Ibupedia

10 Cara Menghadapi Perubahan Kehidupan Pernikahan Setelah Memiliki Bayi

10 Cara Menghadapi Perubahan Kehidupan Pernikahan Setelah Memiliki Bayi
10 Cara Menghadapi Perubahan Kehidupan Pernikahan Setelah Memiliki Bayi

Stabilitas pernikahan akan sedikit berubah setelah memiliki bayi. Ayah-Bunda yang memiliki bayi biasanya kekurangan tidur dan energi yang bisa mempengaruhi hubungan Anda dan pasangan. Semua akan berbeda setelah kelahiran si kecil. Perubahan ini tak bisa dihindari tapi tak selalu jadi hal yang buruk. Ini dia perubahan yang biasanya para pasangan alami saat sudah memiliki bayi.

  1. Anda Sedikit Membenci Pasangan

    Anda akan merasa kesal pada pasangan lebih sering dari biasanya. Anda menganggapnya tidak becus melakukan pekerjaan seperti mengganti popok, membersihkan botol susu,  atau mencuci pakaian berwarna putih. Tapi ini bukan berarti Anda berada di ambang perceraian kok Bun. Sebagian orang menyebut perubahan ini sebagai akibat dari perubahan hormon dan kurang tidur atau baby blues dan ini normal selama tidak meningkat menjadi depresi pasca persalinan. Hormon Anda perlahan akan kembali seimbang.

  2. Tidak Terpikir Tentang Seks

    Kehidupan seks Anda akan mengalami terjun bebas. Anda perlu menunggu sekitar 6 minggu setelah melahirkan sebelum melakukan hubungan seks. Tapi ketika dokter sudah membolehkan, Anda pasti tidak merasa siap untuk melakukannya. Berhubungan seks setelah melahirkan mungkin terasa sakit tapi ini tidak akan menyiksa Anda. Meski begitu, tubuh Anda telah melewati banyak hal selama persalinan dan melahirkan dan butuh waktu untuk bisa kembali normal. Kelelahan, stres, mood swing, rasa kering pada vagina karena menyusui, dan kenyataan kalau pasangan kurang romantis akan membuat Anda butuh waktu berbulan-bulan untuk kembali mood berhubungan seks.

  3. Mencintai Si Kecil Melebihi Pasangan

    Cinta Anda pada si buah hati melebihi segalanya, termasuk melebihi cinta pada pasangan. Setidaknya untuk sementara waktu Anda lupa dengan keberadaan pasangan. Tapi jangan menunjukkan hal ini terlalu jelas ya. Suami Anda juga mencintai si kecil dan tidak ada alasan untuk saling menyakiti karenanya.

Bunda, berikut ini ada beberapa cara untuk bertahan melewati masa-masa yang sulit ini, setidaknya pada 4 bulan pertama kehadiran si kecil.

  1. Bersikap Fleksibel Dan Tidak Berharap Kesempurnaan 

    Kini semua berubah, dan butuh waktu untuk menyesuaikan dan menemukan cara melewati tanggung jawab dan peran ini. Bersikap fleksibel, baik Anda dan pasangan, akan mengurangi ketegangan. Anda akan menemukan rutinitas yang berhasil untuk Anda, pasangan, dan si kecil.
    Jangan khawatir bila apa yang Anda lakukan tidak sama dengan apa yang dilakukan pasangan lain. Hindari harapan tidak realistis pada diri sendiri. Pastikan untuk meluangkan waktu untuk saling berbagi dengan pasangan, terutama bila terbentuk harapan yang tidak realistis, lalu bahas secara terbuka.

  2. Ciptakan Keseimbangan

    Untuk saat ini, kebutuhan si kecil menjadi titik pusat dalam pernikahan Anda. Tapi ingat, ada Anda dan pasangan selain si bayi. Melakukan hal-hal kecil untuk memberi perhatian pada pasangan dan diri sendiri akan menciptakan perbedaan besar. Ketika bayi tidur, habiskan waktu bersama pasangan, jangan hanya fokus menyelesaikan pekerjaan rumah tangga.

  3. Saling Bicara Setiap Hari

    Luangkan waktu tiap hari untuk bicara pada pasangan. Anda bisa berbicara tentang harapan, perubahan, kebutuhan, kekecewaan, dan ketakutan tentang menjadi orang tua atau tentang hal lain yang ingin Anda bicarakan. Ingat, komunikasi berarti berbicara dan mendengarkan.  Anda perlu menjadi pendengar yang baik bila ingin pasangan terus berbagi dengan Anda tentang berbagai hal.

  4. Keluar Rumah

    Ini bisa dilakukan dengan atau tanpa bayi, karena keduanya menyenangkan. Udara segar, wajah berseri, dan percakapan hangat membantu Anda tidak merasa dicampakkan dari dunia. Keluar rumah bisa jadi pilihan aktivitas bersama Anda dan pasangan. Anda berdua tidak lagi merasa sendiri dan terisolasi, seperti yang banyak dialami orang tua baru.

  5. Bangun Hubungan Yang Berpusat Pada Pasangan, Bukan Berpusat Pada Anak

    Bila menjadikan anak sebagai prioritas utama, kebutuhan si kecil yang tidak pernah ada akhirnya akan menghabiskan apapun yang Anda berikan lalu Anda menjadi menderita karenanya. Cintai anak, dan penuhi kebutuhannya, tapi kebutuhan paling besar bagi anak adalah memiliki orang tua yang saling mencintai.

  6. Romantis Dengan Definisi Yang Baru

    Perlu disadari memang, kemesraan dan romantisme menjadi lebih sulit dilakukan setelah menjadi orang tua. Waktu untuk berdua dengan pasangan sepertinya hampir tidak ada. Dan ketika ada waktu senggang, Anda mungkin tidak punya energi tersisa karena kelelahan.

    Cari cara baru untuk selalu dekat secara fisik dengan pasangan. Anda bisa bersentuhan lebih sering atau tidur berdekatan di malam hari, meski Anda tidak ingin melakukan lebih dari ini. Bersabarlah, tahap ini akan berakhir dan Anda bisa kembali menjalin kemesraan yang spontan tanpa gangguan di masa mendatang.

  7. Cari Dukungan Dari Luar  

    Cari teman dan keluarga yang bisa Anda percaya untuk membantu memberi saran, terutama di hari-hari yang penuh stres. Ini juga termasuk siapa saja yang bisa membantu melakukan tugas harian seperti membersihkan rumah, mencuci pakaian, atau menyiapkan makanan. Bila ada yang menawarkan bantuan, terima saja, jangan lakukan semuanya sendirian.

  8. Jadwalkan Waktu Bersama Pasangan

    Jangan mencari waktu untuk bisa bersama tapi ciptakan momen ini. Meluangkan waktu untuk menjalin kedekatan dengan pasangan setiap hari menjadi hal penting untuk menjaga pernikahan tetap kuat. Berpelukan ketika pergi dan kembali ke rumah, duduk bersama, dan berpegang tangan saat nonton TV, hal-hal kecil seperti ini membuat Anda berdua merasa berharga.

    Luangkan waktu untuk bersama setidaknya sekali dalam seminggu. Gunakan jasa pengasuh anak, keluar dari rumah, dan fokuslah pada orang yang Anda nikahi. Anda tidak menikah untuk sekedar punya anak, tapi Anda menikahinya karena saling mencintai. Kini ketika ada si kecil, menghabiskan waktu bersama dan saling bicara  jadi cara terbaik untuk mengingat cinta Anda berdua.

  9. Menjadi Pendengar Untuk Pasangan

    Sering kali yang menjadi persoalan adalah Anda merasa lelah dan tidak bisa menghabiskan waktu bersama pasangan seperti yang Anda lakukan sebelum si kecil lahir. Terasa sulit untuk pergi berdua dan menikmati berbagai hal. Pasangan merasa ditinggalkan sedangkan Anda menganggapnya tidak memberi dukungan.

    Sedekat apapun Anda dan pasangan sebelum si kecil lahir, ia tetap tidak bisa membaca pikiran Anda. Anda dan pasangan mengalami perubahan dan perlu membicarakannya. Anda berdua perlu saling memberi tahu apa yang diinginkan dan apa yang terasa mengganggu, membuat marah, atau kesal.

    • Bersikap jujur tentang apa yang Anda butuhkan. Apakah Anda membutuhkan pelukannya atau ingin ia lebih mengerti?

    • Minta teman atau kerabat mengasuh si kecil agar Anda punya waktu bersama, meski hanya untuk sekedar jalan-jalan di taman.

    • Berbagi tugas rumah agar Anda punya lebih banyak waktu bersama.

  10. Waspadai Kekerasan Dalam Rumah Tangga

    Kekerasan domestik mencakup kekerasan fisik, emosi, dan seksual pada pasangan atau antara anggota keluarga. Kekerasan domestik pada wanita sering berawal di masa kehamilan. Kekerasan bisa bertambah parah selama kehamilan atau setelah melahirkan. Menyaksikan kekerasan domestik bisa berdampak serius pada anak. Anda bisa meminta bantuan petugas sosial untuk melindungi anak bila Anda mengalami kekerasan domestik. 

(Ismawati)

Follow Ibupedia Instagram