Ibupedia

Tips Menjaga Kesehatan Mental Ibu Agar Tidak Melukai Anak

Tips Menjaga Kesehatan Mental Ibu Agar Tidak Melukai Anak
Tips Menjaga Kesehatan Mental Ibu Agar Tidak Melukai Anak

Kasus seorang Ibu melukai anak kembali terjadi. Kali ini melibatkan seorang Ibu berusia 35 tahun sebagai pelaku dan tiga orang anak kandungnya yang menjadi korban. 

Salah satunya bahkan tewas seketika akibat luka serius di bagian lehernya. Kejadian Ibu melukai anak ini terjadi di Kabupaten Brebes, Jawa Tengah beberapa waktu lalu.

Melalui sebuah video yang viral di media sosial, di dalam tahanan pelaku mengatakan bahwa ia melukai ketiga anaknya karena ingin menyelamatkan anak-anak tersebut dari bentuk kekerasan lain, seperti bentakan. 

Dengan begitu, anak-anak tersebut tidak perlu merasakan kesedihan dan sakit hati seperti dirinya sejak kecil. Pernyataan ini lantas menimbulkan pro dan kontra di masyarakat.

Tentu saja, perilaku Ibu melukai anak tidak bisa dibenarkan. Namun, faktor kesehatan mental Ibu rumah tangga memang perlu mendapat perhatian serius. 

Berikut ini adalah beberapa hal yang perlu diperhatikan agar kesehatan mental Ibu rumah tangga berada di kondisi stabil. Yuk, simak penjelasan selengkapnya di sini!

Menyadari bahwa Ibu adalah manusia biasa

Sebagian besar kasus yang melibatkan seorang Ibu melukai anak biasanya dipicu oleh faktor psikis dan fisik yang kelelahan. Perlu dipahami dengan baik bahwa ketika seorang wanita menyandang status sebagai Ibu, bukan berarti secara otomatis ia akan menjadi kuat dan tangguh. 

Sebaliknya, ketika menjadi seorang Ibu, wanita justru bisa menjadi lebih lemah, jika tidak mendapat dukungan dari suami dan orang-orang di sekitarnya.

Ketika menjadi Ibu, seluruh hidupnya berubah drastis. Perjuangannya tidak hanya sebatas mengandung selama 9 bulan, lalu melahirkan. Saat bayinya lahir, seorang Ibu kembali berjuang untuk memberikan ASI. 

Memastikan tumbuh kembang bayinya berlangsung normal. Proses adaptasi menjadi seorang Ibu bukan hal yang mudah.

Bukankah memang tanggung jawab Ibu seperti itu? Iya, tapi bukan hanya Ibu yang harus memikul seluruh tanggung jawab itu seorang diri. Sebagai seorang Ayah dan suami, laki-laki juga harus memiliki tanggung jawab yang sama besarnya terhadap pasangan dan anak-anaknya.

Menjadi Ibu adalah sebuah proses panjang

Untuk menjadi seorang Ibu, seorang wanita membutuhkan waktu dan proses yang panjang. Terlebih belum ada buku manual atau petunjuk menjadi seorang Ibu. Menjadi Ibu adalah satu-satunya hal di dunia ini yang tidak bisa dipelajari sebelum kamu benar-benar berada di posisi tersebut.

Sayangnya, kesehatan mental Ibu rumah tangga justru sering terganggu akibat ketidakmampuan orang-orang di sekelilingnya untuk memahami proses tersebut. Para Ibu sering tidak diberi waktu dan kesempatan yang cukup untuk belajar dan berusaha. 

Begitu jadi Ibu, ia dituntut untuk langsung bisa melakukan ini dan itu. Padahal para Ibu masih butuh proses, waktu, dan yang terpenting adalah dukungan dari orang-orang di sekelilingnya.

Merasa lelah adalah hal yang wajar, istirahatlah!

Apakah Ibu melukai anak karena tidak menyayanginya? Bukan. Sebaliknya, para Ibu adalah orang yang paling menyayangi anaknya bahkan sejak masih di dalam kandungan. Apakah Ibu melukai anak karena tidak lagi memiliki iman? Bukan. 

Keimanan dan kesehatan mental Ibu rumah tangga, tidak begitu saja bisa disejajarkan sebagai sebuah hubungan sebab-akibat.

Dilansir dari American Psychological Association, 80% gangguan kesehatan mental Ibu rumah tangga terjadi akibat faktor kelelahan fisik dan psikis dalam kurun waktu yang lama. Hal ini terjadi lantaran seorang Ibu 'dilarang' mengeluh dalam menjalani rutinitasnya. 

Padahal kondisi ini tentu bisa memicu terjadinya kasus Ibu melukai anak. Tidak hanya secara fisik, tetapi juga psikisnya.

Untuk para Ibu, merasa lelah adalah hal yang wajar. Meminta bantuan adalah hal yang biasa dilakukan. Istirahatlah sejenak jika memang dirasa sudah tidak lagi sanggup melakukan semuanya. Tidak perlu memaksakan diri.

Ibu juga butuh dicintai

Setiap Ibu tentu ingin menjadi sosok yang selalu positif dan penuh cinta. Namun, Ibu hanyalah manusia biasa yang juga butuh dicintai. Ibu wajib mencintai dirinya sendiri. Ibu berhak meluangkan waktu untuk diri sendiri. Mengambil jeda dari semua kesibukan demi menjaga kesehatan mental diri sendiri. Tentu tidak apa-apa.

Mengutip dari Baby Centre, anak-anak bahkan sejak dalam kandungan bisa merasakan kasih sayang Ibunya. Oleh karena itu, ketika tangki cinta Ibu kosong, anak adalah yang paling bisa merasakannya. Pada kondisi ini sering kali anak jadi lebih rewel daripada biasanya. 

Jika Ibu tidak segera mengisi kembali tangki cinta tersebut, maka kejadian Ibu melukai anak baik secara fisik maupun psikis sulit dihindari.

Dalam hal ini, sebagai suami sudah seharusnya Ayah membantu Ibu mengisi kembali tangki cintanya. Berikan apresiasi untuk Ibu yang masih dalam proses belajarnya. Bila perlu, ucapkan terima kasih untuk semua usaha yang Ibu lakukan. 

Pastikan Ayah juga membantu Ibu mengurus anak secara aktif, tanpa harus diminta terlebih dulu. Cara-cara ini efektif memulihkan isi tangki cinta Ibu.

Setelah menjadi Ibu, seluruh hidup yang dijalani terasa berubah drastis. Tak jarang hubungan Ibu dengan teman-teman maupun dunia luar jadi sangat terbatas. Belum lagi komentar pedas dari orang-orang di sekitarnya. 

Menjadi Ibu memang tidak pernah mudah. Inilah sebabnya surga di bawah telapak kaki Ibu.

Semoga kasus Ibu melukai anak di Brebes adalah yang terakhir. Semoga Ayah dan orang-orang di sekitar Ibu memberi waktu juga kesempatan lebih banyak kepada Ibu yang masih berproses. Semangat ya, Ibu!

Editor: Dwi Ratih