Tumbuh Jadi Anak Mandiri, Membesarkan Anak Ala Orang Tibet Ini Bisa Ditiru
Membesarkan anak bukan perkara yang mudah, apalagi membesarkan anak remaja. Meskipun begitu, memiliki anak merupakan anugerah terbaik yang Tuhan berikan.
Tugas mendidik anak ini juga rupanya tak boleh hanya dibebankan pada satu pihak saja, misalnya tugas Ibu sepenuhnya atau tugas Ayah sepenuhnya. Setiap orang tua memiliki perannya masing-masing dan porsi yang berbeda.
Dalam proses membesarkan anak, setiap daerah memiliki tradisi dan ciri khasnya sendiri. Setiap orang tua diperbolehkan memilih secara bebas, bagaimana pola mendidik anak yang sesuai dengan prinsipnya masing-masing.
Salah satu cara membesarkan anak dengan teknik tertentu juga dilakukan oleh orang-orang Tibet. Bagaimana pola membesarkan anak menurut mereka?
Cara membesarkan anak ala orang Tibet
Melansir dari laman Bright Side, orang-orang Tibet dikenal sebagai pribadi yang sabar, bijaksana, dan memiliki keunikan atau ciri khas yang menyangkut aspek kehidupan manusia. Masyarakat Tibet memiliki pandangan khusus dalam membesarkan anak.
Hal ini dapat membantu anak untuk tumbuh menjadi pribadi yang mandiri, mudah mengambil keputusan, namun tetap hormat kepada orang tuanya. Berikut ini beberapa tahapan mendidik anak alat orang Tibet yang bisa kita contoh:
1. Tahapan sebelum berusia 5 tahun
Menurut prinsip membesarkan anak ala orang Tibet, ketika anak menginjak usia muda atau sebelum lima tahun, sebaiknya Ayah dan Ibu memperlakukan mereka seperti raja atau ratu. Hindari terlalu sering melarang, atau memberi hukuman pada anak, kecuali memang sudah melampaui batas.
Menginjak usia sebelum lima tahun, umumnya anak memiliki karakteristik rasa ingin tahu yang tinggi, bertindak sangat aktif, dan seperti sudah siap menjelajahi dunia. Namun sayangnya, anak rentang usia ini belum memiliki pengalaman apa pun dan belum belajar banyak hal.
Seringnya anak pada usia ini cenderung belum bisa berpikir logis, atau sering melakukan hal-hal secara impulsif dan cukup berbahaya. Pada usia ini juga, anak-anak lebih mampu memahami banyak hal lewat emosi.
Kuncinya, jika pada rentang usia ini Ayah atau Ibu bersikap terlalu protektif dalam membesarkan anak, maka akan muncul risiko anak tumbuh dengan mental yang tidak kuat. Apalagi jika orang tua mamaksa untuk mengikuti keputusan orang tua, sehingga akan sulit saat harus mengambil keputusan nantinya.
2. Tahapan usia 5 hingga 10 tahun
Selama periode usia lima hingga 10 tahun, Ayah dan Ibu harus membesarkan anak dengan cara berbeda, yaitu seolah berbicara dan memperlakukan anak seperti budak. Terdengar agak menyeramkan ya? Namun, tentu saja Ayah dan Ibu dilarang berlaku kejam pada anak-anak ya.
Membesarkan anak seperti memperlakukan budak pada usia ini, punya makna atau nilai yang bagus dan merupakan waktu yang pas diterapkan. Karena kecerdasan dan pemikiran logis anak sedang berkembang ,serta landasan kepribadian masa depan mereka sedang terbentuk.
Pada rentang usia ini sangat penting untuk menentukan tujuan atau cita-cita si kecil. Lalu peran Ayah dan Ibu cukup besar, untuk mengarahkan mereka dalam mencapai tujuan mereka.
Tak hanya itu saja, pada usia ini anak-anak juga harus diajarkan tentang menghadapi konsekuensi. Terutama bila tujuan mereka tidak tercapai atau rencana yang disusun ternyata mengalami kegagalan.
Anak-anak juga harus mulai paham tentang tanggung jawab atas keputusan yang telah mereka ambil. Hindari perasaan terlalu kasian atau takut anak akan kesulitan saat membesarkan anak.
Justru sebaliknya, Ayah dan Ibu diharapkan dapat memberikan berbagai macam tugas untuk si kecil agar ia banyak belajar. Jika Ayah dan Ibu tidak segera beralih dari raja atau ratu menjadi budak selama rentang usia ini, maka siap-siap anak-anak akan tumbuh lebih manja dan seringnya lalai dengan tanggung jawabnya.
3. Tahapan usia 10 hingga 15 tahun
Mendidik anak remaja adalah tantangan bagi setiap orang tua, apalagi bila fase raja atau ratu berubah ke fase budah tidak dijalankan. Pada rentang usia ini, mendidik anak remaja harus mulai berubah dan menjadikannya setara.
Meski orang tua sudah banyak makan asam garam kehidupan, namun Ayah dan Ibu harus mulai mempertimbangkan pendapat dan pemikiran anak remaja. Dalam mendidik anak remaja, Ibu bisa mulai dengan meminta nasihat mereka atau mulailah dorong mereka untuk menjadi lebih mandiri serta banyak lakukan diskusi dengan mereka.
Membesarkan anak remaja harus mengurangi perintah dan larangan, namun memperbanyak nasihat karena pada usia ini kemandirian dalam berpikir mulai terbentuk. Jika Ibu atau Ayah melarang banyak hal, maka akan memperburuk hubungan orang tua dengan sang anak.
Tak hanya itu saja, membesarkan anak remaja dengan bertindak terlalu protektif akan membuatnya tumbuh dengan perasaan tidak aman dan sering bergantung pada orang lain.
4. Tahapan usia 15 tahun ke atas
Tahapan usia ini ibaratnya mendidik anak remaja yang akan segera tumbuh menjadi orang dewasa. Bila ketiga fase di atas terlewatkan, tentunya fase ini akan lebih sulit dilakukan.
Pada masa ini sebenarnya kepribadian anak sudah mulai terbentuk sempurna, sehingga membesarkan anak di rentang usia ini harusnya bisa lebih mudah. Ayah dan Ibu juga harus mulai menghormati anak serta menghargai keputusan atau pendapatnya.
Menghormati dan menghargai anak pada fase ini, akan membuat anak mencontoh tindakan tersebut untuk berlaku sama kepada kedua orang tuanya.
Tips menjadi orang tua dengan versi terbaik untuk anak
Selain pandangan khusus Tibet, membesarkan anak dengan versi terbaik orang tua tetap bisa dilakukan, seperti yang dilansir melalui laman Kids Health berikut ini:
- Hindari tindakan terlalu mengkritik anak
- Terapkan batasan dan aturan disiplin dalam lingkungan rumah
- Selalu meluangkan waktu untuk anak-anak
- Menjadi contoh yang baik bagi anak
- Punya kualitas komunikasi yang baik dimana saja dan kapan saja
- Jadilah orang tua yang fleksibel dan mau menyesuaikan diri, dengan zaman sehingga gaya parenting juga bisa disesuaikan
- Menunjukkan pada anak bahwa cinta orang tua tanpa batas.
Sebagai orang tua, Ayah dan Ibu juga harus paham bahwa memberlakukan larangan dan aturan ketat tak selamanya membuat si kecil tumbuh menjadi pribadi yang penurut dan baik. Ada kalanya anak-anak juga butuh untuk di dengarkan pendapat dan pandangannya.
Melansir dari laman Very Well Family, dalam membesarkan anak yang terpenting bukan hanya nilai akademis dan prestasinya saja di sekolah, namun ada hal lain yang jauh lebih penting, yaitu mendidik anak dengan mental yang kuat dan rasa kasih sayang.
Editor: Aprilia