Ibupedia

10 Hal yang Sering Ditanyakan tentang Sunat Anak

10 Hal yang Sering Ditanyakan tentang Sunat Anak
10 Hal yang Sering Ditanyakan tentang Sunat Anak

Sunat (circumcision), atau proses pengangkatan kulup atau jaringan kulit yang menutupi kepala penis, umum dilakukan di Indonesia. Ritual agama dan budaya menjadikan sunat sebagai hal yang wajib dilakukan sebelum anak laki-laki memasuki masa pubertas. Terkadang, sunat anak diikuti dengan upacara adat dan perayaan, di mana sang anak tidak hanya mendapatkan doa namun juga angpau dan hadiah.

Kini, sunat anak juga banyak dilakukan karena alasan medis, terlepas dari jenis keyakinan seseorang. Selain itu, perkembangan teknologi, perubahan pola pikir orang tua, dan munculnya sejumlah penyakit yang memerlukan sunat sebagai tindakan penyembuhan membuat orang tua yang memiliki anak laki-laki harus memahami seluk beluk sunat anak.

Berikut ini 10 pertanyaan tentang sunat anak yang orang tua wajib tahu agar lebih siap dalam mendampingi anak sebelum, saat proses sunat, dan setelahnya, atau sekadar untuk mempertimbangkan apakah perlu melakukan sunat atau tidak.

  1. Apakah sunat anak bermanfaat bagi kesehatan?

    Ya. Mungkin sebagian besar masyarakat Indonesia melakukan sunat anak tanpa benar-benar mengetahui manfaatnya bagi kesehatan anak kelak. Dalam situs kesehatan Mayo Clinic, disebutkan beberapa manfaat sunat bagi laki-laki, antara lain:

    • Mengurangi risiko fimosis

      Fimosis adalah kondisi di mana kulup tidak dapat ditarik ke belakang hingga melewati kepala penis karena menempel kuat pada kepala penis. Hal ini umum terjadi pada anak usia 2-6 tahun, bahkan pada bayi. Meskipun lama kelamaan kulup akan terpisah dari penis, namun tindakan diperlukan jika fimosis menyebabkan anak susah kencing. Salah satunya adalah dengan cara disunat.

    • Mengurangi risiko infeksi saluran kemih

      Infeksi saluran kemih terjadi jika bakteri masuk ke saluran kemih melalui lubang kencing. Jika tidak segera ditangani, infeksi saluran kemih bisa menyebabkan infeksi pada kantung kemih, ginjal, hingga bakteri di ginjal menyebar ke aliran darah. Anak yang tidak disunat 10 kali lebih berisiko terkena infeksi saluran kemih dibandingkan mereka yang disunat. Salah satu penyebabnya adalah bakteri yang bersembunyi pada kulup penis. Meskipun demikian, wanita lebih rentan terkena infeksi saluran kemih karena memiliki uretra yang lebih pendek.

    • Mengurangi risiko penyakit menular seksual

      Gonore, sifilis, HPV, herpes simplex, hingga HIV lebih mudah menyerang laki-laki yang tidak disunat. Hal ini disebabkan oleh pertumbuhan bakteri pada kulup, sehingga sunat dapat melindungi laki-laki dari sejumlah penyakit di atas. 

    • Mengurangi risiko terjadinya gangguan pada penis

      Gangguan pada penis antara lain radang pada kepala penis (balanitis) maupun radang pada kulup (posthitis). Bakteri dan jamur dapat menginfeksi kepala penis yang jarang dibersihkan dan menyebabkan balanitis.

    • Mengurangi risiko kanker penis

      Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa sunat yang dilakukan setelah bayi lahir mampu mencegah kanker penis di kemudian hari. Sunat juga membuat penis lebih mudah dibersihkan dan mampu mengurangi risiko kanker serviks pada wanita yang pasangannya telah disunat.

  2. Apa saja metode sunat anak yang bisa dipilih? Katanya ada sunat anak yang tidak menyakitkan?

    Perkembangan teknologi membuat sunat anak kini lebih mudah dan cepat dilakukan, dengan masa penyembuhan yang lebih pendek dibandingkan sunat anak pada generasi sebelumnya. Dahulu, sunat anak dilakukan secara tradisional atau tanpa menggunakan alat medis. Juru khitan akan meregangkan kulup dan memotongnya dengan pisau, silet, atau bambu tajam dalam sekali potong tanpa bius.

    Luka sunat kemudian dibalut perban tanpa dijahit, setelah sebelumnya diberi obat antiinfeksi. Meskipun alat-alat tersebut sudah disterilkan, metode tradisional memiliki risiko terjadinya pendarahan jika proses sunat kurang tepat ataupun terpotongnya saraf di penis yang mempengaruhi aktivitas seksual kelak.

    Kini, ada metode lain yang umum digunakan, yaitu metode konvensional dengan menggunakan bius dan peralatan standar medis. Caranya, bagian kulup dipotong melingkar dengan pisau bedah kemudian bekas sayatan pada kulit penis dijahit. Proses pengerjaan memakan waktu minimal setengah jam sementara proses penyembuhan memakan waktu 7-10 hari.

    Selain metode konvensional, ada pula sunat anak yang menggunakan alat bernama cauter. Alat yang menyerupai arit bergagang pistol ini memiliki semacam benang logam yang dialiri listrik. Benang panas inilah yang berfungsi sebagai pisau dan mampu melakukan proses pemotongan kulup secara cepat (15-30 menit) dan minim jahitan. Sunat jenis ini populer disebut dengan teknik laser.

    Sementara itu, teknik klem menjadi salah satu terobosan metode sunat anak yang minim rasa sakit, tanpa jahitan, bahkan anak bisa langsung beraktivitas. Caranya, kepala penis dimasukkan ke dalam sejenis tabung yang memiliki ukuran sama dengan penis, sementara bagian kulup dijepit, kemudian dilakukan sayatan melingkar pada kulit kulup menggunakan pisau bedah untuk kemudian dibuang. Proses ini hanya memakan waktu 7-15 menit.

    Setelah proses sunat, klem tidak dilepas hingga luka bedah mengering dengan sendirinya. Tidak dibutuhkan perban. Karena obat bius yang disuntikkan hanya bertahan selama satu jam, anak diberikan obat tambahan melalui anus yang dapat menghilangkan nyeri selama 6 jam. Kekurangannya hanya satu, biayanya cukup mahal. Mungkin juga anak akan merasa tidak nyaman dengan klem yang selalu terpasang. 

  3. Proses sunat anak terdengar “menyeramkan”, adakah risikonya?

    Membayangkan anak laki-laki tersayang harus mengalami tindakan operasi tentu membuat nyali sebagian ibu ciut. Jika tidak ada alasan religius, mungkin ibu akan mempertimbangkan kembali untuk melakukan sunat anak. Bagaimana jika nanti penisnya terpotong? Bagaimana jika anak menjadi trauma? Mungkinkah terjadi infeksi?

    Tidak perlu kuatir berlebihan, Bu. Tindakan medis yang menimbulkan rasa sakit pada anak memang membuat ibu tidak tega, namun memilih tenaga medis atau juru sunat berpengalaman akan mengurangi risiko terjadinya kesalahan prosedur. Dalam situs Kids Health disebutkan bahwa jarang sekali terjadi komplikasi pasca sunat, khususnya pada bayi baru lahir, yaitu berkisar 0,2% hingga 2% saja. Dari angka ini, risiko yang terjadi hanyalah berupa pendarahan ringan dan infeksi lokal. Keduanya dapat ditangani dengan mudah oleh dokter. Karenanya, American Academy of Pediatrics menyimpulkan bahwa manfaat sunat pada bayi lebih besar daripada risikonya.

  4. Bagaimana perawatan pasca sunat? Apakah anak boleh mandi?

    Sebagai ibu, tentu kita yang akan paling berperan dalam perawatan pasca sunat anak. Lama tidaknya proses perawatan setelah sunat ini tergantung dari metode sunat yang dipilih. 

    Sunat anak dengan metode konvensional biasanya membutuhkan perban untuk menutup luka jahit selama beberapa hari. Saat mengganti perban, ada baiknya mengoleskan petroleum jelly untuk menghindari perlengketan luka sunat dengan perban atau dengan celana. Biasanya, dokter meresepkan salep yang mampu membuat luka sunat cepat kering.

    Sebelum luka mengering, disarankan untuk tidak membasahi area penis karena kelembaban dikawatirkan akan memicu rasa gatal yang membuat anak terdorong untuk menggaruknya. Namun, ada dokter yang membolehkan penis terkena air selama ibu bisa memastikan anak menjaganya tetap bersih dan kering. Biasanya, proses pengeringan luka berlangsung selama 3-7 hari.

    Pada sunat anak teknik laser, penis tidak dibalut perban. Dengan bantuan salep, bekas sunat bisa mengering dalam 4 hari. Penis boleh terkena air, hanya saja luka akan lebih cepat kering jika tidak terkena air. 

    Sementara itu, sunat anak dengan teknik klem membutuhkan perawatan khusus karena  adanya tabung yang melekat pada penis. Setiap kali buang air kecil, gunakan kain kasa atau cotton bud untuk membersihkan sisi dalam tabung. Hal ini untuk menghindari penumpukan bekas air seni. Pada luka sunat, oleskan antiseptik agar luka cepat kering dan mencegah infeksi.

    Mandi secara teratur sangat disarankan karena dapat menjaga kebersihan penis. Saat mandi, siram seluruh bagian tabung dengan air yang telah dicampur dengan cairan antiseptik supaya tabung terhindar dari kuman dan bakteri. Keringkan dengan handuk setelahnya.  

  5. Kalau anak saya tidak disunat, apakah benar-benar akan membahayakan di masa depan nanti?

    Sebenarnya, selama anak membersihkan penisnya dengan baik dan menghindari perilaku seks berisiko, ia dapat terhindar dari berbagai macam penyakit menular seksual. Namun, risiko tertularnya sejumlah penyakit kelamin seperti gonore, sifilis, herpes simplex, HPV memang lebih tinggi karena kebanyakan penyakit tersebut menyerang laki-laki yang tidak disunat. Selain itu, laki-laki yang tidak disunat memiliki kemungkinan tertular HIV/AIDS 2-8 kali lebih besar karena kulup mampu menjadi tempat perkembangbiakan virus. 

    Namun, jika ibu memang memutuskan untuk tidak melakukan sunat anak dengan berbagai pertimbangan, ajari anak untuk membersihkan penis dengan benar saat ia mendekati usia pubertas. Caranya, tarik kulup ke arah pangkal hingga mencapai kepala penis, bersihkan bagian dalam kulup dengan air hangat, lalu tarik kembali menutupi kepala penis.

    Sebelum masa puber, ibu tidak perlu membersihkan bagian kulup dengan cara di atas karena ada kemungkinan kulup masih menempel pada kepala penis sehingga sulit dibersihkan. Memaksakan proses tersebut berisiko menimbulkan iritasi dan peradangan. Saat puber nanti, bagian kulup akan menjadi lebih mudah ditarik ke arah pangkal.

  6. Apakah sunat anak mempengaruhi kehidupan seks ketika dewasa? 

    Kulup (preputium) adalah jaringan kulit yang mengandung banyak pembuluh darah yang sensitif terhadap sentuhan. Menghilangkannya dalam proses sunat dapat mengurangi sensitivitas penis. Namun, penelitian yang dilakukan oleh Dr. Jennifer Bossio dari Queen’s University, Kanada terhadap dua kelompok pria (yang disunat dan tidak disunat) menunjukkan tidak adanya perbedaan sensitivitas, baik dalam hal kepuasan seksual, fungsi orgasme, dan dorongan seksual. 

  7. Usia berapa sebaiknya anak disunat?

    Dua puluh tahun yang lalu, sunat anak biasa dilakukan menjelang anak memasuki usia puber. Kini, kecenderungannya sedikit berbeda di mana sunat anak bisa dilakukan saat anak masih bayi, balita, atau menjelang masuk SD.  Sebenarnya, sunat anak disarankan untuk dilakukan saat anak masih berusia bayi.

    Di Amerika Serikat, 60% bayi laki-laki disunat, umumnya saat usia mereka di bawah sepuluh hari. Hal ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa darah yang keluar lebih sedikit dibandingkan jika sunat anak dilakukan saat usianya lebih besar. Kemudian, sel-sel sedang tumbuh pesat sehingga pembentukan jaringan akan lebih cepat. Selain itu, tidak ada risiko trauma terhadap proses sunat pada bayi dan tidak perlu proses jahit pasca sunat.

    Dalam situs Boston Children’s Hospital, disebutkan bahwa proses pemulihan pada sunat bayi hanya membutuhkan 12-24 jam. Pada anak, dibutuhkan 1-2 hari pemulihan, sementara pada masa remaja membutuhkan 3-4 hari. 

    Namun, di Indonesia, sunat anak yang dilakukan saat bayi jarang dilakukan kecuali karena alasan medis, misalnya fimosis (menempelnya kulup pada kepala penis sehingga bayi susah buang air kecil). Selain itu, bayi harus dalam kondisi sehat dengan kondisi organ vital yang stabil untuk dapat dilakukan tindakan sunat. 

    Sunat pada dasarnya dapat dilakukan pada usia berapapun, termasuk pada laki-laki dewasa. Hanya saja, semakin tua usia, semakin besar risiko terjadinya pendarahan. Kulit penis pun membutuhkan sejumlah jahitan yang membutuhkan waktu paling lama dua minggu untuk pulih. Karena itu, semua kembali pada kesiapan dan pertimbangan orang tua dan anak.

  8. Apakah sunat anak mempercepat pubertas?

    Sebenarnya, pubertas tidak berhubungan dengan sunat anak. Jika ada sebagian orang tua yang merasa bahwa setelah disunat terjadi pubertas pada anak, hal tersebut lebih karena pemilihan usia untuk melakukan sunat. Sunat anak yang dilakukan saat berusia 10 tahun seolah memiliki efek “cepat besar”. Hal tersebut wajar karena usia tersebut adalah usia rata-rata anak laki-laki mulai puber. JIka sunat anak dilakukan saat balita atau bayi, tentu tidak ada “efek puber” yang terjadi.

  9. Berapakah biaya sunat anak saat ini?

    Biaya sunat anak bervariasi, tergantung dari metode yang dipilih,  jenis klinik atau rumah sakit tempat sunat dilakukan, serta jenis anestesi yang digunakan. Di Jakarta, biaya sunat di RS swasta paling murah adalah Rp 800.000 hingga biaya termahal Rp 11.000.000. Sebagai antisipasi biaya tak terduga yang mungkin muncul, disarankan untuk memiliki cadangan dana sebesar 20%-30% dari biaya yang ditawarkan rumah sakit. 

    Sebagai pembanding, biaya sunat klem di klinik sunat berkisar antara 1,5 juta hingga 3,3 juta, tergantung berat badan anak. Sementara itu, sunat anak dengan metode konvensional di juru sunat memiliki tarif sekitar Rp 750.000 dan metode laser (cauter) membutuhkan biaya Rp 850.000 belum termasuk biaya obat-obatan seperti antibiotik dan pereda nyeri.  

  10. Bagaimana cara meyakinkan anak agar mau disunat?

    Ibu bisa mulai membuka pembicaraan dengan anak mengenai sunat ketika ada teman atau saudara yang melakukan sunat. Jelaskan mengapa sunat harus dilakukan, misalnya karena alasan spiritual maupun pertimbangan kesehatan. Jelaskan prosesnya dengan bahasa yang mudah dicerna serta tidak membuat anak takut. Jujurlah pada anak bahwa prosesnya sedikit menyakitkan, namun ada obat yang dapat diminum untuk mengurangi rasa sakit.

    Menonton film kartun tentang sunat bisa membantu, termasuk juga memberikan hadiah setelah sunat. Biasanya, seiring dengan pertambahan usia anak, –di mana teman-teman sebayanya mulai sunat- ia akan berpikir untuk ikut melakukan sunat. Jika keinginan tersebut mulai muncul, kuatkan tekadnya dengan memberikan motivasi hingga akhirnya anak mengambil keputusan untuk melakukan sunat.

(Menur)

Follow Ibupedia Instagram