Suka Duka Menjadi Ibu Rumah Tangga
Bagi kebanyakan ibu bekerja yang akhirnya memutuskan untuk menjadi ibu rumah tangga, keputusan ini pasti tidaklah mudah. Anda harus mempertimbangkan uang dan kepuasan yang didapat dari bekerja dan bertanya-tanya apakah ini sebanding dengan pengorbanan untuk tinggal di rumah dan mengurus anak sendiri. Bagi sebagian orang, ada pertimbangan ekonomi dibalik keputusan ini, ada juga yang dikarenakan oleh kurangnya pilihan dalam mengurus anak, alasan lainnya adalah keinginan untuk hadir memenuhi kebutuhan anak setiap harinya.
Apapun alasannya, Anda tidak sendirian menjalaninya. Sekitar 20 persen anak di bawah usia 5 tahun dirawat oleh orang tua mereka sendiri. Pada keluarga dengan ibu bekerja, sebanyak 32 persen anak dirawat oleh ayah. Jika Anda bertanya pada orang tua yang tinggal di rumah kenapa mereka melakukannya, kebanyakan dari mereka menjawab kalau mereka menghargai kesempatan untuk menyaksikan pencapaian perkembangan anak mereka, sekaligus ingin menikmati rasa aman karena mereka sendirilah yang bertanggung jawab untuk urusan anak-anak. Dan jika Anda bertanya apakah ini mudah dijalani, Anda akan mendapat respon kalau ini adalah pekerjaan paling berat yang paling mereka sukai.
Anak di Daycare Atau Diasuh Orang Tua Sendiri?
Beberapa ahli dalam tumbuh kembang anak di usia dini meyakini bahwa tidak ada yang bisa menggantikan konsistensi dan pengasuhan yang diberikan oleh orang tua. Beberapa penelitian terbaru mengungkapkan anak yang menghabiskan waktu setiap hari di tempat penitipan anak cenderung memiliki lebih banyak masalah dalam perilaku dibanding anak yang diasuh di rumah oleh orang tua. Hal ini tentunya benar bagi anak yang berada di tingkat pengasuhan yang rendah, yang menghabiskan hari-harinya di lingkungan yang tidak stabil dan tidak mendukung. Penelitian secara konsisten menunjukkan bahwa orang tua tetap menjadi pengaruh terbesar bagi perkembangan anak.
Tapi penelitian juga mengindikasikan bahwa anak di tempat penitipan yang baik bisa lebih baik secara akademik dan sosial dibanding anak yang tinggal di rumah bersama ibu mereka, terutama jika sang ibu tidak memiliki pendidikan yang baik. Kebanyakan ahli meyakini bahwa yang paling penting adalah kualitas dibanding jenis pengasuhan itu sendiri. Jadi buatlah pilihan yang paling sesuai untuk Anda dan keluarga, dan tak perlu merasa bersalah karenanya. Pastikan Anda atau pengasuh yang Anda pilih mendorong perkembangan si kecil sekaligus merawatnya dengan baik.
Pikirkan Hal Ini Sebelum Memutuskan Jadi Ibu Rumah Tangga
Akan muncul beberapa pertanyaan di benak Anda berkaitan dengan keputusan untuk tinggal di rumah dan tidak bekerja:
Apa keuntungannya?
Apa kerugiannya?
Mampukah saya melakukannya?
Apakah mudah menjalaninya?
Apakah ini akan merubah hubungan saya dan pasangan?
Bagaimana bisa berhasil melakukannya?
Bisakah saya bekerja di rumah?
Tinggal di rumah bisa menjadi pilihan yang paling tepat jika yakin kalau Anda adalah orang terbaik untuk merawat anak-anak, kondisi keuangan memungkinkan keluarga bertahan dengan single income, dan Anda tidak keberatan dengan pengorbanan emosi dan finansial. Anda akan mendapat kebahagiaan dan kepuasan berada di sisi anak ketika ia tumbuh dan berkembang, dan anak Anda mendapat keuntungan dari cinta dan perhatian penuh yang Anda berikan.
Suka dan Duka Menjadi Ibu Rumah Tangga
Sebagai orang tua yang tinggal di rumah, Anda bisa pastikan anak dirawat oleh orang yang hadir untuk waktu yang lama, bukan oleh pengasuh yang mungkin bulan depan akan berhenti dari pekerjaannya. Anda juga bisa secara langsung mengawasi anak, memastikan ia berada di lingkungan yang mendukung.
Menghabiskan hari-hari bersama si buah hati akan membuat Anda bisa fokus padanya dan terikat dengan emosi dan tumbuh kembang fisiknya. Sangat menyenangkan bila Anda menjadi orang pertama yang melihatnya duduk atau tertawa, bukan guru atau pengasuhnya. Bahkan ada ibu yang merasa berada di rumah untuk mengurus anak merupakan karir yang paling baik yang pernah ia punya. Anda menjadi tak tergantikan bagi anak. Bagi beberapa keluarga, pilihan ini berarti berkurangnya biaya yang mahal untuk membayar pengasuh anak.
Jika Anda memilih untuk menjalaninya, Anda bisa merasakan bahwa keputusan Anda untuk tinggal di rumah bisa mengurangi tingkat stres. Banyak orang tua yang memutuskan untuk tinggal di rumah setelah berusaha dan gagal menyeimbangkan antara pekerjaan dan keluarga. Jam kerja yang panjang membuat Anda merasa lelah. Tinggal di rumah akan memberi Anda lebih banyak waktu untuk anak, mengurus rumah, dan membantu kehidupan keluarga berjalan lebih lancar.
Namun, bagi sebagian orang, merasa kesepian menjadi masalahnya. Jika Anda terbiasa dikelilingi oleh teman-teman di tempat kerja, perubahan ini akan menimbulkan depresi. Ayah yang tinggal di rumah akan merasa dua kali lipat terisolasi karena jumlah ayah yang tidak bekerja kantoran yang sangat sedikit. Mungkin hanya ada satu Ayah yang tinggal di rumah dan mengurus anak dari sekian banyak Ayah di komplek perumahan Anda.
Bunda dan ayah yang tidak bahagia meninggalkan pekerjaan bisa merasa lebih terasing. Ada yang kesulitan untuk berinteraksi dengan para ibu yang tinggal di rumah lainnya. Biasanya ada rasa tidak banyak memiliki kesamaan dengan para ibu yang lain. Jika karir menjadi hal penting bagi diri anda, Anda akan merasa kehilangan identitas. Penghargaan diri Anda bisa menderita tanpa keberadaan apresiasi dari bos atau teman kerja. Lagi pula, Anda tidak akan mendapat banyak feedback positif dari bayi yang baru lahir atau batita yang selalu merengek.
Mengurus popok dan cucian yang tak pernah habis bisa menjadi aktivitas yang membosankan dan membuat frustrasi. Ditambah lagi, Anda tidak punya waktu bagi diri sendiri ketika Anda harus berada di rumah bersama bayi dan batita yang selalu mencari perhatian Anda sepanjang hari. Ini jelas berbeda kalau Anda kerja kantoran, di ruang kantor yang ramai dan sibuk sekalipun Anda masih bisa punya privasi. Anda akan merasa khawatir tentang kapan dan bagaimana melanjutkan karir dan merasa terhukum karena berhenti bekerja.
Memilih untuk berada di rumah juga akan menjadi keputusan ekonomi yang rumit. Banyak keluarga dengan salah satu orang tua tinggal di rumah merasa mereka harus mengatur anggaran dengan lebih hati-hati dan menghabiskan waktu lebih banyak untuk tawar menawar dibanding sebelumnya. Anda mungkin harus mengganti liburan di hotel menjadi berkemah, memasak sendiri dibanding makan di restoran secara teratur, dan membuat pilihan gaya hidup lain yang mungkin tidak terlalu menarik.
Selain itu, ketika anak tumbuh memasuki masa batita dan menjadi lebih aktif secara sosial, ia akan kehilangan bentuk sosialisasi yang sebenarnya bisa ia dapatkan di daycare. Beberapa orang tua yang tinggal di rumah merasa sulit untuk memberi stimulasi yang dibutuhkan anak saat mereka mencapai usia tertentu.
Pada akhirnya, memilih untuk tinggal di rumah bisa menciptakan ketegangan tersendiri antara Anda dan pasangan jika ia tidak secara penuh mendukung ide ini. Jadi pastikan Anda berdiskusi terlebih dulu dengannya mengenai semua akibat yang ditimbulkan sebelum membuat keputusan yang berat ini.
(Ismawati)