Ibupedia

Tips Membesarkan Anak Autisme

Tips Membesarkan Anak Autisme
Tips Membesarkan Anak Autisme

Autisme adalah gangguan perkembangan otak yang mempengaruhi cara seseorang menjalani dunianya serta bagaimana ia berkomunikasi dengan orang lain. Istilah medisnya adalah gangguan spektrum autisme. Kondisi ini disebut spektrum karena ada banyak kemungkinan gejalanya, mulai dari ringan hingga berat.

Tanda pertama autisme muncul di masa kanak-kanak. Dokter kini semakin baik dalam mengidentifikasi autisme, tapi orang tua sering menjadi orang yang pertama melihat perbedaan pada  anak mereka.

Anak dengan autisme kadang memiliki masalah membaca ekspresi wajah dan gestur, yang membuat mereka kesulitan memahami yang dipikirkan dan dirasakan orang lain. Anak dengan autisme mungkin juga mengalami kesulitan mengungkapkan diri dan mengkomunikasikan kebutuhan mereka. Gejala umum lain adalah gerakan tubuh yang berulang-ulang seperti mengepakkan lengan dan sensitif pada stimulan seperti suara, cahaya terang, dan bau serta tekstur tertentu.

Gejala autisme pada dua anak tidak selalu persis sama. Beberapa anak dengan sptektrum autisme bisa mengulangi wacana yang mereka hapal dari buku tapi tidak bisa bercakap-cakap. Yang lainnya sangat mahir membaca pada usia 6 tahun tapi tidak bisa mengkancingkan bajunya sendiri.

Kebanyakan anak dengan autisme terdiagnosa pada usia 4 tahun, tapi tanda autisme biasanya terlihat pada usia 2 tahun. Setidaknya beberapa gejala autisme terlihat lebih awal, meski tidak dikenali. Beberapa orang tua mengenali tanda awal autisme sebelum anak berusia 1 tahun, dan kebanyakan merasa ada yang salah pada saat anak berumur 18 bulan. Masalah dengan komunikasi, perkembangan sosial, dan kemampuan motorik halus bisa terlihat paling awal di usia 6 bulan.

Salah satu kekhawatiran pertama yang dimiliki orang tua adalah bayi tidak berceloteh atau menggunakan suara dan kata secara komunikatif. Pada beberapa kasus, anak berkembang secara normal hingga usia 1 atau 2 tahun, lalu menurun. Ia sudah mengembangkan kemampuan komunikasi sesuai bayi pada umumnya, kemudian berhenti berkembang atau kehilangan kemampuan yang dulu ia miliki.

Penyebab Autisme

Tak ada yang tahu pasti penyebab autisme, tapi gen dan faktor lingkungan turut berkontribusi. Ada banyak teori tentang penyebab lainnya seperti virus, masalah gastrointestinal, dan sensitifitas pada makanan, tapi tidak ada penelitian pasti untuk mendukung dugaan ini. Beberapa orang berpendapat penggunaan vaksin menyebabkan autisme pada anak, tapi kebanyakan ilmuwan dan peneliti mengatakan tidak terbukti ada keterkaitan antara  autisme dan vaksin.

Faktor Resiko untuk Autisme

Tidak ada cara untuk memprediksi anak mana yang akan mengalami autisme. Tapi ada beberapa faktor resiko yang membuat anak lebih mungkin mengalaminya, antara lain:

  • Memiliki saudara kandung dengan autisme.

  • Jenis kelamin, anak lelaki punya kemungkinan lebih besar 4 hingga 5 kali mengalami autisme dibanding anak perempaun.

  • Memiliki gangguan perkembangan lain seperti Down syndrome.

  • Orang tua berusia tua.

  • Memiliki ibu yang mengkonsumsi obat tertentu selama hamil, seperti asam valproik.

  • Lahir prematur atau berat badan lahir rendah.

Anak dengan autisme biasanya memiliki perilaku yang tidak biasa, dan anak lain kesulitan untuk berkomunikasi dengannya. Bagian dari mempersiapkan anak dengan autisme adalah membuatnya mampu berinteraksi secara sosial dengan mengajarkan kemampuan yang sangat spesifik seperti cara melakukan kontak mata, bergabung di kelompok bermain, dan melakukan percakapan.

Meski anak dengan autisme menunjukkan emosi dengan cara berbeda, bukan berarti mereka tidak terikat batinnya. Anak dengan autisme mungkin tidak suka dipeluk, tapi ia mampu membentuk ikatan cinta yang dalam pada orang lain termasuk orang tua, saudara kandung, dan guru.

Hal-Hal Yang Harus Dilakukan Saat Memiliki Anak Berkebutuhan Khusus

Bila anak Anda mengalami autisme, tentu masalah perkembangan ini bisa mengganggu tiap bagian dari hidup Anda mulai dari kesehatan fisik, emosi, dan karir. Tapi tetap ada harapan, Bunda. Strategi berikut bisa Anda ambil untuk menghadapi dan menerima keunikan menjadi orang tua dari anak berkebutuhan khusus.

  1. Ajarkan Keluarga tentang Autisme

    Banyak ibu yang anaknya mengalami autisme merasa terisolasi. Ketika anak terdiagnosa mengalami autisme, sang ibu sering mendapati anggota keluarga lain berhenti bertanya tentang keluarganya atau si anak tidak lagi merayakan ulang tahun atau ikut serta dalam kumpul keluarga.

    Kadang pasangan dan saudara kandung dari anak tersebut merasa stres, bahkan marah karena semua perhatian difokuskan pada anak yang menderita autisme. Semua perasaan ini wajar, Anda bisa membantu anggota keluarga mengatasi hal ini dengan mendidik mereka tentang autisme dan kebutuhan spesifik anak.

  2. Mempertimbangkan Pilihan Pengobatan Autisme Yang Direkomendasikan

    Ahli perkembangan anak berpendapat anak dengan autisme perlu menerima pengobatan segera setelah terdiagnosa. Tidak ada penyembuhan untuk autisme, tapi intervensi dini menggunakan training kemampuan dan teknik modifikasi perilaku bisa memberi hasil yang bagus. Ini bisa meningkatkan kemungkinan anak dengan autisme untuk bersekolah dan berpartisipasi di aktivitas yang normal.

  3. Ikatan Sosial Yang Kuat

    Membesarkan anak dengan penyakit kronis bisa membuat orangtua emosional, dan mempengaruhi tiap bagian dari hidup Anda. Tapi merawat anak dengan autisme dapat menimbulkan stres karena kurangnya interaksi sosial dan komunikasi antara anak dan orang dewasa. Memastikan anak mendapat bantuan yang ia butuhkan juga menjadi hal yang sulit, bergantung pada kualitas pelayanan kesehatan yang tersedia di area Anda. Di saat yang sama, Anda mengalami kekhawatiran tentang kondisi jangka panjang anak.

    Untuk semua alasan ini, Anda membutuhkan dukungan sosial yang kuat, juga untuk anak Anda. Cari orang atau kelompok yang bisa dilibatkan dan Anda tahu siapa yang bisa dihubungi untuk jenis dukungan yang berbeda, bahkan untuk kondisi darurat, termasuk:

    • Dukungan informasi, dokter anak Anda, guru, ahli terapi, atau orang yang bisa Anda mintai saran untuk keputusan besar berkaitan dengan perawatan anak.

    • Dukungan emosional, bisa teman atau anggota keluarga dekat yang Anda percayai untuk mengungkapkan perasaan personal dan rasa khawatir.

    • Dukungan sosial, teman atau rekan kerja yang Anda senangi untuk membantu bertahan dari rasa kecewa.  

    • Anda juga bisa mencari kelompok lokal, kelompok orang tua, atau organisasi orang tua dengan anak autisme. Mintalah referensi untuk dokter atau ahli spesialis yang bisa menangani anak berkebutuhan khusus. Semakin Anda tahu tentang autisme, semakin banyak dukungan yang didapat, Anda akan semakin percaya diri, mengetahui si kecil bisa mendapat bantuan yang layak baginya.

Obat Untuk Autisme

Memang tidak ada obat untuk autisme, tapi dokter anak Anda bisa meresepkan obat untuk mengatasi perilaku atau kondisi khusus berkaitan dengan autisme, termasuk seizure, kecemasan, depresi, insomnia, impulsif, dan hiperaktif.

Beberapa orang tua merasa penerapan terapi alternatif membuahkan hasil, seperti memberi suplemen makanan anak dengan vitamin B6 dan magnesium, probiotik, atau asam lemak omega 3. Tapi belum ada penelitian yang menunjukkan bahwa pengobatan ini efektif, bahkan beberapa bisa berbahaya. Anda perlu berbicara dengan dokter sebelum memberi anak jenis suplemen atau terapi alternatif.

(Ismawati)

Follow Ibupedia Instagram