Sakit Saat Berhubungan Intim? Waspada Ciri-Ciri Vaginismus!
Kita tahu bahwa, berhubungan intim secara rutin punya banyak manfaat bagi kesehatan. Tapi, gimana ya tiap kali Ibu terus merasakan sakit saat berhubungan?
Bahkan, meskipun sudah menggunakan pelumas, sakit saat berhubungan intim ini tak juga berkurang. Nah, bisa jadi hal yang Ibu rasakan ini merupakan ciri-ciri vaginismus, lho!
Vaginismus sendiri sangat berkaitan erat dengan otot di sekitar vagina yang tegang. Ketegangan otot ini juga berkaitan dengan rasa takut, cemas dan trauma terhadap penetrasi.
Namun, ada juga pemicu kesehatan lain yang bisa menyebabkan rasa sakit saat berhubungan intim pada wanita. Karenanya, ketahui lebih dalam mengenai penyebab sakit saat berhubungan intim dalam ulasan berikut ini, ya Bu.
Penyebab sakit saat berhubungan intim pada wanita
Selalu merasa sakit saat berhubungan intim yang terjadi pada wanita, bisa disebabkan oleh vaginismus. Jika dikutip dari Cleveland Clinic vaginismus adalah ketegangan atau kontraksi otot di sekitar vagina yang mengencang saat berhubungan intim.
Ketegangan otot yang tidak disengaja ini terjadi ketika penis, tampon, atau alat medis kesulitan masuk ke dalam vagina. Kondisi ini, jelas bikin merasa sangat sakit saat berhubungan intim.
Nggak heran, kalau kondisi tersebut seringkali dapat mengganggu keharmonisan bersama suami. Terlebih kalau Ibu nggak tahu apa yang menjadi penyebabnya, dan nggak inisiatif untuk memeriksakan diri ke dokter.
Penyebab vaginismus sendiri nggak diketahui secara pasti, bahkan data pasti wanita yang mengalami vaginismus di Indonesia, juga belum banyak ditemukan. Hal ini karena mereka merasa malu dengan kondisinya, dan memilih untuk menyembunyikan keadaannya ketimbang berkonsultasi ke dokter.
Vaginismus sendiri, terdiri dari dua jenis yakni primer dan sekunder. Keduanya dapat dijelaskan sebagai berikut:
- Vaginismus primer: terjadi tanpa pernah berhasil melakukan penetrasi seksual
- Vaginismus sekunder: penderitanya pernah melakukan penetrasi seksual. Sayangnya ia nggak bisa lagi melakukannya, karena merasakan sakit saat berhubungan intim dengan derajat yang cukup parah dan mengganggu.
Berikut ini adalah beberapa penyebab vaginismus yang dicurigai oleh para ahli:
- Pernah mengalami trauma atau kekerasan seksual
- Sudah pernah melahirkan dan atau melakukan operasi tertentu yang menyebabkan otot vagina jadi kaku
- Pernah menjalani radioterapi di area panggul
- Wanita sedang memasuki fase menopause yang menyebabkan vagina jadi kering dan otot di sekitarnya jadi tidak elastis lagi
Ciri-ciri vaginismus yang wajib diketahui
Sakit saat berhubungan intim dengan pasangan (dyspareunia), jadi salah satu ciri-ciri vaginismus yang cukup mudah terlihat. Jika ditanya bagaimana rasa sakitnya, dilansir dari WebMD para ahli menggambarkan bahwa, rasa sakit terasa seperti terbakar atau vagina seperti terbentur sebuah dinding dengan kekuatan cukup besar.
Ketika penderita merasakan sakit saat berhubungan pada saat penetrasi, biasanya rasa sakit ini akan hilang setelah penis dikeluarkan. Namun, kondisi ini tidak selalu terjadi pada semua wanita yang mengalami vaginismus.
Beberapa ciri vaginismus lainnya yang perlu Ibu ketahui diantaranya adalah:
- Tidak bisa melakukan hubungan seks, penetrasi atau memasukkan tampon sama sekali
- Terbayang akan rasa sakit saat berhubungan intim
- Kehilangan hasrat seksual.
Semua ciri ciri vaginismus maupun gejala yang disebutkan di atas, tidak dapat dilakukan dengan sengaja. Artinya seorang wanita tidak dapat mengendalikannya tanpa pengobatan.
Gejala vaginismus sendiri, dapat muncul selama akhir masa remaja atau awal masa dewasa ketika seseorang berhubungan seks untuk pertama kalinya. Kondisi tersebut juga dapat terjadi saat pertama kali seseorang mencoba memasukkan tampon.
Kondisi ini, jika tidak segera ditangani, bukan tidak mungkin sang penderita bisa terus mengembangkan vaginismus di kemudian hari. Bahkan, vaginismus bisa terjadi setelah bertahun-tahun tanpa pernah mengalami masalah sakit saat berhubungan sebelumnya.
Sakit saat berhubungan akibat vaginismus, bisakah diobati?
Sakit saat berhubungan akibat vaginismus sebenarnya bisa diobati. Pengobatan biasanya meliputi terapi fisik dan psikologi.
Tujuannya untuk mengurangi tingkat kecemasan seorang wanita saat hendak berhubungan intim. Nantinya bisa berpengaruh terhadap otot-otot sekitar vagina, agar lebih lentur lagi.
Namun, dengan catatan Ibu sudah datang ke dokter lebih awal ketika mencurigai adanya gejala. Dikutip dari Healthline nantinya dokter akan mendiagnosa sesuai dengan gejala yang Ibu alami seperti:
- Seberapa sering sakit saat berhubungan terjadi
- Kapan pertama kali sakit saat berhubungan terjadi
- Apa saja pemicu yang Ibu curigai
- Bagaimana dengan riwayat seksual; pernah mengalami trauma atau pelecehan, misalnya.
Secara umum, diagnosis dan pengobatan vaginismus memerlukan pemeriksaan di area panggul. Wanita dengan vaginismus biasanya merasa gugup atau takut dengan pemeriksaan panggul.
Jika dokter merekomendasikan pemeriksaan panggul, Ibu dapat mendiskusikan cara untuk membuat pemeriksaan jadi senyaman mungkin. Saat dokter mencurigai adanya vaginismus, biasanya mereka akan melakukan pemeriksaan selembut mungkin.
Selama pemeriksaan, dokter mencari tanda-tanda infeksi atau jaringan parut yang mungkin bermasalah. Beberapa terapi pengobatan yang akan di dapat biasanya adalah:
- Pemberian obat oles untuk menghilangkan rasa sakit saat berhubungan intim di area vagina
- Latihan fisik yang berfokus untuk melatih otot dasar panggul
- Menggunakan alat bantu pelebar vagina (vaginal dilator therapy)
- Melakukan terapi seks, guna meningkatkan gairah sehingga dapat memperbaiki hubungan seksual ke depannya.
Jadi, mulai sekarang Ibu perlu curiga ketika sering merasakan sakit saat berhubungan yang cukup mengganggu, ya! Terutama jika diiringi dengan gejala lain seperti timbul iritasi di area vagina, nyeri saat buang air kecil, bengkak dan kemerahan pada vagina ataupun mengalami keputihan yang nggak biasa.
Meski bisa diobati, ada baiknya sakit saat berhubungan akibat vaginismus, tidak boleh disepelekan. Rasa sakit yang terus menerus ada, sebab hal ini dapat memengaruhi kualitas hubungan seksual dengan pasangan nantinya.