Belajar dari Perceraian Rachel Vennya: Waspadai Pemicunya!
Selebgram Rachel Vennya telah resmi berpisah dari (mantan) suaminya, Niko Al Hakim. Isu perceraian keduanya nggak cuma membanjiri kanal-kanal berita online, tapi juga platform media sosial. Nama Rachel Vennya bahkan sempat menjadi trending topic di Twitter selama beberapa hari usai dirinya mengungumkan bahwa rumah tangganya telah berakhir.
Ya, banyak pihak yang menyayangkan perpisahan keduanya. Rachel Vennya dan Niko adalah pasangan yang menikah di usia relatif muda. Pesta pernikahannya yang dikonsep mewah ala Disney pun sempat mengundang decak kagum dari masyarakat Indonesia. Sayang, fairy tale keduanya tak berlangsung lama. Rumah tangga Rachel Vennya dan Niko resmi berakhir pada Februari 2021 lalu.
11 Hal Ini Kerap Jadi Alasan Cerai di Kalangan Pasutri
Terlepas dari berita perceraian Rachel Vennya dan Niko, ada banyak hal yang bisa kita jadikan pelajaran penting tentang pernikahan. Kamu tentu tahu kalau menikah bukan perjalanan yang mudah. Ke depannya akan selalu ada kerikil yang bakal menguji kekuatan cintamu dengan pasangan.
Menurut sebuah artikel yang dipublikasikan di 18Doors, bahkan meskipun kamu dan pasangan saling mencintai, pernikahan tetap bukan hal yang mudah. Pasangan yang dari luar terlihat baik-baik saja pun, banyak yang akhirnya memutuskan untuk berpisah karena sebab-sebab tertentu.
Setiap pasangan (termasuk Rachel Vennya dan Niko) tentu melewati perjalanan pernikahan yang nggak sama. Begitu pun mengenai hal-hal yang menjadi pemicu keretakan rumah tangganya. Namun, pada dasarnya penyebab perceraian selalu nggak jauh-jauh dari faktor berikut:
1. Masalah keuangan
Tahukah kamu? Lebih dari separuh pasutri di Indonesia memutuskan bercerai karena alasan finansial. Selain kesulitan ekonomi, keretakan rumah tangga ini juga kerap diakibatkan karena salah satu pihak yang enggan terbuka soal kondisi finansialnya kepada pasangan.
Selain itu, masalah utang dan pendapatan istri yang lebih besar dari suami juga kerap jadi problem dalam rumah tangga. Ya, uang memang menjadi isu sentral sekaligus sensitif dalam setiap kehidupan pernikahan. Kondisi finansial yang nggak sehat bisa berujung pada perceraian.
2. Keintiman berkurang
Seiring berjalannya waktu, pernikahan biasanya akan menjadi terasa lebih “kering”. Tidak seperti saat masih menjadi pengantin baru, hubunganmu dengan pasangan setelah bertahun-tahun menikah mungkin akan terasa hambar dan tak sehangat dulu.
Kehidupan seksual pun terpengaruh. Jika dulu aktivitas ranjang bisa dilakukan beberapa kali dalam seminggu, sekarang dalam sebulan seks pun bisa dihitung dengan jari. Bahkan tidak sama sekali.
Nah, intimasi yang hilang ini perlahan bisa mengikis keutuhan rumah tangga. Ketiadaan sentuhan sayang dari pasangan, kata-kata dan tindakan mesra, serta frekuensi hubungan seks yang turun drastis tak sadar akan membuat seseorang merasa kesepian. Nggak sedikit suami/istri yang kesepian dan mencari pelampiasan di luar rumah. Akhirnya, pernikahan dikorbankan.
3. Perselingkuhan
Isu perselingkuhan ini juga cukup jamak jadi pemicu keretakan rumah tangga, termasuk perceraian antara Rachel Vennya dengan Niko Al Hakim. Selingkuh memang dianggap sebagai kesalahan fatal yang tak termaafkan. Wajar jika sebagian orang tegas memutuskan berpisah jika pasangannya ketahuan punya affair dengan orang lain.
Selingkuh sendiri merupakan bentuk pencideraan komitmen pernikahan. Alasannya bermacam-macam, mulai dari ketidak puasan seksual, kurang perhatian, ekonomi, kurang kasih sayang, trauma, egois, perasaan insecure, kesempatan, balas dendam, bosan, dan lain-lain.
Namun, nggak sedikit juga pasangan yang memutuskan untuk tetap bertahan meskipun salah satu pihak ketahuan berselingkuh. Biasanya alasan bertahan selalu nggak jauh-jauh dari urusan anak. Apa jadinya anak-anak jika hidup tanpa kasih sayang penuh dari kedua orang tuanya? Begitu pikirnya.
Meskipun pernikahan bisa diselamatkan, hubungan biasanya takkan pernah bisa dikembalikan seperti sedia kala. Ke depannya, akan selalu ada rasa was-was, curiga, atau cemburu yang mengintai kehidupan pernikahan.
4. Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT)
Kekerasan dalam rumah tangga atau KDRT juga menjadi salah satu penyebab perceraian tertinggi. Orang-orang kerap berpikir bahwa KDRT hanya terjadi dalam bentuk kekerasan fisik. Padahal spektrum KDRT atau abuse dalam hubungan pernikahan ini sangat luas, lho.
KDRT meliputi kekerasan fisik, kekerasan seksual, kekerasan emosional, kekerasan verbal, penelantaran finansial, dan lain-lain. KDRT juga nggak selalu dilakukan kepada pasangan, tapi juga kepada anak, orang tua, asisten rumah tangga, kakak adik, atau pihak lain yang tinggal serumah dengan kita.
Kekerasan dalam rumah tangga sendiri terjadi karena banyak faktor, mulai dari kondisi mental emosional yang tidak stabil, trauma masa lalu, kesulitan ekonomi, PHK, kematian orang terkasih, dan lain-lain. Jika kamu menjadi korban KDRT atau mendapati kasus KDRT di sekitarmu, jangan segan untuk melapor ke pihak berwajib, ya!
5. Ketidakcocokan
Ketidakcocokan biasanya juga jadi alasan perceraian untuk sebagian pasangan. Ketakcocokan ini bisa terjadi dalam banyak hal, misalnya visi dan tujuan hidup, pola pengasuhan anak, kondisi ekonomi sosial, prioritas hidup, serta masih banyak lagi yang lainnya.
Sebelumnya perlu diketahui bahwa kita tak mungkin menemukan seseorang yang segala sesuatunya match n click dengan diri kita. Meski sedikit, pasti ada saja hal tertentu dari pasangan yang berbeda dengan diri kita. Dan itu wajar, kok.
Selain itu, setiap orang pasti berubah seiring waktu. Perubahan adalah hal yang nggak bisa dihindari. Perubahan bahkan kadang diperlukan agar diri menjadi pribadi yang lebih baik lagi.
Dalam pernikahan yang sehat, perubahan adalah hal yang selalu diapresiasi. Sebaliknya, perubahan bisa berubah menjadi ketidakcocokan dan alasan untuk berpisah. Nah, yang mana kamu?
6. Penampilan fisik berubah
Ya, perubahan penampilan fisik tak jarang juga menjadi alasan untuk menceraikan pasangan, lho. Kondisi fisik yang tak seideal awal-awal pernikahan buat sebagian orang adalah major turn-off yang bikin mereka berpikir pasangannya tak lagi menarik.
Perubahan penampilan fisik pasangan ini juga kerap dijadikan pembenaran untuk berselingkuh atau melakukan kekerasan verbal kepada pasangan. Padahal, perubahan fisik (terutama pada perempuan) sangat mungkin terjadi karena alasan melahirkan, menyusui, kesibukan mengurus anak-anak, dan sebagainya.
7. Kecanduan
Penyebab perceraian lain yang juga sering terjadi adalah karena kecanduan. Kecanduan ini terjadi dalam banyak bentuk, misalnya kecanduan narkoba/obat-obatan terlarang, kebiasaan main judi, kecanduan pornografi, kebiasaan utang yang tidak terkontrol, serta kecanduan berselingkuh.
Saat candu hadir di tengah-tengah pernikahan, hal ini akan menyebabkan pasangan berbohong hingga menghianati komitmen atau janji suci yang sudah diikrarkan di awal. Akhirnya, keutuhan rumah tangga-lah yang menjadi korban.
8. Nikah muda
Rachel Vennya bisa menjadi contoh sebagai salah satu public figure yang memutuskan untuk menikah di usia yang terbilang muda, yaitu 22 tahun. Nah, melansir dari Survive Divorce, nikah muda ini termasuk salah satu penyebab tingginya angka perceraian di masyarakat, lho.
Ya, menikah di usia muda dianggap bukan kondisi yang ideal karena pada masa ini seseorang belum mencapai kematangan emosional. Kondisi finansial yang belum stabil, usia yang belum cukup dewasa untuk memikul tanggung jawab rumah tangga, serta ketidakmampuan untuk berkomunikasi efektif adalah beberapa hal yang memicu terjadinya perceraian di pasangan yang menikah muda.
Masalah kian bertambah saat pasutri muda memiliki anak. Bagaimana kita bisa memberikan kehidupan yang layak, nyaman, dan stabil kepada anak-anak jika kita sendiri nggak punya kondisi emosional dan finansial yang stabil?
9. Menikah karena alasan yang keliru
Kisah-kisah indah tentang pernikahan yang diposting teman atau kerabat di media sosial sering kali membuat mereka yang masih single ingin segera melepaskan masa lajangnya. Belum lagi tuntutan sosial dari masyarakat soal usia ideal dan keharusan menikah membuat seseorang terburu-buru. Tak sadar kita pun terjebak pada situasi fatal: menikah karena alasan yang keliru.
Padahal menikah karena alasan yang tidak tepat juga bisa menjadi salah satu pemicu kegagalan rumah tangga, lho. Penyebab paling umumnya adalah ketidaksiapan diri menghadapi kehidupan rumah tangga yang penuh liku-liku. Ingat, “happily ever after” bukan hal yang gampang dan butuh kerja keras dari kedua belah pihak.
10. Kurang komunikasi
Komunikasi adalah kunci keharmonisan sebuah hubungan, termasuk hubungan pernikahan. Kehidupan rumah tangga tidak akan berjalan mulus jika di dalamnya terdapat gap-gap komunikasi antarpasangan yang tak diisi. Pernikahan bisa berujung perceraian jika salah satu atau kedua belah pihak punya cara komunikasi yang buruk.
Misalnya, alih-alih menyampaikan kekesalan dengan berbicara langsung kepada pasangan, seseorang lebih suka ngambek dan memendamnya. Secara nggak sadar, kebiasaan ini lama-lama akan membuat emosimu bertumpuk, lho. Jika sudah begini, bukan nggak mungkin terjadi cekcok yang berujung perceraian.
11. Masalah seks
Seks adalah bagian penting dalam pernikahan. Nggak sedikit pasutri yang memutuskan bercerai karena merasa tidak mendapatkan kepuasan seksual dari pasangannya. Pasutri bisa bercerai karena kehidupan seks yang kering dan nggak memuaskan, tapi bisa juga berpisah karena frekuensi seks yang terlalu rutin.
Belajar dari Perceraian Rachel Vennya, Ini Hal Penting yang Perlu Dipertimbangkan Sebelum Menikah!
Perceraian Rachel Vennya jadi gempar karena sebelumnya pasangan ini dianggap sebagai relationship-goal material. Tidak mau ending yang sama terjadi pada rumah tanggamu kelak, kan? Ini dia hal-hal yang penting dibicarakan dan dipertimbangkan sebelum memutuskan menikah.
1. Kondisi keuangan yang stabil
Sudah tahu kan kalau masalah ekonomi adalah salah satu penyebab tertinggi perceraian? Itulah kenapa kita wajib punya kondisi finansial yang stabil sebelum memutuskan menikah.
Tak harus jadi kaya raya dulu, kok. Namun, pastikan kamu sudah punya pekerjaan dan penghasilan yang jelas sebelum memasuki gerbang pernikahan ya. Sebab untuk mencukupi kebutuhan rumah tangga, persiapan kehamilan/persalinan, biaya pendidikan anak, dll. butuh dana yang tak sedikit.
2. Kesiapan fisik dan mental emosional
Kesiapan fisik dan mental adalah dua hal penting yang tak boleh diabaikan saat akan memutuskan menikah. Kondisi fisik yang sehat dan mental emosional yang stabil akan membuat kehidupan pernikahan lebih tenteram dan awet.
Kesiapan fisik diperlukan untuk menyambut kehadiran anak (hamil, melahirkan, dan menyusui). Sedangkan kesiapan mental meliputi kecakapan dalam menyelesaikan tanggung jawab, resolusi konflik, sikap saat berada dalam situasi sulit, parenting, dan masih banyak lagi yang lainnya.
3. Kemampuan interpersonal
Saat menikah, kita akan banyak berkompromi dengan pasangan. Itulah kenapa kecakapan interpesonal sangat dibutuhkan. Kemampuan interpersonal ini berkaitan dengan bagaimana kita berhubungan dengan orang lain. Kecakapan interpersonal seperti komunikasi asertif adalah kunci yang akan membuat pernikahan tetap hangat, awet, dan jauh dari konflik.
4. Keterampilan hidup
Keterampilan hidup seperti memasak, membersihkan rumah, menjalankan peran sebagai pasutri, mendidik anak, dan sebagainya adalah keahlian yang wajib dimiliki setiap pasangan yang akan menikah.
Keterampilan hidup ini penting dimiliki untuk memastikan kehidupan rumah tangga berjalan dengan baik tanpa masalah. Menurut BKKBN, merawat organ reproduksi dan mengatur jarak kehamilan juga termasuk jenis keterampilan hidup yang nggak kalah penting dikuasai pasutri, lho.
Pernikahan bukan cerita yang hanya diisi oleh hal-hal indah saja. Ke depannya akan selalu ada konflik yang menghadang, entah itu dari pasangan sendiri, orang tua, mertua, atau bahkan pihak ketiga. Apa pun itu, semoga perasaan cinta dan komitmen untuk selalu bersama bisa jadi penguat yang akan membuat pernikahan tetap awet sampai akhir hayat nanti, ya!
Penulis: Kristal Pancarwengi
Editor: Dwi Ratih
Image source: Instagram @rachelvennya