untuk ngobrol tentang cerita dan pesan moralnya.
Nah, gimana Parents? Sudah kebayang kan serunya nonton Mufasa: The Lion King bareng keluarga? Yuk, segera rencanakan waktu nontonnya! Liburan kali ini dijamin jadi lebih spesial. Jangan lupa juga mampir ke instalasi Shadow Lantern di GBK atau Atrium Senayan City untuk merasakan pengalaman seru lainnya. Liburan kali ini dijamin jadi lebih spesial. Selamat menikmati momen berharga bersama keluarga ya, Parents!