Rahasia Tetap Waras untuk Ayah Bekerja di Rumah
Ayah bekerja di rumah sering kali memikul beban ganda yang tak banyak disadari; tuntutan pekerjaan sekaligus peran domestik seperti mengurus rumah dan menjaga anak. Belum lagi stigma keliru masyarakat soal keharusan ayah bekerja di luar rumah.
Ya, tuntutan-tuntutan semacam itu secara tidak langsung ternyata bisa menyebabkan ayah tertekan dan stres, lho. Lalu, apa saja sih tips agar tetap produktif buat para ayah bekerja di rumah tanpa harus mengabaikan kewarasan? Simak poin-poin berikut, yuk.
Tetapkan Jam Kerja dengan Jelas
Umumnya tantangan terbesar yang dihadapi para ayah bekerja di rumah adalah manajemen waktu. Ayah sering kali kewalahan membagi waktunya untuk bekerja, menjaga anak, menyelesaikan tugas domestik, serta beristirahat.
Hal ini biasanya terjadi karena Ayah belum menetapkan jam atau jadwal kerja yang jelas. Menyusun jadwal rutinitas yang ideal akan membuat Ayah lebih mudah dalam membagi waktu, lho, sehingga semua bisa tertangani dengan baik.
Bagi Tugas dengan Istri
Pembagian tugas domestik dengan istri juga perlu dibicarakan secara jelas, terlebih jika istri sama-sama bekerja dan di rumah tidak ada ART. Hal ini untuk memastikan tidak ada satu pun tanggung jawab yang terbengkalai karena urusan pekerjaan.
Atur pembagian tugas secara rinci, misalnya Ayah bertugas memandikan anak, menyiapkan keperluan sekolahnya, mencuci pakaian, dll, dan Ibu bertugas memasak, beres-beres, dan sebagainya.
Kerja sama dalam mengerjakan urusan rumah tangga juga akan menghindarkan Ayah bekerja di rumah dari perasaan lelah sendiri akibat pembagian tanggung jawab yang kurang jelas.
Jangan Lupakan Diri Sendiri
Tingginya load kerja dan seabrek tugas domestik sering kali membuat ayah bekerja di rumah lupa dengan dirinya sendiri. Padahal ini adalah kunci utama agar Ayah tetap bisa waras, sehat, dan bahagia menjalani hari-hari.
Ayah, sesibuk apa pun, jangan lupa untuk selalu menjaga kesehatan tubuh dan pikiran, yaitu dengan makan bergizi secara teratur, olahraga rutin, serta istirahat cukup. Cara-cara sederhana ini terbukti sangat bermanfaat untuk menjaga kesehatan fisik dan psikis, lho. Jedalah sejenak dari rutinitas jika Ayah merasakan tanda-tanda burnout.
Ya, ayah juga bisa mengalami burnout seperti ibu. Sayangnya, menurut Huffington Post, isu kesehatan mental di kalangan ayah bekerja ini masih sepi dibicarakan.
Bersiaplah dengan “Kejutan” dari Si Kecil
Bekerja di rumah tentu bukan hal mudah bagi Ayah maupun Ibu, terutama jika di rumah masih ada balita yang sudah pasti belum bisa mengurus diri sendiri. Nah, di sinilah tantangan yang mesti dihadapi.
Ayah bekerja di rumah harus siap dengan konsekuensi-konsekueni tersebut, misalnya jika anak tiba-tiba menangis saat Ayah sedang asik bekerja, kakak bertengkar dengan adik atau temannya, anak minta makan, tantrum, dll.
Yang terpenting, siapkan stok sabar sebanyak mungkin. Kontrol emosi dan hindari kebiasaan marah-marah. Selain tidak bagus untuk psikologis anak, emosi negatif ini juga punya dampak buruk untuk kesehatan Ayah sendiri, lho.
Nikmati Sepenuh Hati
Stay-at-home dad atau ayah bekerja di rumah sering kali tidak bisa menikmati perannya karena masih merasa malu dengan lingkungan sekitar. Ya, lagi-lagi ini karena kekeliruan konstruksi sosial soal peran laki-laki dan perempuan di masyarakat.
Padahal tidak ada yang salah sedikit pun dari ayah bekerja di rumah, lho. Jadi seorang stay-at-home dad justru merupakan privilege yang tak bisa dimiliki banyak orang. Ayah bisa tetap mendapatkan penghasilan tanpa harus meninggalkan anak-anak.
Jadi, yuk buang jauh-jauh rasa malu dan mulai nikmati peran ini dengan sepenuh hati.
Luangkan Waktu untuk Me Time
Tumpukan pekerjaan dan tugas rumah tangga yang tak kunjung usai sering kali membuat ayah bekerja di rumah merasa stres dan akhirnya jatuh sakit. Tidak mau hal yang sama terjadi pada Ayah, kan? Maka sediakanlah waktu khusus untuk me time.
Ya, bukan cuma Ibu yang butuh me time, tapi Ayah juga. Me time bisa jadi sarana recharge energi bagi Ayah setelah seharian atau seminggu penuh bekerja terus-menerus.
Me time ini bisa bermacam-macam bentuknya, mulai dari pergi liburan seorang diri, meditasi, makan enak, mengerjakan hobi, bermain video game, bertemu teman-teman, atau bahkan tidur seharian.
Intinya, lakukan aktivitas apa pun yang dapat mengalihkan sementara pikiran Ayah dari pekerjaan. Psst… Jangan lupa bicarakan dengan ibu agar waktu me time tidak terganggu, ya.
Cari Teman
Jadi ayah bekerja di rumah bukan berarti Ayah tidak punya teman ngobrol sama sekali lho, ya. Ayah justru harus mencari teman agar tetap waras. Bila perlu, carilah teman sesama stay-at-home dad agar topik pembicaraan lebih sama frekuensinya.
Tentu saja teman tidak hanya bisa didapat di dunia nyata. Bahkan sesibuk apa pun aktivitas di rumah, Ayah tetap bisa lho berbagi dengan teman di dunia maya. Sudah banyak juga support group khusus para ayah di internet yang bisa Ayah ikuti.
Jangan pernah malu untuk bergabung. Mereka biasanya sering berbagi informasi atau pengetahuan yang menarik, mulai dari parenting, pekerjaan, sampai manajemen stres.
Jangan Sungkan Meminta Bantuan
Ayah bekerja di rumah bukan berarti mereka bisa mengerjakan semuanya sendiri dan tidak boleh minta bantuan, lho. Jika memang Ayah membutuhkan bantuan, maka jangan pernah sungkan untuk meminta bantuan, kepada siapa pun itu.
Meminta bantuan tidak akan menurunkan harga diri Ayah, lho. Justru hal ini akan menghindarkan Ayah dari kelelahan emosional atau burnout yang bisa berdampak pada produktivitas dan kesehatan diri Ayah sendiri.
Turunkan Standar!
Kita semua mungkin ingin jadi ayah bekerja di rumah yang serba bisa; pekerjaan selesai, rumah rapi, anak-anak bersikap manis, dan pola hidup teratur. Tapi percayalah, standar-standar tersebut kadang-kadang justru bisa jadi melelahkan.
Ingatlah bahwa hari tidak selalu berjalan baik. Ada waktu-waktu ketika semua terasa berantakan dan memusingkan. Dan tentu saja, itu adalah hal yang sangat wajar dan normal.
Agar Ayah bekerja di rumah tidak dibuat stres dengan hal-hal (yang sebetulnya) sepele semacam itu, mulailah dengan menurunkan standar pelan-pelan. Turunkan ekspektasi yang sekiranya memberatkan.
Misalnya standar rumah harus selalu rapi barangkali bisa diturunkan sedikit menjadi “tak rapi tak masalah, asal anak-anak tetap bahagia”. Ayah tenang, anak pun senang.
Minta Dukungan Pasangan
Sama seperti ibu bekerja, ayah bekerja di rumah juga butuh dukungan penuh dari pasangannya. Dukungan emosional dan psikologis inilah yang akan membuat Ayah lebih bersemangat dan produktif dalam menjalani hari-hari sebagai stay-at-home dad.
Biasakan untuk selalu berkomunikasi secara terbuka. Katakan dengan jujur apa yang Ayah rasakan. Sampaikan juga kepada istri betapa doa dan dukungan darinya adalah hal yang sangat berarti bagi Ayah.
Namun, apa pun perannya, pastikan untuk selalu memosisikan istri sebagai pasangan yang setara ya, Yah. Ingatlah selalu bahwa Ayah dan Ibu adalah partner yang harus saling mendukung dan melengkapi.
Jadi ayah bekerja di rumah memang bukan hal yang gampang. Namun, bukan berarti Ayah tidak bisa melakoninya dengan baik. Semoga dengan cara-cara di atas Ayah tetap bisa menjalani peran sebagai stay-at-home dad yang tidak hanya produktif, tapi juga waras, ya...
Penulis: Kristal
Editor: Dwi Ratih