Nego dengan Bos untuk Kerja di Rumah
Jika Ibu bermasalah dalam membagi waktu antara pekerjaan dan mengurus bayi yang baru lahir, Anda tidak sendirian kok, Bu. Sebagian besar orangtua baru perlu membuat jadwal baru dan mengerahkan energi yang lebih besar demi bisa menyeimbangkan waktu antara pekerjaan dan keluarga.
Lalu bagaimana ya agar kita bisa mendapatkan work life balance tersebut? Simak yuk di sini!
Penyesuaian jadwal
Salah-satu strategi terbaik untuk menyeimbangkan waktu untuk bekerja dan keluarga adalah dengan menyesuaikan jadwal kerja. Jika Ibu ingin merawat si kecil sendiri, tapi tetap ingin berkarier, mungkin Ibu memilih pekerjaan paruh waktu hingga anak mulai bersekolah.
Jika Anda adalah ibu menyusui, Anda mungkin bisa memikirkan opsi untuk kerja dari rumah. Namun, Ibu bisa juga tetap bekerja di kantor, dan berusaha untuk terus memompa ASI selama di kantor. Atau jika Anda ingin bekerja tapi tidak ingin orang lain yang mengurus si kecil, Ibu dan suami bisa memilih pekerjaan paruh waktu atau pekerjaan yang fleksibel waktu kerjanya agar salah satu dari Anda akan selalu ada di rumah.
Kesempatan kerja di rumah
Ada beberapa cara untuk bisa mendapatkan kesempatan kerja di rumah, antara lain:
Kerja dengan waktu fleksibel. Ibu bisa bernegosiasi dengan atasan untuk bekerja dengan jadwal yang dibuat berdasarkan kebutuhan Anda. Misalnya jika normalnya pekerjaan dimulai dari jam 9 pagi hingga 6 sore, Anda bisa nego dengan atasan untuk kerja dari jam 7 pagi dan selesai jam 4 sore. Dengan begitu, Anda punya cukup waktu untuk menjemput anak di tempat penitipan dan menyiapkan makan malam sebelum hari gelap.
Telecomuting. Ini merupakan metode kerja di mana semua pekerjaan dilakukan dari tempat di luar kantor, misalnya dari rumah. Pekerjaan telecomuting bisa bersifat full time atau part time. Anda tetap mendapatkan gaji bulanan. Perbedaannya, Anda bisa bekerja dengan memakai baju tidur, dan tetap bisa mengawasi anak selama kerja di rumah
Kerja paruh waktu. Ini merupakan pekerjaan yang menuntut waktu kerja lebih sedikit, tapi Ibu juga akan mendapat bayaran lebih kecil dibanding pekerjaan penuh waktu.
Kerja dengan jumlah hari lebih sedikit. Ibu juga bisa nego dengan atasan untuk mengurangi hari kerja, misalnya dari kerja 5 hari menjadi 4 hari atau lebih sedikit. Atau bisa juga jika saat ini Anda bekerja 8 jam sehari, 5 hari seminggu, Anda bisa mengubah pola kerja menjadi bekerja 10 jam sehari, 4 hari seminggu. Dengan begitu, Anda bisa mendapatkan satu hari libur tambahan tanpa ada pemotongan gaji.
Meminta persetujuan atasan untuk kerja di rumah
memang tidak semua perusahaan mengizinkan Ibu untuk bisa mengubah jadwal kerja seperti di atas. Tapi tidak ada salahnya mencoba untuk mendapatkan persetujuan dari atasan. Berikut langkah yang bisa Ibu lakukan:
Tentukan metode apa yang ingin Anda pilih agar bisa bekerja di rumah lebih lama. Sebelum menentukan pilihan, evaluasi kebutuhan Anda dan kebutuhan atasan, lalu buat perencanaan kerja yang baik bagi Anda dan perusahaan.
Buat proposal yang rinci untuk mengajukan pola kerja yang bau. Di dalam proposal, Anda bisa menguraikan informasi yang mencakup:
tanggung jawab pekerjaan yang bisa Anda lakukan saat ini;
jumlah jam kerja yang Anda inginkan;
jika berencana melakukan pekerjaan telecommute, sebutkan jumlah hari Anda bekerja dari rumah;
gaji dan fasilitas yang diinginkan;
cara menghubungi Anda jika terjadi masalah saat Anda tidak di kantor; dan
alasan kenapa pengaturan pekerjaan ini menarik bagi atasan Anda.
Pastikan pengajuan ini terlihat fokus pada kebutuhan atasan, bukan Anda.
Anda juga bisa mengemukakan ke atasan tentang beberapa manfaat dari waktu kerja yang fleksibel, antara lain:
meningkatkan produktivitas;
mengurangi ketidakhadiran;
menarik pegawai baru;
mempertahankan staf yang terampil dan mengurangi biaya pelatihan;
meningkatkan kepuasan bekerja; dan
mengurangi risiko pengajuan resign dari karyawan.
Selain itu, berdasarkan penelitian dari sebuah lembaga swadaya masyarakat tentang masalah kehidupan pekerjaan, karyawan yang memiliki jam kerja fleksibel yang lebih ramah keluarga biasanya akan lebih terikat dengan pekerjaan, lebih berkomitmen untuk memajukan perusahaan, loyal terhadap perusahaan, dan lebih puas dengan pekerjaan mereka.
(Ismawati)