Ibupedia

Tips Mengkritik Pasangan Tanpa Menyulut Perpecahan

Tips Mengkritik Pasangan Tanpa Menyulut Perpecahan
Tips Mengkritik Pasangan Tanpa Menyulut Perpecahan

Menjalani hubungan pernikahan tidak hanya sekadar menghabiskan waktu bersama. Seringkali ada perbedaan pendapat dalam sebuah hubungan. Mengkritik pasangan merupakan salah satu cara untuk saling instrospeksi diri.

Sayangnya, perihal mengkritik pasangan beberapa orang masih enggan melakukannya. Pasalnya, mengkritik pasangan dianggap dapat menimbulkan perdebatan. Disisi lain, ada pula yang berani mengkritik pasangan dan bisa menemukan solusi bersama. 

Sebenarnya, mengkritik pasangan bukanlah hal yang salah. Mengkritik pasangan adalah hak masing-masing individu dan menjadi pintu untuk saling memperbaiki perilaku dalam keluarga. 

Tindakan mengkritik pasangan justru bermanfaat untuk menjaga hubungan antar suami istri. Oleh karena itu, agar mengkritik pasangan tidak menimbulkan konflik berkepanjangan, ada beberapa hal yang perlu Ibu pahami dalam ulasan berikut.

Perbedaan kritik dan komplain


Ibu mungkin sulit membedakan antara kritik dan komplain. Tidak jarang ketika Ibu mencoba menyampaikan kritik, Ibu kerap mendapat respon kurang menyenangkan. Lalu, apa perbedaan antara komplain dan kritik?

Dilansir dari Psych Central, komplain cenderung berkaitan dengan masalah-masalah tertentu, sedangkan kritik berkaitan dengan menyerang karakter pasangan. Lebih jelasnya, contoh komplain misalnya “kita sudah lama tidak pergi berlibur bersama! Saya lelah mendengar tentang masalah keuangan kita!”. Dalam contoh ini hanya melihat masalah spefisik yang dibahas yang dianggap menjadi masalah salah satu pasangan.

Kemudian, contoh kritik misalnya “Kamu tidak pernah mau mengeluarkan uang untuk kita! Ini salahmu, kita tidak pernah bisa pergi bersama karena kamu menghabiskan semua uang kita untuk hal-hal yang tidak berguna!”. Kalimat ini merupakan serangan langsung terhadap karakter pasangan. 

Pada dasarnya, mengkritik pasangan memang harus disampaikan secara hati-hati. Pasalnya tidak semua orang dapat menerima kritik dengan baik. Dilansir dari Psychology Today, kritik sulit diterima oleh banyak pasangan karena fenomena fisiologis yang disebut flooding.

Flooding merupakan istilah yang digunakan John Gottman, seorang psikolog terkemuka Amerika. Flooding sendiri merupakan sebuah kecenderungan untuk merasa sangat kewalahan dalam menanggapi tindakan atau perilaku negatif baik itu pada Ibu sendiri maupun pasangan.

Walaupun respon kritik cenderung membuat Ibu was-was, sebenarnya kritik tidak selalu buruk. Terdapat kritik yang membangun yang bisa Ibu pakai ketika mengkritik pasangan. Menyampaikan kritik yang membangun adalah hal yang baik untuk sebuah hubungan. 

Kritik yang membangun seperti apa?


Pada umumnya masih banyak orang yang tidak bisa membedakan antara kritik dan komplain. Perihal kritik sendiri, masih banyak orang yang belum bisa mengidentifikasi antara kritik yang membangun (kritik konstruktif) dan menjatuhkan. 

Oleh karenanya, mengkritik pasangan rentan menimbulkan ketegangan jika kritik yang disampaikan cenderung menjatuhkan satu sama lain. Dilansir dari Marriage, kritik yang membangun (constructive critism) juga disebut sebagai kritik positif. Menurut para ahli, terdapat beberapa ciri kritik konstruktif: 

  • Kritik tidak mengancam
  • Menghindari menyalahkan pasangan
  • Memberikan informasi yang spesifik
  • Menggunakan nada yang penuh perhatian

Kritik konstruktif berfungsi sebagai bentuk umpan balik yang bertujuan untuk meningkatkan hubungan. Terdapat beberapa cara mengkritik pasangan dalam hal konstruktif yang dapat Ibu lakukan sebagai berikut:

1. Ekspresikan apa yang Ibu butuhkan

Katakan kepada pasangan apa yang Ibu butuhkan agar pasangan mengetahui apa yang bisa dilakukan sesuai yang Ibu butuhkan. Cara mengkritik pasangan yang satu ini sangat penting dilakukan, tapi perhatikan juga moodnya supaya tidak memancing perdebatan ya, BU!

2. Persiapkan beberapa skenario

Pertimbangkan bagaimana pasangan Ibu akan merespon dan bereaksi ketika mendapat kritikan. Persiapkan juga bagaimana Ibu akan menanggapi pasangan untuk menghindari reaksi yang terlalu emosional.

3. Mulailah dengan catatan positif

Mulai kritik konstruktif dengan pujian atau pengakuan atas sesuatu yang positif yang dilakukan pasangan Ibu, agar pasangan Ibu mudah menerima kritikan tersebut.

4. Hindari menyerang karakter pasangan

Hindari membuat pernyataan yang dapat membunuh karakter pasangan Ibu, misalnya kalimat “kamu sangat ceroboh!” yang merupakan serangan secara terang-terangan dan tidak membangun pasangan.

5. Akui ketika Ibu salah

Tidak ada manusia yang sempurna, pasangan Ibu akan lebih terbuka terhadap kritik konstruktif ketika Ibu mengakui bahwa ada hal yang perlu diperbaiki lagi.

6. Bersedia menerima pasangan Ibu

Ketika terjadi perselisihan, sebenarnya tidak ada pihak yang salah dan benar karena bisa saja dua orang ini hanya memiliki dua sudut pandang yang berbeda. Ibu harus menerima bahwa pasangan mungkin saja tidak setuju dengan kritikan tersebut.

7. Bersedia menunda pembicaraan masalah bersama 

Ibu mungkin mencoba memberikan kritik yang membangun, namun pasangan Ibu cenderung defensif. Jika hal tersebut terjadi, Ibu harus mengakhiri percakapan dan sepakat untuk membicarakannya lagi nanti. 

8. Meminta izin untuk berbicara

Sebelum mengkritik pasangan, coba tanyakan terlebih dahulu kepada pasangan Ibu apakah bersedia melakukan percakapan. Usahakan mengkritik pasangan pada waktu yang tepat.

9. Berhati-hatilah dengan apa yang Ibu katakan

Pilihlah kata-kata yang baik ketika mengkritik pasangan dalam hubungan. Ibu mungkin perlu berpikir dan berlatih apa yang akan Ibu katakan atau mempertimbangkan cara mengekspresikan diri Ibu sebelum memutuskan tindakan yang terbaik.

10. Ekspresikan kerentanan

Ketika Ibu mengekspresikan diri Ibu dengan cara ini, pasangan Ibu memahami bahwa Ibu dalam kondisi membutuhkan bantuan pasangan, bukan menjelek-jelekkan

Cara menerima kritik tanpa luka

Jika suatu waktu Ibu juga mendapatkan kritik dari pasangan, Ibu perlu mempersiapkan diri sebelum memberikan respon. Agar Ibu dapat menghadapi kritikan dari pasangan dengan baik, ada beberapa tips yang bisa Ibu lakukan ketika mendapat kritik dari pasangan. 

1. Luangkan waktu untuk memproses apa yang dikatakan pasangan Ibu

Setiap orang akan bersikap defensif ketika mendapat kritikan sekalipun itu kritikan konstruktif. Maka dari itu, Ibu tidak perlu langsung merespon, ambil jeda sejenak untuk memproses apa yang disampaikan pasangan Ibu.

2. Luangkan waktu untuk mendengar

Dengarkan kritikan terlebih dahulu tanpa menyelamatkan sambil menunggu giliran Ibu untuk berbicara.

3. Terbukalah untuk berkompromi

Ibu mungkin tidak setuju dengan yang disampaikan pasangan, hal tersebut manusiawi. Namun, walaupun Ibu dan pasangan tidak sependapat, berkompromi merupakan kunci yang membantu Ibu dan pasangan saling menerima kritik

4. Ajukan pertanyaan

Mengajukan pertanyaan dapat membantu Ibu mengeksplorasi masalah lebih lanjut sehingga Ibu dapat memahami sudut pandang pasangan

5. Bersedia untuk memperbaiki

Kritik konstruktif yang benar bertujuan untuk menawarkan feedback kepada Ibu sehingga Ibu dapat membuat perubahan positif

Setiap individu memiliki kekhawatiran ketika mendapat kritik. Disisi lain, mengkritik pasangan juga membuat Ibu was-was menunggu respon pasangan. Namun, ketidaksepakatan antar pasangan hal yang lumrah. 

Namun, mengkritik dan menyerang satu sama lain tidak sehat bagi hubungan. Maka dari itu, mengkritik pasangan yang membangun dibutuhkan untuk kelangsungan hubungan yang lebih baik.

Editor: Aprilia 

Follow Ibupedia Instagram