Ibupedia

Mengenal Tubektomi, Metode Kontrasepsi Yang Dilakukan Oleh Sheila Marcia

Mengenal Tubektomi, Metode Kontrasepsi Yang Dilakukan Oleh Sheila Marcia
Mengenal Tubektomi, Metode Kontrasepsi Yang Dilakukan Oleh Sheila Marcia

Kabar bahagia datang dari aktris Sheila Marcia. Istri dari Dimas Akira ini, baru saja melahirkan anak ke limanya pada 26 Februari 2024 lalu.

Ada yang menarik dari momen setelah melahirkan anaknya, Sheila memutuskan untuk langsung melakukan operasi tubektomi selang beberapa hari setelahnya. Hal ini dilakukan bukan tanpa alasan, karena Sheila dan Dimas sudah sepakat bahwa anak ke lima yang dilahirkan Sheila merupakan anak terakhir mereka.

Sehingga, untuk mencegah kemungkinan kehamilan, mereka memutuskan untuk melakukan operasi tubektomi. Lalu sebenarnya, apa sih yang dimaksud dengan tubektomi? Bagaimana cara kerja tubektomi, hingga metode tersebut bisa bantu cegah kehamilan?

Apa itu tubektomi?


Kalau mengutip dari Good RX Health tubektomi artinya sama dengan tubal ligation atau prosedur pemotongan atau penutupan tuba falopi, yang merupakan saluran yang menghubungkan indung telur (ovarium) dan rahim. Hal ini bertujuan agar sel telur nggak bisa lagi memasuki rahim.

Sehingga, sperma tak akan lagi bisa membuahi akibat terhalang masuk ke dalam tuba falopi. Dapat disimpulkan bahwa, dengan cara kerja tubektomi yang seperti ini, membuatnya diklaim menjadi metode KB tubektomi yang sifatnya permanen.

Karena, tuba falopi nantinya akan diikat atau bahkan dipotong. Agar tidak lagi bisa membuat seorang wanita kembali hamil.

Penutupan tuba falopi ini, secara keseluruhan jelas lebih efektif jika dibandingkan Ibu melakukan KB dengan jenis lain. Tubektomi diklaim cukup aman dilakukan, karena tidak akan memengaruhi hormon.

Jadi, wanita yang melakukan metode KB permanen yang satu ini tetap akan menstruasi, bahkan mengalami menopause di kemudian hari. Karena metode ini permanen, maka dokter menyarankan agar operasi tubektomi dilakukan oleh wanita yang benar-benar yakin untuk tidak ingin hamil kembali.

Terdapat tiga metode tubektomi yang dapat dipilih


Dikarenakan kondisi tiap wanita yang hendak melakukan operasi tubektomi berbeda-beda, maka pemilihan prosedurnya juga berbeda-beda juga ya Bu. Dalam dunia medis, sejauh ini dikenal ada tiga metode tubektomi yang dapat dilakukan diantaranya:

  • Laparoskopi

Metode bedah, di mana cara kerja tubektominya dilakukan dengan memasukkan alat laparoskopi. Alat ini digunakan untuk menentukan letak tuba falopi, dan kemudian akan menutup saluran tersebut dengan peralatan bedah pendukung lainnya.

  • Minilaparotomy 

Metode bedah yang dilakukan dengan menggunakan teknik mengikat, atau menjepit tuba falopi. Di mana hal tersebut dilakukan dengan menggunakan alat khusus.

  • Tuba implan

Prosedur ini dilakukan, dengan memasukkan tabung kecil melalui vagina dan leher rahim agar bisa lebih tepat sasaran mencapai saluran tuba falopi. Pemasangan tabung yang berbentuk seperti implan ini, nantinya hanya akan menghambat sperma masuk.

Jadi, bukan memotong atau mengikat saluran tuba falopi layaknya metode tubektomi lainnya. Konon, tuba implan ini nggak bersifat permanen dan bisa dilepas kapanpun jika Ibu ingin kembali hamil.

Nah, berdasarkan penelitian tahun 2016 yang berjudul; Trends of Various Techniques of Tubectomy: A Five Year Study in a Tertiary Institute diantara ketiga metode ini, tubektomi yang dilakukan dengan metode minilaparotomi menjadi yang populer di negara berkembang. Prosesnya biasa dilakukan beberapa jam/hari setelah operasi caesar.

Sedangkan metode laparoskopi dan oklusi tuba histeroskopi adalah metode yang paling disukai di negara maju. Namun, apapun metode yang dipilih kurang lebih efek sampingnya tetap sama ya Bu.

Adakah efek samping tubektomi yang perlu diwaspadai?


Semua jenis operasi tentu memiliki risikonya sendiri, termasuk jika Ibu melakukan operasi tubektomi. Mengutip dari John Hopkins Medicine https://www.hopkinsmedicine.org/health/treatment-tests-and-therapies/tubal-ligation secara keseluruhan metode tubektomi diklaim cukup aman.

Tubektomi dapat membuat masalah yang serius dengan hanya perbandingan 1 dari 1.000 wanita saja. Namun, beberapa efek samping tubektomi yang mungkin saja terjadi diantaranya adalah:

  • Pendarahan bekas sayatan di perut
  • Infeksi pada luka
  • Kerusakan organ lain di dalam perut
  • Efek samping dari anestesi
  • Kehamilan ektopik (sel telur yang dibuahi di luar rahim)
  • Penutupan saluran tuba yang tidak sempurna, sehingga kembali menyebabkan kehamilan.

Yup! Sekitar 1 dari 200 wanita masih bisa hamil setelah prosedur tubektomi dilakukan. Untuk itu, operasi tubektomi harus dilakukan dengan metode yang tepat.

Pada kondisi tertentu, tubektomi mungkin juga bisa menimbulkan efek samping lain seperti; cedera pada usus, kantung kemih, dan pembuluh darah utama serta yang paling umum adalah nyeri di panggul yang berkelanjutan pasca operasi.

Kapan sebaiknya prosedur ini dilakukan?


Seperti yang dilakukan oleh Sheila Marcia, tubektomi paling baik dilakukan satu hari usai melahirkan, baik melalui operasi caesar maupun pervaginam. Namun, metode tubektomi juga bisa dilakukan pasca keguguran atau kapanpun saat Ibu sudah mantap tidak ingin menambah anak lagi.

Mengutip dari Mayo Clinic tubektomi bahkan diketahui bisa membuat Ibu memiliki penurunan risiko kanker rahim, karena penutupan tuba falopi. Apalagi, kanker rahim lebih sering ditemukan pada tuba falopi dan bukan di ovarium.

Lalu, berapa sih biaya tubektomi yang biasa dilakukan di Indonesia saat ini? Sebelumnya, operasi tubektomi ini bisa dilakukan baik di klinik dokter kandungan, maupun rumah sakit besar.

Namun, yang jelas metode ini biasanya harus dilakukan dengan bius lokal ataupun total (tergantung kondisi pasien). Untuk biaya tubektomi sendiri di Indonesia saat ini, berkisar antara Rp 6 juta hingga Rp 12 juta-an.

Kabar baiknya, metode tubektomi dan vasektomi ternyata juga ditanggung BPJS Kesehatan. Jadi, metode ini seharusnya bisa dilakukan secara gratis dengan syarat dan ketentuan tertentu.

Walau metode operasi tubektomi secara keseluruhan cukup aman, namun penting diingat bahwa nggak semua wanita bisa melakukan prosedur tersebut ya, Bu. Semua kembali lagi pada kondisi kesehatan masing-masing, sehingga disarankan sebelum melakukan operasi tubektomi ada baiknya berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter.

Follow Ibupedia Instagram