Waspada, Trauma Masa Kecil Bisa Hantui Anak Seumur Hidupnya
Trauma masa kecil atau adverse childhood experiences (ACEs) merupakan gangguan psikologis serius yang cukup banyak dialami orang dewasa. Menurut Centers for Disease Control and Prevention, trauma masa kecil muncul karena kejadian traumatis dan menyakitkan di masa lalu (saat anak berusia 0-17 tahun), misalnya akibat:
KDRT;
Kekerasan seksual;
Kematian anggota keluarga/orang terdekat;
Pengabaian dari orang tua/orang terdekat;
Kecelakaan hebat;
Orang tua bercerai; dan
Kondisi sosial ekonomi yang buruk, dll.
Tanda-Tanda Seseorang Punya Trauma Masa Kecil
Trauma masa kecil tidak hanya menyakitkan, tapi juga memiliki dampak buruk yang bahkan bisa berlangsung seumur hidup. Berikut beberapa tanda-tanda psikologis yang disebabkan trauma masa lalu.
Mood Swing
Ketidakstabilan emosi atau mood swing adalah gejala psikologis yang jamak dialami mereka yang punya trauma masa kecil. Hal ini terjadi karena semasa kecil ia tidak bisa mengungkapkan atau mengekspresikan emosinya dengan tepat. Akhirnya, gangguan psikis ini terbawa sampai dirinya dewasa.
Depresi dan Putus Asa
Kejadian traumatis di masa lalu sering kali memunculkan perasaan malu dan membuat seseorang merasa tak berharga. Luka psikologis ini bisa menyebabkan anak mengalami depresi, putus asa, hingga muncul keinginan untuk mengakhiri hidupnya.
Pasif dan Bersikap Dingin
Seseorang yang pernah merasakan kehilangan atau ditinggalkan oleh orang yang sangat dicintai semasa kecil umumnya cenderung bersikap pasif dan dingin (tidak menunjukkan perasaan tertentu). Hal ini dilakukan sebagai salah satu cara untuk menghindari kejadian buruk terulang kembali. Dampaknya, mereka akan sulit menjalin komitmen dengan orang lain di masa depan.
Minder
Bullying, pengabaian, kekerasan seksual, serta kondisi ekonomi yang buruk di masa lalu akan membuat seseorang merasa kurang percaya diri ketika dewasa. Mereka minder karena merasa dirinya tak berharga dan tidak pantas berada di antara teman-temannya.
Nah, hal tersebut akan berimbas pada self-esteem seseorang ketika dewasa. Akibatnya, ia cenderung menarik diri dari pergaulan, tidak punya motivasi, dan menjalani pola hidup yang itu-itu saja.
Trust Issues
Trauma masa kecil juga akan membuat seseorang sulit percaya kepada orang lain. Bukan hanya dalam hubungan percintaan, tapi juga dalam lingkup pertemanan dan pekerjaan. Kejadian menyakitkan di masa lalu memang sering kali membuat korban mengalami semacam mixed feeling.
Trust issues atau krisis kepercayaan bisa makin menjadi-jadi manakala penyebab trauma masa kecilnya adalah orang-orang terdekat mereka sendiri. Mereka akan cenderung berpikir “Kalau orang terdekat saja bisa menyakiti saya, apalagi orang lain yang tidak saya kenal dengan baik?”Sebagai defense mechanism agar tak lagi disakiti, mereka pun akhirnya memutuskan untuk tidak percaya kepada siapa pun.
Bagaimana Agar Anak Tidak Mengalami Trauma Masa Kecil?
Trauma masa kecil adalah isu kesehatan mental yang kompleks dan tidak bisa disepelekan. Dilansir dari Parents, kondisi ini tidak cuma akan berdampak pada psikologis jangka panjang anak lho Bu, tapi juga dapat menyebabkan beberapa masalah kesehatan serius seperti penyakit jantung dan gangguan reproduksi.
Lantas, apa saja sih yang bisa dilakukan orang tua agar anak terhindar dari dampak buruk trauma masa kecil yang menyakitkan?
Jadi Support System yang Baik
Trauma masa kecil akan memengaruhi psikologis anak dan cara pandangnya dalam melihat dunia. Tugas orang tua adalah memberikan dukungan moral dengan menjadi support system yang baik.
Dengarkan dengan baik apa pun yang mereka bicarakan. Usahakan untuk selalu berada di sampingnya di masa-masa kritis, terutama ketika anak mengalami anxiety attack. Validasi perasaan dan emosinya, serta hindari menyalahkan anak atas hal buruk yang sudah terjadi.
Bangun Hubungan yang Harmonis
Orang tua sering kali tidak sadar bahwa pertengkaran atau ribut-ribut kecil yang terjadi hampir tiap hari di rumah bisa berdampak negatif pada psikis anak. Untuk mencegah terjadinya trauma saat anak dewasa, mulailah dengan membina hubungan yang harmonis dengan pasangan.
Suasana keluarga yang harmonis dan hangat akan membuat anak minim trauma. Ia juga memiliki self-esteem yang lebih tinggi karena tahu bahwa dirinya dikelilingi oleh orang-orang yang saling sayang dan menyayanginya.
Usahakan Kestabilan Finansial
Betul, Bu. Kondisi ekonomi yang tidak ideal juga bisa menjadi pemicu trauma masa kecil pada anak, lho. Dampak ini mungkin tidak terlihat secara langsung, tapi bukan berarti tidak terjadi ya. Melihat orang tua memiliki masalah keuangan, misalnya terlilit utang, akan memunculkan beban mental bagi anak. Lama-kelamaan ini akan menyebabkan stres.
Itulah mengapa penting bagi kita sebagai orang tua untuk selalu mengusahakan kestabilan finansial keluarga dan mencukupi kebutuhan anak, baik yang sifatnya moral maupun material. Ini merupakan salah satu langkah untuk menghadirkan masa kecil yang minim trauma.
Ajari Anak Mengelola Emosinya
Kunci terbebas dari trauma masa kecil yang menyakitkan adalah manajemen emosi yang baik. Oleh karena itu, penting bagi orang tua untuk selalu mengajari anak mengelola emosinya.
Biarkan anak mengekspresikan apa pun yang dirasakannya tanpa batasan tertentu, misalnya dengan larangan-larangan seperti “Jangan nangis, dong. Kan kamu sudah besar.” Kebiasaan ini merupakan bentuk pengabaian emosi.
Mengabaikan emosi anak akan membuat mereka jadi enggan untuk menuangkan atau mengutarakan apa pun yang dirasakannya. Mereka pun akhirnya lebih suka memendam semuanya sendiri. Emosi yang bertumpuk-tumpuk ini suatu hari akan meledak dan bukan tidak mungkin malah akan melukai orang-orang sekitarnya.
Terapkan Pola Pengasuhan Terbaik
Memang tidak ada pola pengasuhan terbaik, tapi kita selalu bisa memberi yang terbaik untuk anak-anak kan, Bu? Usahakan untuk selalu memberikan yang terbaik pada anak, bukan cuma soal materi, tapi juga pendampingan psikologis dan emosional.
Pola asuh yang baik adalah strong start untuk anak agar dapat berfungsi secara “penuh” di tengah-tengah keluarga maupun masyarakat. Mengetahui bahwa dirinya didukung oleh orang-orang yang mencintainya adalah langkah tepat membangun masa depan yang minim trauma.
Bangun Rasa Percaya Diri Anak
Orang dewasa yang mengalami trauma masa kecil identik dengan self esteem yang rendah. Mereka cenderung menganggap hal-hal buruk yang terjadi padanya disebabkan karena kesalahannya sendiri.
Misalnya ketika anak di-bully karena gemuk, ia akan berpikir bahwa perlakuan tersebut memang sudah sepantasnya ia terima. Nah, di sini orang tua bertugas membantu anak menepis perasaan minder dan insecure-nya.
Bagaimana caranya? Selalu berikan pengertian bahwa mereka berharga, apa pun kondisinya. Jelaskan bahwa bullying yang dilakukan teman-temannya bukanlah hal yang baik dan tidak sesuai dengan norma masyarakat.
Selain menumbuhkan kembali rasa percaya diri anak, cara ini juga akan membangun pemahaman di benak anak tentang apa yang boleh dan tidak boleh dilakukannya.
Trauma masa kecil memang bukan hal yang remeh. Setiap orang bahkan mempunyai respons yang berbeda-beda akan kondisi psikologis ini. Jika Ibu mendapati tanda psikis maupun psikologis yang tidak wajar pada anak, jangan ragu untuk segera minta bantuan profesional, ya!
Penulis: Kristal
Editor: Dwi Ratih