Ibupedia

Waspada Child Grooming! Saat Orang Dewasa Pacaran Dengan Anak Di Bawah Umur

Waspada Child Grooming! Saat Orang Dewasa Pacaran Dengan Anak Di Bawah Umur
Waspada Child Grooming! Saat Orang Dewasa Pacaran Dengan Anak Di Bawah Umur

Dunia memang sedang tidak baik-baik saja. Belakangan ini ada banyak sekali kasus-kasus di luar nalar yang bermunculan dan membuat orang tua harus lebih waspada dalam mengawasi anak-anaknya.

Contohnya saja seperti seorang selebritas Indonesia berusia 30 tahun-an yang mengaku sedang menjalin hubungan pacaran dengan anak di bawah umur berusia 14 tahun. Nggak main-main selebritas tersebut dengan bangga mengaku hubungannya dengan anak tersebut berjalan cukup serius.

Jelas hal ini mengundang banyak kecaman, terutama dari para orang tua dengan anak yang berusia menuju remaja. Apalagi dalam istilah psikologi hal tersebut termasuk tindakan child grooming dengan tujuan memanipulasi.

Dampak dari child grooming ini bahkan membuat korban bisa melakukan tindakan-tindakan yang umumnya dilakukan oleh orang dewasa. Tak jarang hal ini bisa menimbulkan masalah psikologis, emosional, bahkan kesehatan fisik korban. Agar orang tua bisa lebih waspada, yuk kenali apa itu child grooming secara keseluruhan!

Apa itu child grooming? 

Dikutip dari Raising Children child grooming adalah sebuah tindakan yang dilakukan oleh seseorang dengan tujuan memanipulasi, hingga melakukan tindakan-tindakan dewasa yang tidak menyenangkan terhadap para korbannya. Biasanya, kata ‘grooming’ ini sangat akrab dengan tindakan yang bisa merusak psikologis, emosional, bahkan kesehatan fisik korban berupa pelecehan seksual.

Pelaku child grooming yang akrab dikenal dengan groomer ini biasanya akan melibatkan pelaku untuk membangun koneksi dan kepercayaan dengan anak dan keluarga selama berhari-hari, berminggu-minggu, berbulan-bulan atau bertahun-tahun. Misalnya, pelaku tersebut mungkin berteman dengan sebuah keluarga dan biasanya memiliki hubungan akrab dengan anak tersebut.

Secara bertahap, pelaku akan menghabiskan lebih banyak waktu dengan anak atau korbannya. Hal ini kemudian akan menjadi dasar bagi pelaku untuk bisa melakukan tindakan pelecehan seksual di kemudian hari.

Istilah child grooming ini sejatinya sudah ada sejak sejak tahun 1980-an selama kegiatan investigasi kejahatan seksual terhadap anak-anak di Amerika Serikat. Sehingga tak heran bahwa kasus semacam ini juga sangat akrab di telinga para agen FBI zaman itu.

Siapa saja pelaku child grooming?

Masih mengutip Raising Children, sebenarnya orang dewasa manapun bisa menjadi groomer tak peduli pria atau wanita, teman, orang asing atau profesional sekalipun. Seiring dengan perkembangan teknologi, pelaku child grooming ini bisa melakukan ‘aksinya’ dengan dua metode yakni, secara online maupun face to face atau tatap muka.

a. Child grooming face to face

Jika child grooming dilakukan secara tatap muka, orang tersebut mungkin menemukan cara untuk mengenal korban dan keluarganya hingga menawarkan untuk mengajak anak tersebut jalan-jalan. Pelaku nantinya akan memberikan banyak hadiah entah itu untuk korban ataupun anggota keluarganya yang lain.

Setelahnya, pelaku akan sering melontarkan beragam pujian kepada keluarga dan korban hingga membuat menganggap pelaku adalah sosok yang sangat istimewa.

b. Child grooming online

Child grooming yang dilakukan secara online, biasanya terjadi di akun media sosial anak bersama pelaku. Biasanya pelaku akan berpura-pura menjadi anak seusia korban atau mengaku dari kalangan selebritas. Pelaku juga akan melakukan aksinya dengan pesan teks, pesan instan, obrolan online, dan sebagainya untuk menjalin relasi lebih intim dengan korban.

Ciri pelaku child grooming


Ciri dari pelaku child grooming sebenarnya sangat khas. Sayangnya hal ini sangat jarang disadari oleh korban maupun keluarganya. Melansir National Society for the Prevention of Cruelty to Children berikut ini adalah beberapa ciri child grooming yang paling umum:

  • Sangat tertutup tentang kegiatan mereka sehari-hari
  • Tertarik dengan lawan jenis dengan rentan usia beranjak remaja antara 14-17 tahun
  • Memiliki kekuasaan berupa uang
  • Gemar memberikan hadiah pada korban dan keluarganya
  • Gemar membuat korban merasa istimewa
  • Sering mendikte korban untuk mengenakan model pakaian sesuai keinginan pelaku
  • Akrab dengan sosial media, biasanya mulai melancarkan aksi dengan mencari korban dengan modus melakukan pemahaman tentang seks yang tidak sesuai dengan usia mereka
  • Sering menghilang selama beberapa waktu tanpa sebab
  • Memperlakukan anak layaknya orang dewasa
  • Sering cari kesempatan untuk berduaan
  • Sengaja mengenalkan konten berbau seksual
  • Gemar mengisolasi korban dari keluarganya.

Awalnya pelaku mungkin akan menggali info tentang korban melalui sosial media maupun observasi langsung. Targetnya sendiri biasanya berasal dari kalangan menengah ke bawah ataupun dari keluarga yang kurang harmonis.

Nantinya pelaku child grooming akan mulai mengontrol korban dengan melarang mereka menceritakan hal ini ke orang lain. Dalihnya adalah hanya pelakulah yang saat ini bisa dipercaya.

Nah, setelah korban terisolir biasanya pelaku akan mulai membujuk dan bertukar foto berbau hal-hal seksual sebagai ‘imbalan’ karena sudah ‘ditemani’. Ancaman dari pelaku child grooming pun bermacam-macam, mulai dari manipulasi hingga tindak kekerasan.

Dampak child grooming bagi anak di bawah umur

Dampak psikis

  • Kecemasan
  • Merasa tidak berharga
  • Trauma
  • Berpotensi menjadi pelaku serupa

Dampak fisik

  • Luka di bagian organ intim
  • Bekas luka di bagian tubuh (jika ada kekerasan fisik)

Dampak sosial

  • Dikucilkan dari pergaulan/keluarga
  • Tertekan menghadapi stigma
  • Kurang support dari teman sebaya

Apa yang harus orang tua lakukan?


Korban child grooming tidak akan sadar bahwa mereka adalah seorang korban tanpa diberitahu oleh orang tua. Namun, kita perlu mewaspadai jika anak tiba-tiba berubah jadi pendiam dan mendadak sering menjauh dari orang tuanya. Melansir Psychology Today berikut adalah hal-hal yang bisa orang tua lakukan sebagai tindakan pencegahan:

  • Jangan biarkan anak pergi sendirian tanpa di dampingi orang tua ataupun anggota keluarga dekat lainnya
  • Batasi penggunaan sosial media dengan akun pribadi anak tanpa diawasi oleh orang tua
  • Ajarkan anak untuk selalu bersikap terbuka, sehingga tidak ada rahasia yang perlu dilakukan
  • Ajarkan anak untuk selalu menjaga jarak dengan orang asing dan jangan mudah percaya dengan orang yang baru dikenal
  • Waspada terhadap orang dewasa lain yang menunjukkan perhatian khusus kepada anak secara berlebihan
  • Waspada terhadap orang dewasa yang menyentuh tubuh anak
  • Laporkan kepada pihak berwajib jika orang asing tersebut sudah terbukti dan sangat mengganggu ketentraman anak.

Mencegah tindakan child grooming pada anak penting jadi perhatian utama. Sebab, zaman sekarang ada banyak sekali motif kejahatan seseorang yang dapat membahayakan keselamatan anak.

Karena, kalau bukan orang tua siapa lagi ya akan melindungi anak-anak kita? Semoga ulasan di atas bisa membantu Ibu dalam melindungi anak-anak dari perilaku child grooming ya, Bu!

Follow Ibupedia Instagram