Perilaku Anak Suka Pamer Ada Alasannya, Yuk Hentikan Dengan Cara Ini
Baru-baru ini, Ibumin merasa sedikit gemas dengan si kecil di rumah. Sebab, saat bertemu dengan teman ataupun saudaranya, entah mengapa ia gemar sekali bercerita dan memamerkan sesuatu.
Meski hal yang ia pamerkan tersebut biasanya adalah hal sepele di mata orang dewasa. Tapi setelah Ibumin cari tahu, ternyata kebiasaan anak suka pamer ini wajar terjadi kok, Bu.
Terutama di usia toddler di atas 2 tahun. Di mana secara psikologis ia sedang mulai mencari identitas diri, dan ingin dianggap eksis oleh lingkungan sekitar.
Walau begitu, orang tua tetap perlu mengarahkan, agar kebiasaan anak suka pamer ini tidak menetap hingga ia dewasa. Karena, kebiasaan anak suka pamer ini jelas nggak baik baginya, terutama dalam perkembangan psikologis dari usia anak menuju dewasa.
Lalu, kenapa anak suka pamer?
Ternyata nggak hanya anak Ibumin yang punya kebiasaan suka pamer seperti ini. Nyatanya, anak suka pamer juga dilakukan oleh sebagian anak-anak di dunia.
Sehingga, hal ini dianggap merupakan proses yang normal terjadi. Mengutip dari Huffpost berikut adalah alasan mengapa anak suka pamer yang wajib orang tua ketahui:
1. Low self esteem
Salah satu alasan mengapa anak suka pamer yang pertama adalah, kemungkinan anak mengalami low self esteem atau anak merasa rendah diri dan tidak percaya diri. Oleh karena itu, kebiasaan anak suka pamer ini dianggap membantu mereka merasa lebih baik dengan membuatnya nampak ‘lebih unggul’ dibanding anak lainnya.
Selain itu, dengan menunjukkan pengalaman dan prestasi, mereka dapat mengarahkan diri mereka ke tingkat yang lebih tinggi dibandingkan teman-temannya.
2. Anak ingin dianggap eksis
Alasan mengapa anak suka pamer selanjutnya adalah, karena ia ingin mengukuhkan posisinya atau eksis dalam keluarga dan dunia luar. Misalnya, anak yang sedang merasa kehilangan perhatian orang tuanya mungkin akan menunjukkan sikap suka pamer, karena menemukan ruang untuk merasa istimewa.
Intinya, semua anak ingin diterima dan dicintai, dan terkadang menunjukkan sikap anak suka pamer seperti ini, jadi bentuk ataupun upaya mereka untuk mencapai perasaan diterima dan dicintai.
3. Sedang cari perhatian
Kebiasaan anak suka pamer bisa jadi dilakukan karena ia sedang mencari perhatian. Karena anak-anak belum memiliki kemampuan bersosialisasi atau meniru seperti orang dewasa, maka kebiasaan anak suka pamer ini mereka anggap bisa menjadi salah satu teknik untuk mencari perhatian dan menjalin persahabatan.
Tanpa mereka sadari bahwa kebiasaan anak suka pamer ini bisa membuat orang lain menjauhinya bahkan tidak menyukai dirinya, dikemudian hari. Oleh karena itu, karena kebiasaan anak suka pamer ini merupakan perilaku antisosial, hal ini justru dapat meningkatkan kepekaan anak terhadap rasa tidak aman dan kesepian.
4. Meniru orang tua atau anggota keluarga lainnya
Yes! Anak merupakan sang peniru ulung. Bisa jadi, kebiasaan anak suka pamer ini ia lakukan karena meniru apa yang orang tua ataupun anggota keluarga lainnya lakukan.
Apa yang bisa orang tua lakukan?
Dikutip dari Today’s Parent menurut Janine Hubbard, psikolog anak berbasis di St. John mengungkapkan, kebiasaan anak suka pamer ini sejatinya bisa ditoleransi hingga anak berusia 7-9 tahun. Di mana pada usia ini, anak-anak memang cenderung punya kebiasaan untuk membandingkan diri mereka dengan orang lain.
Pada saat yang sama, anak-anak mengembangkan kemampuan kognitif untuk menyadari, bahwa mereka dapat mengembangkan keterampilan mereka dan mengidentifikasi hal-hal yang mereka kuasai. Bagi anak, proses ini jadi hal yang menyenangkan.
Tapi, tetap saja kebiasaan anak suka pamer ini nggak boleh didiamkan ya, Bu. Sebab ketika anak dewasa, kebiasaan anak suka pamer ini justru bisa menjadi boomerang buat mereka, terutama saat proses bersosialisasi dengan orang baru.
Untuk itu, orang tua bisa melakukan hal ini demi membantu mengarahkan serta mengatasi kebiasaan anak suka pamer:
Kenali batasannya
Yup! Ketika anak suka pamer, terkadang kita juga perlu mengetahui batasannya. Mana hal yang normal dan mana yang tidak.
Sedikit pamer belum tentu mengganggu anak-anak lain karena teman-temannya juga sering melakukan hal yang sama. Namun jika Ibu melihat sikap menyombongkan diri berubah menjadi ejekan, dan anak-anak lain mulai menjauh, itu bisa menjadi tanda peringatan.
Misalnya saja, saat anak merasa gembira setelah kemenangan sepak bola, maka menceritakan semuanya kepada teman dan keluarga adalah hal yang wajar. Tapi, jika hal ini terus berlanjut selama berminggu-minggu, menurut, hal tersebut merupakan tanda bahaya.
Ibaratnya, orang tua perlu mengarahkan agar anak tetap bersikap rendah hati. Bangga boleh saja, tapi tidak boleh membuat orang lain merasa buruk terhadap diri mereka sendiri.
Lain hal jika kebiasaan anak suka pamer, dilakukan dengan membanggakan kepemilikan barang atau mainan mahal. Apabila hal ini terjadi pada si kecil, ada baiknya hentikan segera ya, Bu!
Beri contoh dan lakukan komunikasi dua arah
Para ahli menekankan, pentingnya memberi teladan terhadap perilaku anak suka pamer agar hal ini tak lagi dilakukan oleh si kecil. Jika kita sendiri menyombongkan harta benda atau status profesional, maka kita sedang mengajari anak-anak untuk melakukan hal yang sama.
Apabila orang tua ingin anak-anak bangga dengan pencapaian mereka, maka kita perlu mengarahkannya dengan hati-hati. Jangan ragu untuk menegur dan memberi peringatan lewat komunikasi dua arah, dengan bahasa yang mudah dipahami anak.
Namun, kalau anak orang tua tetap merasa kesulitan mengidentifikasi mengapa sikap mereka membuat orang lain salah paham, para ahli merekomendasikan penggunaan strategi identifikasi FBI (mencakup perasaan, perilaku, dan dampak). Jelaskan bahwa seseorang mungkin merasa kesal (perasaan) karena (perilaku) anak yang gemar pamer.
Sehingga, hal tersebut membuat anak rentan dijauhi oleh teman-temannya (dampak). Kemudian bantu untuk memecahkan masalah, serta apa yang dapat si kecil lakukan untuk mengurangi kebiasaan suka pamer.
Bantu anak untuk mendapatkan kepercayaan dirinya
Mengutip dari India Parenting untuk mengatasi anak suka pamer, orang tua juga bisa bantu mengarahkan agar anak bisa mendapatkan rasa kepercayaan dirinya kembali. Ibu bisa menunjukkan kepadanya, bahwa semua orang akan lebih menyukainya jika ia tidak menyombongkan diri dengan memamerkan sesuatu.
Yakinkan pada anak bahwa ia tidak perlu pamer hanya demi mendapatkan perhatian dan merasa diinginkan. Jelaskan pada si kecil bahwa kebiasaan pamer merupakan tindakan tidak terpuji.
Jelaskan dengan bahasa yang mudah dimengerti, supaya ia m tidak kehilangan rasa percaya dirinya karena anak lain masih ada yang suka pamer. Tunjukkan padanya bahwa ia tidak perlu menyombongkan prestasinya agar bisa dihargai.
Berikan beberapa pujian untuk anak saat ia melakukan tindakan positif baik di rumah, maupun di sekolah. Nah, kalau semua hal ini sudah Ibu lakukan dan kebiasaan anak suka pamer tak kunjung berkurang, jangan ragu untuk berkonsultasi ke psikolog anak untuk mendapatkan penanganan yang tepat, ya Bu.