13 Pertanyaan Penting Seputar Nebulizer untuk Anak
Pilek dan batuk adalah salah satu penyakit yang umum diderita oleh anak-anak. Meskipun tidak berbahaya dan dapat sembuh dengan sendirinya, pilek dan batuk yang tidak kunjung sembuh sering membuat orang tua khawatir. Apalagi, anak usia balita masih belum dapat membuang ingus sendiri sehingga lendir yang mengisi saluran pernapasan rentan menyebabkan sesak napas. Ini yang menyebabkan terapi inhalasi atau penggunaan nebulizer untuk anak semakin umum dilakukan. Berikut adalah pertanyaan penting seputar nebulizer yang wajib Ibu ketahui.
Apa itu terapi inhalasi?
Terapi inhalasi adalah pemberian obat langsung ke dalam saluran napas melalui sejumlah alat seperti inhaler dosis terukur (MDI/metered dose inhaler), MDI dengan spacer, rotahaler, diskhaler, nebuhaler, serta nebulizer. Obat ini berbentuk aerosol atau partikel berukuran lebih kecil dari 5 mikrometer yang terdapat dalam gas. Dengan karakter demikian, terapi inhalasi memiliki banyak kelebihan yaitu dosis kecil, kerja cepat, bekerja langsung pada saluran napas, efek samping minimal. Satu kali semprot obat inhalasi, dosisnya 40x lebih kecil daripada obat oral (minum) dengan efektivitas yang sama untuk melebarkan jalan napas.
Siapakah yang membutuhkan terapi inhalasi?
Sebenarnya, terapi inhalasi ditujukan untuk penderita asma. Penyakit asma terjadi karena adanya penyempitan dan peradangan saluran pernapasan sehingga penderita sulit bernapas (sesak napas). Penderita asma memiliki saluran pernapasan yang lebih sensitif di mana faktor pemicu seperti debu, asap rokok, suhu dingin, bulu binatang, aktivitas fisik, virus, dan zat kimia bisa membuat saluran pernapasan kaku (menyempit). Jika asma kambuh, maka penderita asma bisa menggunakan inhaler yang berbentuk seperti tabung kecil yang mudah dibawa-bawa. Pada anak-anak, nebulizer lebih mudah digunakan meskipun alatnya lebih besar daripada inhaler.
Bagaimana cara kerja nebulizer?
Nebulizer merupakan sebuah mesin yang berfungsi untuk mengubah obat cair menjadi uap sehingga lebih mudah dihirup ke dalam paru-paru. Obat cair dituangkan ke dalam wadah kecil yang terhubung ke mesin/kompresor melalui selang. Obat yang sudah berubah menjadi uap akan keluar dari wadah kecil tersebut, yang biasanya dihubungkan ke hidung anak menggunakan bantuan masker. Nebulizer untuk anak terbukti lebih efektif dibandingkan inhaler karena partikel yang dihasilkan lebih kecil sehingga lebih mudah masuk ke saluran pernapasan.
Apakah nebulizer hanya digunakan untuk mengobati asma?
Tidak. Selain untuk mengobati asma, nebulizer juga dapat digunakan untuk meredakan gejala alergi, penyakit paru obstruksi kronis, pneumonia, bronkiolitis, sinusitis, bronkiektasis, maupun cystic fibrosis.
Anak saya batuk pilek, perlukah menggunakan nebulizer?
Menurut dr. Arifianto Riyanto, Sp.A, nebulizer untuk anak tidak diperlukan pada kasus selesma (common cold) ataupun influenza, begitu juga dengan obat pilek/hidung mampet, obat batuk, antibiotik, vitamin C dosis tinggi, maupun antivirus. Batuk pilek yang biasa diderita anak merupakan selesma, jika disertai demam dan lemah bisa dikategorikan ke dalam influenza, dan keduanya akan sembuh dengan sendirinya. Istirahat, banyak minum, dan minum parasetamol jika anak terlihat tidak nyaman merupakan penanganan yang tepat pada batuk pilek. Sebagai informasi tambahan, anak-anak bisa mengalami 12 kali selesma atau influenza dalam setahun dan itu wajar mengingat ada banyak sekali virus di sekitar kita.
Mengapa nebulizer untuk anak yang batuk pilek tidak efektif?
Sejauh ini, nebulizer untuk anak yang mengalami batuk pilek biasa terbukti tidak memberikan efek signifikan karena:
Anak yang mengalami pilek mengalami gangguan di saluran pernapasan atas, sementara nebulizer ditujukan untuk melegakan saluran pernapasan di dalam bronkus yang berada di dalam paru-paru (saluran pernapasan bawah). Untuk gangguan hidung mampet, nasal spray atau tetesan minyak kayu putih di air panas lebih tepat digunakan.
Obat yang digunakan untuk nebulizer sejauh ini hanya obat asma, sehingga kurang tepat jika digunakan untuk batuk pilek biasa atau mengurangi gejala hidung tersumbat.
Jadi, jika dokter menyarankan nebulizer untuk anak Ibu yang batuk pilek biasa, tanyakan diagnosisnya untuk mengetahui perlu tidaknya penggunaan nebulizer.
Jika batuk tak kunjung sembuh, apakah penggunaan nebulizer untuk anak diperbolehkan?
Batuk pada anak yang tidak kunjung sembuh bisa dicari terlebih dahulu penyebabnya. Jadi, batuk bukanlah sebuah penyakit, namun gejala dari sebuah penyakit sebagai reaksi dari adanya gangguan pada tenggorokan maupun paru-paru. Berikut ini adalah penyakit (selain asma) yang kemunculannya ditandai dengan munculnya batuk, yaitu alergi, bronkitis (atau bronkiolitis pada anak), pneumonia, sinusitis, terpaan asap, iritasi paru, krup (batuk menggonggong), naiknya asam lambung, penyakit paru obstruktif kronis, dan penyakit jantung.
Jika dokter menemukan bahwa batuk anak Ibu disebabkan oleh penyakit di atas, penggunaan nebulizer untuk anak diperbolehkan. Selesma berkepanjangan juga dapat menimbulkan komplikasi dan gangguan pada saluran napas yang dapat diredakan dengan bantuan nebulizer. Dalam kasus ini, nebulizer bertugas melonggarkan saluran napas, meredakan peradangan, serta mengencerkan dahak. Setelah penggunaan, keluhan seperti napas pendek-pendek, nyeri dada, batuk, maupun napas berbunyi (wheezing) akan menghilang. Namun, perlu diingat bahwa nebulizer bukan satu-satunya obat yang bisa meredakan batuk. Kombinasi dengan obat lain mungkin diperlukan, khususnya pada batuk yang sudah akut.
Apa saja obat yang bisa digunakan pada nebulizer untuk anak?
Ibu bisa bertanya pada dokter mengenai jenis obat yang diberikan pada anak saat diminta melakukan inhalasi, beserta dosisnya. Terkadang, dokter memberikan surat keterangan untuk melakukan inhalasi ulang jika gejala yang dialami anak belum membaik. Beberapa jenis obat yang digunakan bisa digunakan pada nebulizer adalah:
bronkodilator untuk melonggarkan jalan napas (merilekskan otot bronkus);
kortikosteroid untuk mengobati radang pada asma;
antibiotik untuk mengobati infeksi bakteri; dan
pengencer dahak, biasa digunakan untuk penderita cystic fibrosis.
Bagaimana cara menggunakan nebulizer untuk anak?
Nebulizer untuk anak yang digunakan di rumah sakit biasanya terdiri dari mesin, selang elastis, tangki kecil untuk menuang obat yang terhubung dengan masker untuk memudahkan anak atau bayi menghirup uap. Ibu hanya perlu mengikuti arahan dokter atau perawat. Biasanya, perawat akan menyiapkan mesin, merangkai selang, wadah obat, dan masker, kemudian menuangkan obat pada wadah. Bayi atau balita yang masih belum bisa duduk sendiri harus digendong atau dipangku orang tua dengan posisi menghadap ke depan dan badan tegak. Setelah masker dipasang pada hidung anak, baik dengan cara dipegangi oleh orang tua maupun dipasang menggunakan karet di kepala, tombol mesin baru kemudian dinyalakan.
Terapi dengan nebulizer biasanya berlangsung selama 15 menit hingga obat habis. Mengingat mesin tidak mati secara otomatis, Ibu bisa mengetahui apakah obat sudah habis ketika uap sudah tidak muncul lagi dari masker dan cairan di dalam wadah hanya tinggal tetesan seperti embun. Menjelang habisnya obat, wadah obat harus benar-benar tegak agar cairan yang tersisa bisa menguap sempurna. Terkadang, posisi anak yang makin lama makin tersandar membuat masker semakin miring sehingga perlu diatur ulang posisinya.
Adakah tips untuk membuat anak berani menggunakan nebulizer?
Tidak semua anak dapat bersikap kooperatif saat menggunakan nebulizer. Bunyi mesin nebulizer yang cukup keras biasanya membuat anak takut dan berontak ketika masker akan dipasang. Jika bujukan dan penjelasan tidak mempan, Ibu bisa mengalihkan perhatiannya dengan mainan, buku, atau menonton video favoritnya di gadget sambil melakukan terapi nebulizer. Beberapa anak harus dipegangi tubuh, tangan, dan kepalanya oleh orang tua dan perawat agar uap dapat terhirup oleh anak meskipun anak tantrum. Selain itu, mesin bisa diletakkan di permukaan yang empuk untuk meredam getaran dan suara nyaring yang membuat anak tidak nyaman.
Jika Ibu memiliki aturan penggunaan gadget yang ketat, langkah dari Aeroflow Healthcare berikut bisa dicoba:
Lakukan role play, seolah-olah anak adalah astoronot, superhero, atau pemadam kebakaran yang sedang beraksi saat menggunakan masker nebulizer.
Pada anak yang lebih kecil, beli ekstra masker dan selang yang dapat digunakan oleh ayah, ibu, atau kakak saat anak melakukan inhalasi. Dengan demikian, anak merasa senang karena ia tidak melakukannya sendiri.
Menghias nebulizer dengan stiker, memberinya nama, dan meletakkannya di tempat khusus sesuai dengan karakter yang diberikan.
Bagi anak yang harus melakukan terapi inhalasi rutin, buat jadwal dengan alarm atau di kertas yang ditempel di tembok.
Ibu bisa memilih trik di atas sesuai usia anak dan kondisi yang berlangsung saat itu. Yang pasti, dibutuhkan kesabaran mengingat anak sedang dalam kondisi sakit/tidak nyaman.
Jika nebulizer untuk anak digunakan di rumah, apa yang harus diperhatikan?
Pada anak dengan riwayat penyakit asma, memiliki nebulizer di rumah akan memudahkan proses inhalasi tanpa harus mengantre di rumah sakit. Atmosfer rumah tentu lebih familiar bagi anak sehingga memudahkan proses inhalasi. Jika menggunakan mesin nebulizer pribadi, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu:
cuci bersih tangan sebelum menyiapkan peralatan nebulizer,
baca aturan pakai yang tertera pada kotak obat atau sesuai dengan anjuran dokter,
minta bantuan suami atau anggota keluarga lain jika anak berpotensi rewel,
sediakan penyangga untuk meletakkan masker dan wadah untuk sementara jika Ibu harus melakukan nebulizer untuk anak tanpa bantuan, mengingat obat bisa tumpah jika wadah diletakkan dalam posisi tidur, dan
segera bersihkan nebulizer untuk menghindari timbulnya bakteri.
Bagaimana cara membersihkan nebulizer yang benar?
Meskipun mencuci bagian-bagian nebulizer tidaklah susah, namun terdapat sejumlah langkah standar yang harus dilakukan. Tujuannya, agar alat-alat nebulizer bebas virus dan bakteri serta lebih awet usianya. Langkah pembersihan nebulizer dari organisasi nonprofit Breathe Pennsylvania berikut bisa Ibu jadikan panduan.
Pisahkan setiap bagian nebulizer, yaitu mesin/kompresor udara, selang, wadah/tangki obat filter udara, masker, dan mouthpiece (bagian seperti sedotan besar). Tangki obat terdiri dari wadah utama, vaporizer head, serta bagian tutup yang terhubung dengan masker. Lepas semuanya.
Siapkan baskom berisi air hangat yang diberi sabun, rendam semua bagian tangki obat, masker, dan mouthpiece selama 10 menit.
Selang tidak perlu dicuci mengingat tidak ada cairan yang lewat di dalamnya. Jika ada sedikit tetesan air di bagian ujung, Ibu bisa membersihkannya dengan cara menghubungkannya ke mesin yang menyala. Udara dari mesin akan membantu menghilangkan air yang tertinggal.
Setelah 10 menit, bersihkan bagian-bagian tadi dengan tangan lalu pindahkan ke dalam baskom berisi air bersih untuk membilasnya.
Setelah dibilas, tiriskan di atas tisu atau paper towel (sejenis tisu dapur dengan bahan lebih tebal dan kaku) hingga kering. Jangan dilap dengan kain karena serat kain bisa tertinggal pada alat.
Setelah kering, masukkan ke dalam wadah tertutup seperti plastik ziplock.
Untuk mesin, Ibu bisa menggunakan lap kering atau tisu basah antiseptik untuk membersihkan bagian permukaannya.
Untuk perawatan berkala, Ibu bisa merendam alat-alat nebulizer (kecuali masker) ke dalam baskom yang berisi 3 gelas air panas yang telah dicampur satu sendok makan cuka putih. Biarkan selama satu jam, lalu tiriskan hingga kering.
Untuk memastikan alat-alat telah kering sempurna, rangkai kembali semua alat lalu nyalakan mesin. Udara yang keluar dari mesin nebulizer akan membantu menguapkan tetes air yang tertinggal.
Nebulizer untuk anak yang terawat dengan baik dapat bertahan antara 4-6 bulan, khususnya jika digunakan secara rutin. Jika tidak, alat-alat tersebut dapat bertahan lebih lama. Salah satu indikator bahwa alat (selain mesin) sudah harus diganti adalah ketika uap yang muncul sudah tidak lagi sama dengan saat pemakaian pertama.
Jika harus membeli nebulizer sendiri, apa yang perlu diperhatikan?
Kemajuan teknologi membuat mesin nebulizer semakin kecil dan ringan. Ada beberapa jenis nebulizer untuk anak yang bisa ibu pilih.
Pertama, nebulizer kompresor. Nebulizer tipe ini paling umum ditemui. Sumber dayanya berasal dari listrik yang membantu kompresor menghasilkan gas tekanan tinggi sehingga dapat mengubah cairan menjadi uap air. Kekurangannya adalah suara yang ditimbulkan cukup nyaring dan harus terhubung ke sumber listrik. Harga nebulizer kompresor berkisar antara 400-600 ribu.
Kedua, nebulizer ultrasonik. Nebulizer tipe ini menggunakan getaran ultrasonik frekuensi tinggi yang menggetarkan elemen hingga mengubah cairan obat menjadi uap. Kelebihannya yaitu ringan, bisa dibawa-bawa (portable), bekerja lebih cepat, dan tidak berisik. Kekurangannya, nebulizer ini kurang efisien mengubah cairan yang kental. Selain menggunakan batere, nebulizer ultrasonik juga tersedia dalam bentuk rechargeable/isi ulang. Harga bervariasi tergantung merk dan ukuran, mulai dari 350 ribu hingga 1,5 juta rupiah.
Dengan dua pilihan tersebut serta berbagai merk yang beredar di pasaran, Ibu tetap harus menyesuaikan jenis nebulizer dengan kebutuhan anak. Untuk terapi rutin, Ibu bisa membeli nebulizer kompresor biasa yang harganya lebih ekonomis. Untuk anak atau bayi yang sangat sensitif pada suara bising, nebulizer ultrasonik mungkin bisa jadi pilihan. Selain itu, jenis obat juga menentukan jenis nebulizer untuk anak yang sesuai. Beberapa penyakit membutuhkan partikel uap yang lebih besar, namun ada juga yang memerlukan partikel kecil. Untuk ini, konsultasi pada dokter adalah langkah terbaik.
Kini, Ibu bisa lebih bijak dalam menggunakan nebulizer untuk anak. Selalu tanyakan diagnosis pada dokter sebelum memutuskan untuk memberikan nebulizer untuk anak, berikut obat dan dosisnya.
(Menur)