Tak Hanya Mandiri, Ini Manfaat Anak Belajar dari Kegagalan
Belajar dari kegagalan memang bukan perkara sederhana. Bahkan bagi orang dewasa, kegagalan kadang masih membekas di ingatan dan menyisakan rasa kecewa, bersalah, dan sedih. Meski demikian, mengalami kegagalan nggak selalu buruk kok. Banyak pelajaran berharga yang bisa kita petik dari proses yang kita lalui untuk mencapai keberhasilan. Lalu, bagaimana dengan kegagalan yang dialami anak? Bagaimana membantu si kecil untuk melihat ada pelajaran berharga yang bisa dipanen dari kegagalan yang dialaminya?
Menurut laman TIME, kegagalan bisa bernilai positif jika memenuhi 2 syarat. Pertama, orang yang gagal benar-benar belajar dari pengalamannya dan termotivasi untuk melakukan lebih baik di kemudian hari. Kedua, kegagalan tersebut tidak menutup pintu kesempatan lainnya di masa depan.
Bagi anak-anak. belajar dari kegagalan adalah proses yang tidak akan mudah dilewati. Si kecil tentu masih membutuhkan bantuan orang tua atau orang dewasa di sekitarnya untuk memahami makna kegagalan sebagai pelajaran berharga dan bernilai positif. Prinsip ini sangat penting untuk ditanamkan sejak dini agar kelak anak bisa mandiri dan mampu menyesuaikan diri saat mengalami kegagalan dan tidak melihat momen tersebut sebagai hal yang sia-sia.
Apa Manfaat Membiarkan Anak Belajar dari Kegagalan?
Orang tua mana sih yang tega melihat anaknya kecewa dan gagal? Tahukah Ibu, ternyata membiarkan anak belajar kegagalan memiliki dampak positif bagi mental dan karakter anak. Orang tua memang sejatinya harus berupaya mendampingi si kecil dalam segala kondisi. Namun bukan berarti Ibu dan Ayah harus selalu membantu anak dalam mengatasi semua masalahnya, termasuk dengan cara membiarkan anak belajar dari kegagalan dan kesalahannya.
Berikut beberapa manfaat yang didapat anak saat belajar dari kegagalan:
Anak belajar tentang problem solving
Membiarkan anak belajar dari kegagalan berarti memberinya kesempatan untuk membaca situasi dari sudut pandang lain untuk memecahkan masalah yang sama maupun berbeda. Dengan kesalahan yang dilakukan sebelumnya, secara otomatis anak akan berusaha menghindari langkah yang membuatnya gagal dan mencoba hal baru. Dengan demikian, anak akan berusaha mencegah kegagalan terulang sekaligus mengembangkan kemampuan problem solving.
Anak belajar mandiri dan bertanggung jawab
Merupakan hal yang wajar bila orang tua ingin anaknya berhasil dalam banyak hal dengan menasihati mereka dan membantu anak mengatasi kesulitan agar tidak perlu mengalami kegagalan. Namun, kebiasaan ini ternyata mempengaruhi kemandirian anak. Ketika anak mengalami kegagalan, mereka akan belajar menerima konsekuensi dari pilihannya. Dengan belajar dari kegagalan, kelak anak akan mampu memprediksi sebab-akibat dari sebuah pilihan dan bertanggung jawab atas keputusannya. Sebaliknya, jika anak selalu dipermudah urusannya, maka kesempatan mereka untuk mencoba hal baru akan semakin terbatas dan anak akan selalu mengandalkan orang tuanya.
Anak jadi paham tidak semua hal bisa sesuai keinginan
Mendidik anak menjadi pribadi yang tangguh memang jadi PR besar setiap orang tua. Membekali anak dengan kemampuan beradaptasi haruslah jadi prioritas orang tua agar anak bisa bertahan hidup dalam segala kondisi di masa mendatang. Anak perlu tahu bahwa banyak faktor di luar kendali yang bisa memengaruhi usahanya mencapai tujuan atau kesuksesan. Dengan memberi anak kesempatan belajar dari kegagalan, secara tak langsung orang tua telah menunjukkan bahwa hidup tak selamanya berjalan sesuai keinginan mereka dan tak ada cara selain menyesuaikan diri dengan perubahan.
Anak belajar mengendalikan emosi
Siapa sih yang tidak merasa kesal, sedih, dan kecewa saat mengalami kegagalan? Yang membedakan kita dengan orang lain adalah cara memandang sebuah persoalan dan meregulasi emosi dalam menghadapinya. Begitu pula dengan anak-anak. Belajar dari kegagalan bisa menjadi momen anak terjun ke arena pergulatan emosi. Anak akan belajar menerima kehadiran emosi negatif dan apa yang harus dilakukan agar tidak berlarut-larut dalam perasaan tidak nyaman itu. Peran orang tua dalam mendampingi anak meregulasi perasaannya akan menentukan respons anak saat menghadapi kegagalan.
Anak belajar berempati
Rasa empati dibutuhkan agar kita dapat merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain, sehingga kita bisa memberi tanggapan dengan baik. Dengan belajar dari kegagalan dan merasakan emosi negatif yang menyertai, secara tak langsung anak juga belajar berempati. Karena pernah merasakan tidak nyaman saat gagal, kelak anak akan tumbuh menjadi individu yang tidak hanya memperhitungkan hasil akhir, tapi juga bisa menghargai usaha orang lain.
Tips Mendampingi Anak Belajar dari Kegagalan
Sebagai orang tua, membentuk karakter anak agar mandiri merupakan bekal penting untuk si kecil agar kelak mereka bisa lebih mudah beradaptasi di saat Ibu dan Ayah tidak ada di sekitarnya. Membiarkan anak belajar dari kegagalan bukan berarti orang tua lepas tangan dan mengabaikan kondisi emosional anak. Justru di momen inilah peran orang tua sangat penting dalam mendampingi anak belajar dari kegagalan dan mengatasi kekecewaan dengan cara yang positif.
Berikut tips membersamai si kecil saat mereka mengalami kegagalan yang dilansir dari laman very well family:
Validasi perasaan anak
Membantu anak belajar dari kegagalan bisa dimulai dengan mengidentifikasi jenis perasaan anak dan memvalidasinya. Anak mungkin akan merasa kesal atau kecewa karena usahanya tidak berhasil. Hindari menyangkal fakta bahwa anak memang gagal maupun emosi negatif yang sedang dirasakan anak. Ibu dan Ayah bisa menunjukkan empati dan mengatakan bahwa perasaan tersebut wajar.
Dengarkan cerita anak
Mendengarkan anak bercerita tentang perasaannya maupun semua proses yang dialaminya akan membuat si kecil merasa lebih lega. Di momen ini anak secara tak langsung akan menceritakan kronologi usahanya untuk mencapai tujuan. Orang tua bisa menggunakan momen ini untuk membantu anak mendeteksi di mana kira-kira letak kesalahan atau kekurangannya. Tapi, simpan dulu pendapat Ayah dan Ibu sampai nanti si kecil menanyakannya. Hindari memberi anak saran atau nasihat ketika mereka sedang menumpahkan perasaannya.
Tunjukkan bahwa orang tua selalu sayang
Penting untuk memastikan si kecil tahu bahwa orang tuanya akan selalu sayang apa pun kondisi anak, termasuk saat anak sedang belajar dari kegagalan. Ini akan membuat anak merasa tenang dan tegar. Ibu dan Ayah bisa menunjukkan kasih sayang dengan mendengarkan cerita anak, memeluk anak, dan menemani anak melalui masa-masa sulit menerima fakta bahwa dia gagal.
Jangan menuntut anak
Mengharapkan anak berhasil mencapai impian memang sangat lumrah. Namun menuntut anak untuk selalu memenuhi ekspektasi orang tua dan berhasil dalam segala hal justru akan berdampak buruk bagi kesehatan mental anak. Mereka akan merasa usahanya tidak pernah memuaskan, tidak bisa membanggakan, merasa tidak dicintai dengan apa adanya oleh orangtuanya sendiri. Pada akhirnya, tuntutan ini akan membuat anak menjadi stres. Biarkan anak belajar dari kegagalan dan bantu dia menghadapi pergulatan emosi dengan kepedulian orang tua.
Ajarkan untuk fokus pada usaha
Belajar dari kegagalan sama artinya dengan belajar mengevaluasi diri. Hasil memang penting, tapi jangan lupa bahwa proses untuk mencapai hasil tersebut tidak kalah penting. Anak bisa saja berhasil dengan mudah karena bantuan orang tua, melakukan kecurangan, atau faktor lainnya. Tapi hal-hal tersebut tentu akan membunuh karakter anak dan membuatnya menjadi individu yang culas.
Motivasi dan apresiasi anak
Peran orang tua dalam proses anak belajar dari kegagalan bisa ditunjukkan dengan member anak motivasi setelah anak merasa lebih tenang dan siap menerima masukan. Orang tua bisa mulai dengan memuji usaha anak dengan penjelasan yang rinci. Daripada mengatakan “Nggak apa-apa, bisa coba lagi”, coba beri pujian yang lebih detail seperti, “Ayah lihat Kakak cukup tekun mengerjakan soal-soal latihan setiap malam. Kakak juga nggak gampang menyerah mancari jawaban soal yang sulit. Kalau Kakak mau, kita bisa evaluasi bareng-bareng supaya di lain waktu bisa lebih baik lagi.”
Ajari anak untuk berefleksi
Kemampuan berlapang dada dan melakukan refleksi diri juga perlu diajarkan pada anak saat belajar dari kegagalan. Menerima kegagalan bukanlah sesuatu yang memalukan sehingga tidak perlu merasa minder dan menyalahkan diri sendiri atas hasil yang tak sesuai harapan. Alih-alih, ceritakan pengalaman orang tua ketika dulu pernah mengalami kegagalan dan bagaimana cara mengatasinya pada saat itu. Motivasi anak agar kepercayaan dirinya kembali. Terkadang, lebih mudah mengambil pelajaran berharga dari pengalaman orang lain karena kita jarak pandang kita dalam memandang persoalan jadi lebih luas dan objektif. Ini merupakan kemampuan melakukan refleksi yang sangat penting diajarkan pada anak untuk bekal masa depannya.
Nah, sudah siapkah Ibu mendampingi si kecil belajar dari kegagalan?
Penulis: Dwi Ratih