Ibupedia

10 Penyebab Demam Pada Anak

10 Penyebab Demam Pada Anak
10 Penyebab Demam Pada Anak

Salah satu kondisi yang memicu kekawatiran para ibu adalah ketika mengetahui si kecil demam. Semakin kecil usia anak, semakin besar kekawatiran Ibu. Apalagi, jika anak masih berusia di bawah 6 bulan. Terkadang, Ibu sudah berpikir yang tidak-tidak. Padahal, demam sebenarnya adalah cara tubuh memberitahu kita bahwa ada virus atau kuman yang sedang berusaha memasuki tubuh. Sistem kekebalan tubuh pun melakukan perlawanan, salah satu indikatornya adalah dengan cara menaikkan suhu tubuh.

Lalu, apa saja penyebab demam pada anak? Demam seperti apa saja yang patut dikawatirkan? Berdasarkan situs Baby Centre, inilah beberapa penyebab demam pada anak:

  1. Imunisasi

    Penyebab demam pada anak berusia di bawah 1 tahun yang paling umum adalah imunisasi. Mengapa imunisasi bisa menyebabkan demam? Baik demam, bengkak, warna kemerahan pada bekas suntikan merupakan respon alami kekebalan tubuh setelah disuntikkan virus yang telah dilemahkan atau dimatikan. Ini pertanda bahwa tubuh anak sedang membuat antibodi baru untuk melawan virus yang sebenarnya.

    Hal ini tidak perlu dikawatirkan. Biasanya, dokter, bidan, atau perawat akan memberitahu sebelum imunisasi bahwa vaksin yang disuntikkan akan menimbulkan demam dalam waktu 24 jam setelah vaksinasi hingga 2 hari setelahnya. Ibu bisa memberikan parasetamol sesuai dosis yang dianjurkan dokter jika suhu tubuh mencapai 39 derajat Celcius. Jika suhu tubuh anak di bawah itu namun anak terlihat tidak nyaman dan rewel, parasetamol boleh saja diberikan asalkan tidak melebihi dosis yang dianjurkan. 

    Kapan demam harus diperiksakan ke dokter? 

    Yaitu ketika tiga hari setelah vaksinasi, demam tidak kunjung reda atau demam kembali lagi setelah 24 jam tidak demam. Ibu harus segera ke dokter jika demam mencapai 40 derajat Celcius, khususnya pada bayi berusia di bawah 3 bulan, disertai tangisan melengking selama lebih dari satu jam atau ketika bayi menangis nonstop selama tiga jam.

  2. Infeksi saluran pernapasan (respiratory tract infections)

    Beberapa jenis infeksi saluran pernapasan yang dapat menjadi penyebab demam pada anak adalah bronkiolitis, croup, dan wooping cough. Seperti yang Ibu pernah pelajari di bangku sekolah, saluran pernapasan manusia terdiri dari banyak bagian, mulai dari hidung, tenggorokan, kemudian bercabang menjadi dua yaitu brokus, bronkiolus, dan cabang terkecil adalah alveolus. 

    Bronkiolitis adalah infeksi yang terjadi pada bronkiolus yang tertutup lendir sehingga menghalangi jalan nafas. Bronkiolus pun bengkak dan infeksi, inilah yang kemudian menjadi penyebab demam pada anak. Selain demam, gejala lain yang menyertai adalah pilek dan batuk kering.

    Croup ditandai oleh munculnya batuk parau hingga suara serak dan terkadang sulit bernafas. Penyebabnya adalah infeksi yang terjadi pada laring, batang tenggorokan, dan bronkus hingga menyebabkan penyumbatan di saluran pernapasan. Berbeda dengan bronkiolitis, demam pada croup muncul terlebih dahulu sebelum batuk.

    Yang paling berbahaya adalah whooping cough atau batuk rejan, di mana terjadi infeksi bakteri pada paru-paru dan saluran pernapasan. Masa inkubasi bakteri menjadi penyebab demam pada anak, disertai gejala flu dan rentan menular. Saat flu mereda, muncullah batuk rejan yang diawali dengan tarikan napas panjang berbunyi whoop. Batuk rejan pada bayi dan anak dapat menyebabkan muntah, kelelahan, kejang, hingga pneumonia.

  3. Tonsilitis

    Tonsilitis juga dikenal dengan radang amandel, yaitu kondisi di mana tonsil (dua kelenjar kecil di tenggorokan) mengalami peradangan. Hal ini dapat menjadi penyebab demam pada anak. Biasanya, tonsil tampak bengkak dan berwarna kemerahan dengan gejala lain penyerta seperti:

    • Sakit saat menelan

    • Demam di atas 38 derajat Celcius

    • Gejala flu yang disertai batuk, pusing, dan lebih lelah dari biasanya

    • Napas berbau

    Radang amandel ini akan mereda dalam seminggu. Namun, jika dalam 3-4 hari demam tidak mereda, Ibu bisa memeriksakan anak ke dokter.

  4. Infeksi saluran kencing

    Penyebab demam pada anak yang terkadang tidak disadari oleh para ibu adalah infeksi saluran kencing, khususnya jika terjadi pada bayi. Infeksi saluran kencing terjadi jika ada bakteri yang masuk ke dalam uretra (saluran yang menghubungkan lubang kencing dengan kandung kemih) yang berasal dari kulit sekitar kemaluan dan anus bayi. Bakteri inilah yang menyebabkan peradangan dan menjadi penyebab demam pada anak.

    Pada bayi, gejalanya meliputi demam, lesu dan mengantuk, muntah, darah pada urine, dan berat badan sulit naik. Pada anak, timbul rasa sakit saat berkemih yang bisa membuat anak menahan kencingnya. Untuk memastikan anak terkena infeksi saluran kencing atau tidak, dokter biasanya akan memeriksa sampel urin untuk mencari ada tidaknya bakteri.

  5. Fimosis

    Pada bayi laki-laki, fimosis adalah kondisi di mana kulup menempel pada kepala penis atau terjadinya penyempitan di ujung kulit kepala penis sehingga sulit ditarik ke belakang. Fimosis dapat menjadi penyebab demam pada anak karena sisa urine dan kotoran yang terperangkap di balik kulit kepala penis dapat memicu pertumbuhan bakteri dan menyebabkan infeksi. Jika bayi demam, namun tidak ada gejala batuk pilek, Ibu bisa mengamati pola berkemihnya. Apabila frekuensinya berkurang, mengejan saat buang air kecil, urine keluar tersendat, bisa jadi bayi mengalami fimosis. Agar lebih mudah diamati, usahakan bayi menggunakan popok kain, bukan pospak. 

  6. Infeksi telinga

    Infeksi telinga dapat menjadi penyebab demam pada anak yang awalnya terkena batuk pilek. Pada bayi, terjadinya infeksi telinga dapat diketahui dari gerakan menarik/menggosok telinga secara berulang, menangis, tidak dapat beristirahat dengan baik. Bayi bisa saja tidak mau menyusu karena infeksi telinga juga dapat menyebabkan sakit saat menelan. Infeksi telinga dapat disebabkan oleh timbunan lendir saat batuk pilek, atau sakit telinga saat tumbuh gigi.

  7. Penyakit tifus

    Penyakit tifus merupakan salah satu penyebab demam pada anak yang disebabkan oleh bakteri berbentuk batang bernama Salmonella typhi. Bakteri ini menyebar dalam lingkungan yang kurang higienis melalui kontaminasi bakteri yang ada di urine/tinja pada makanan. Setelah tertelan, bakteri membutuhkan waktu inkubasi selama 5-21 hari hingga kemudian anak mengalami demam, lemas, sakit perut, dan pusing. Pada orang dewasa, bakteri Salmonella typhi dapat menyebabkan konstipasi, sementara kontaminasi pada anak dapat menyebabkan diare.

    Demam tifoid umumnya terjadi pada anak usia 5 tahun ke atas hingga orang dewasa berusia 25 tahun.  Jika tidak segera ditangani, 1 dari 5 orang penderita tifus bisa meninggal dunia. Namun, penanganan yang tepat pada demam tifoid dapat meredakan gejala dalam 3-5 hari. 

  8. Demam Berdarah Dengue

    Selain tifus, penyebab demam pada anak yang terkadang membuat orangtua waswas adalah infeksi virus dengue yang akhirnya menjadi Demam Berdarah Dengue. Gejalanya meliputi:

    • Demam selama 3 hari

    • Tidak disertai batuk pilek

    • Pada sebagian anak, muncul bintik merah di beberapa bagian tubuh

    • Anak lemas, tidak mau makan minum

    • Mual, muntah, diare (tidak selalu muncul)

    Setelah fase demam usai, terjadi fase kritis yang ditandai dengan turunnya demam pada hari ketiga hingga kelima. Kebocoran plasma darah terjadi pada fase ini sehingga anak harus dirawat di RS. Pemulihan terjadi pada hari kelima hingga ketujuh.

  9. Roseola

    Penyebab demam pada anak ini disertai dengan ruam kulit setelah demam mereda. Saat anak demam, tidak disertai batuk pilek. Hanya saja, ia tampak lemas. Saat demam turun, anak kembali segar seiring dengan ruam kemerahan yang menyebar di sekujur tubuh. Penyakit ini dikenal dengan nama Roseola, yang disebabkan oleh infeksi Human Herpesvirus 6 dan 7. Di beberapa daerah, Roseola dikenal dengan sebutan gabagen atau tampek. Roseola tidak berbahaya, ruam kulitnya pun akan menghilang tanpa meninggalkan bekas.

  10. Flu 

    Flu memiliki gejala yang mirip dengan pilek pada umumnya. Hanya saja flu menyebabkan demam pada anak hingga suhu 38 derajat Celcius atau lebih secara tiba-tiba. Sementara itu, pilek biasanya datang perlahan disertai batuk, baru kemudian menyebabkan kenaikan suhu tubuh. Gejala flu biasanya berlangsung lebih lama, meliputi rasa lemas, tidak nafsu makan, sakit tenggorokan, dan menggigil. Pada bayi flu dapat disertai muntah dan diare. Biasanya, gejala muncul 2-3 hari setelah tubuh terinfeksi virus dan akan membaik dalam waktu seminggu.

    Perlukah memberikan obat-obatan?

    Flu disebabkan oleh virus, jadi tidak ada manfaatnya menggunakan antibiotik. Selain itu, obat flu juga tidak direkomendasikan untuk anak berusia di bawah 6 tahun meskipun obat seperti ini banyak dijual bebas. Madu diperbolehkan selama usia anak sudah di atas satu tahun.

Demam atau bukan?

Kenaikan suhu tubuh tidak selalu dapat diartikan sebagai demam lho, Bu. Jika termometer diletakkan di ketiak, maka suhu 37,2 derajat Celcius atau lebih sudah dapat diartikan sebagai demam. Jika termometer diletakkan di mulut, demam adalah ketika suhu tubuh mencapai 37,8 derajat Celcius ke atas.  Sementara itu, pengukuran suhu di dahi, telinga, dan rektum/dubur mengindikasikan demam pada suhu 38 derajat Celcius atau lebih. Karena itu, untuk memastikan anak mengalami demam atau tidak, Ibu harus menggunakan termometer, bukan telapak tangan. Suhu tubuh normal anak berkisar antara 36,4 hingga 37,5 derajat Celcius.

Mengapa bisa terjadi demam?

Dalam buku Orangtua Cermat Anak Sehat karangan dr. Arifianto, Sp.A dijelaskan bahwa organ tubuh yang mengatur terjadinya demam adalah hipotalamus. Hipotalamus dapat diibaratkan sebagai termostat, alias penjaga suhu tubuh di otak agar tetap berada pada kisaran normal, yaitu 37 derajat Celcius. Demam terjadi jika termostat ini terpapar zat tertentu seperti saat terjadi infeksi, namun kenaikan suhu tubuh tidak akan melebihi 41 derajat Celcius. 

Penanganan Demam Pada Anak

Mengingat demam hanyalah sinyal tubuh ketika terjadi infeksi atau peradangan, maka demam tidak perlu diobati. Pemberian obat penurun panas seperti parasetamol sebenarnya tidak bertujuan untuk menghilangkan demam, namun untuk mengurangi rasa tidak nyaman yang dialami anak saat demam tersebut berlangsung. Jika anak masih dapat beraktivitas seperti biasa meskipun tubuhnya demam, Ibu tidak perlu memberikan obat apapun. Namun, untuk menurunkan suhu tubuh anak agar tidak menjadi rewel, Ibu bisa melakukan cara alami seperti:

  1. Mengompres tubuhnya dengan air hangat
    Banyak terjadi kesalahan mengompres, misalnya menggunakan air es dan meletakkan kain kompres di dahi. Sebenarnya, lokasi yang paling efektif untuk mengompres adalah pada leher, ketiak, dan selangkangan dengan menggunakan air hangat agar termostat di bagian otak menurunkan suhu tubuh. 

  2. Memberi minum yang banyak
    Menjaga kecukupan asupan cairan anak berfungsi untuk mencegah terjadinya dehidrasi akibat menguapnya cairan tubuh seiring dengan naiknya suhu tubuh. Minum air putih, susu, sari buah, larutan elektrolit jika diperlukan, sedikit namun sering akan menjaga tubuh tetap terhidrasi.

  3. Mengenakan pakaian yang tepat
    Terkadang, menyelimuti anak dan memberinya pakaian hangat membuatnya berkeringat sehingga suhu tubuhnya turun. Padahal, pakaian tersebut malah membuat panas tubuh sulit keluar. Maka, pakaian yang lebih tepat digunakan saat demam adalah pakaian yang nyaman, menyerap keringat, dan cukup tipis agar sirkulasi udaranya baik. Namun, jika demam disertai menggigil, Ibu boleh menyelimuti si kecil agar nyaman.

  4. Banyak beristirahat
    Selain memberikan kesempatan tubuh untuk menggunakan energi yang ada untuk melawan kuman, banyak mengistirahatkan anak juga akan mempermudah Ibu untuk mengukur suhu tubuh dengan akurat. Jika ia ingin bermain, batasi pada permainan yang tidak  meningkatkan suhu tubuhnya seperti berlari.

Jika harus diobati…

Pastikan Ibu menggunakan dosis yang tepat. Obat yang paling umum digunakan di Indonesia adalah parasetamol, dengan dosis 10-15 mg per kilogram berat badan setiap kali minum. Misalnya, jika anak beratnya 8 kg, berarti anak membutuhkan 8x10 hingga 8x15 atau 80-120 mg per pemberian. Hati-hati, parasetamol sirup dan tetes (drops) berbeda konsentrasinya, ya. Berikan parasetamol setiap 6-8 jam sekali. Sebaiknya, konsultasikan terlebih dahulu ke dokter sebelum memberi parasetamol untuk anak berusia kurang dari dua tahun karena obat harus diberikan dengan mempertimbangkan derajat demamnya, dosis, merk, postur tubuh, serta riwayat penyakit.

Bagaimana penanganan demam pada bayi usia 0-6 bulan?

Khusus untuk bayi di bawah usia 6 bulan, demam tinggi merupakan hal tidak wajar. Karena itu, Ibu harus segera memeriksakan si kecil ke dokter jika bayi di bawah 3 bulan suhu tubuhnya mencapai 38 derajat celcius, dan bayi berusia 3-6 bulan suhu tubuhnya mencapai 39 derajat celcius atau lebih. 

Namun, jika bayi Ibu demam di bawah suhu tersebut, alias demam ringan, ibu bisa menyusui bayi sesering yang bayi mau, memakaikan pakaian yang memiliki sirkulasi udara yang baik, mengompres anak, atau merendam anak di dalam ember mandi berisi air hangat sembari menyeka seluruh bagian tubuhnya dengan air hangat. Jika bayi terlihat sangat rewel dan tidak nyaman, Ibu bisa memberikan parasetamol khusus bayi tanpa harus periksa ke dokter, dengan catatan hal tersebut bukan untuk pertama kalinya. 

Jika demam bertahan sampai dua hari, disertai gejala lain seperti tidak buang air kecil dalam jangka waktu lama, mulut dan lidah kering, timbul bercak merah keunguan, dan sulit menyusu, situs WebMD menyarankan untuk segera membawa si kecil ke dokter.

(Menur)

Follow Ibupedia Instagram