Ibupedia

4 Tipe Echolalia pada Anak dan Tips Penanganan yang Tepat

4 Tipe Echolalia pada Anak dan Tips Penanganan yang Tepat
4 Tipe Echolalia pada Anak dan Tips Penanganan yang Tepat

Echolalia (ekolalia) merupakan kondisi di mana anak mengulang kalimat yang ia dengar dari orang lain atau dari rekaman audio dan video favorit. Sebenarnya, echolalia merupakan bagian dari perkembangan otak dalam memproses bahasa. Ini adalah cara normal untuk belajar bahasa.

Menurut Speech and Language Kids, echolalia terbilang normal jika terjadi hanya dalam waktu singkat dan tidak berlanjut. Sayangnya, echolalia yang menetap pada anak merupakan sebuah masalah.

Pada anak yang sehat, echolalia tidak berlanjut jika anak mendapatkan stimulasi dengan kosakata dan kalimat baru untuk berkomunikasi. Sedangkan pada anak yang menderita gangguan bahasa, echolalia tidak akan berubah meski anak diajak berinteraksi dengan normal.

Menurut definisi dari verywellhealth, echolalia merupakan bentuk penuturan yang unik dan mengandung pengulangan yang jelas, baik berupa kata ataupun bunyi. Nah, di situasi tidak normal, echolalia dapat menjadi gejala yang mengarah pada kelainan seperti aphasia, demensia, gegar otak/hilang ingatan, schizophrenia, dan sangat mungkin  mengarah pada autisme.

Selain tampak selalu mengulangi perkataan orang lain atau bunyi-bunyian, gejala yang tampak pada anak yang menderita echolalia adalah rasa frustrasi selama pembicaraan karena belum tentu orang lain yang tengah diajak berbicara mengerti maksudnya.

Di beberapa kondisi, echolalia muncul saat anak merasa tertekan, panik, atau cemas. Tetapi beberapa anak lain mengalaminya sepanjang waktu. Tidak hanya saat cemas. Orang dewasa pun juga bisa mengalami echolalia yang disebabkan oleh trauma kepala seperti gegar otak dan amnesia.

4 Tipe Echolalia pada Anak

Ada beberapa tipe Echolalia. Mengutip dari healthline, echolalia terbagi menjadi 2 jenis, yaitu Interactive Echolalia dan Non-Interactive Echolalia. Sedangkan menurut The Hanen Centre, terbagi menjadi Immediate Echolalia dan Delayed Echolalia. Keempatnya berbeda sesuai momen terjadinya echolalia.

  1. Interactive Echolalia

    Interactive echolalia diucapkan penderitanya untuk merespons atau memulai percakapan dengan orang lain. Seperti saat merespons orang lain bicara (penderita akan mengulang kalimat orang lain, meski ia mengerti maksudnya atau melakukan apa yang diperintahkan padanya), apresiasi terhadap tugas yang telah selesai (penderita bisa memuji dirinya sendiri bahkan tanpa menyelesaikan tugas yang diminta, hanya karena ia sudah biasa mendengar orang lain memujinya setelah melakukan sesuatu), atau memberitahu sesuatu (penderita akan bernyanyi atau mengikuti dialog film kesukaan yang berhubungan dengan waktu makan saat ia ingin minta makan).

  2. Non-interactive Echolalia

    Non-interactive echolalia bukan dikategorikan sebagai bentuk komunikasi penderita dengan orang lain. Tipe ini lebih merujuk pada self-talk yang biasanya diucapkan orang untuk memotivasi diri atau mengingat sesuatu dengan lebih baik.

    Penderita echolalia biasa bergumam sendiri, mengulang kalimat yang ia sering dengar tanpa alasan atau sedang menstimulasi diri meski keadaannya sedang tidak sesuai dengan yang diucapkan. Selain itu, penderita juga bisa mengulang kalimat yang ia biasa dengar di iklan televisi hanya karena melihat iklan tersebut di baliho pinggir jalan.

    Ada pula penderita echolalia yang mengulang kalimat yang akan diucapkan pada orang lain dengan berbisik, sebelum akhirnya dikatakan dengan keras. Situasi ini yang selanjutnya mengarah ke interactive echolalia. 

    Satu lagi situasi yang biasa mencerminkan non-interactive echolalia yaitu panduan untuk dirinya sendiri. Penderita echolalia bisa mengatakan semua langkah-langkah untuk ganti baju, membuat bekal, atau mandi dengan sangat detail.

    Biasanya ini dilakukan pada anak-anak autis yang sudah bisa mandiri melakukan kebiasaan hariannya. Mereka akan berpedoman pada instruksi dan mengulang setiap langkahnya.

    Misalnya: “Aku harus ganti baju. Buka bajuku. Letakkan di keranjang cuci. Buka pintu lemari. Pilih satu baju. Ambil baju yang dipilih. Tutup lemari. Pakai baju.”

  3. Immediate Echolalia

    Immediate echolalia dituturkan langsung setelah penderita mendengar sesuatu, baik kata, kalimat, atau bunyi. Contoh sederhananya saat anak ditanya, “Kamu mau strawberry?” jawaban anak dengan echolalia bukanlah “mau” atau “tidak mau”, melainkan “Kamu mau strawberry.”

    Jawaban ini sebenarnya ingin menunjukkan bahwa anak merespons dengan jawaban “ya”. Tetapi yang diproses oleh otaknya adalah mengulang kalimat yang baru saja diucapkan.

  4. Delayed Echolalia

    Delayed echolalia berlaku jika anak mengulang sebuah kalimat, kata, atau bunyi yang sering ia dengar jauh dari waktu ia mendengarnya langsung. Cuplikan dari film kartun favoritnya bisa anak tuturkan saat tiba-tiba ia berada di situasi serupa.

    Misalnya saat ia tengah diajak bicara oleh seseorang yang memiliki suara mirip tokoh kartun, maka ia akan mengulang salah satu kalimat yang biasa diucapkan tokoh tersebut. Kalimatnya tentu bisa jadi sangat tidak relevan dengan pembicaraan saat itu.

Mengatasi Kondisi Echolalia pada Anak

Bila Ibu menemukan bahwa anak Ibu memiliki gejala echolalia, Ibu masih memiliki peluang untuk memperbaiki perkembangan bahasa anak Ibu. Tentunya dengan kombinasi terapi seperti berikut:

  1. Pengobatan

    Pengobatan dengan obat medis sebenarnya bukan ditujukan untuk echolalianya. Tetapi untuk anti depresi dan mengatasi kecemasan seseorang dengan echolalia. Seperti telah disebutkan sebelumnya bahwa echolalia bisa dipicu lewat perasaan cemas dan panik, maka obat anti depressan yang diresepkan dokter akan membantu mengatasi gejala tersebut. Jika itu telah teratasi, maka echolalia bisa diredam.

  2. Terapi Bicara

    Terapi bicara akan ditempuh anak dengan diagnosis echolalia untuk membantu mengontrol kapan ia seharusnya bicara. Caranya adalah dengan memberi otak waktu untuk menentukan kalimat yang akan dituturkan dan mencegah pengulangan.

    Teknik yang dipakai biasanya adalah teknik cues-pause-point. Terapis akan menanyakan sesuatu, lalu seseorang dengan echolalia diminta untuk diam sejenak, sambil memegang tanda (bisa berupa kartu) sebagai jawaban yang benar.

  3. Perawatan di Rumah

    Terapi dan pengobatan bersama tenaga kesehatan ahli memang perlu dilakukan. Tetapi, saat penderita echolalia kembali ke rumah, sebaiknya tetap dilakukan perawatan lanjutan oleh anggota keluarga di rumah.

    Teknik dan terapi yang dilakukan bersama ahli bisa diulang kembali di rumah, atau orangtua yang mendampingi bisa mencari secara daring materi pelatihan yang bisa dilakukan di rumah.

Tips Memperbaiki Kalimat Jika Si Kecil Mengalami Echolalia

Ada cara mudah untuk memperbaiki kalimat yang tidak tepat penggunaannya oleh penderita echolalia. Berikut beberapa di antaranya:

  1. Echolalia untuk Permintaan

    Biasanya, anak dengan echolalia akan mengulang sebuah pertanyaan jika menginginkan sesuatu. Contohnya: “Apa kamu mau makan siang?” diucapkan karena anak ingin makan siang. Bagaimana sebaiknya respons orang tua?

    Anak        : Apa kamu mau makan siang?

    Orang tua: Tidak. Ibu tidak mau makan siang.

    Anak        : Apa kamu mau makan siang?

    Orang tua: Tidak. Ibu tidak mau makan siang. Tapi kamu mau makan siang. Katakan, “Aku mau makan siang.”

    Cara ini bisa diulang sampai anak bisa mengulang dengan tepat. Jika beberapa kali pengulangan tapi anak belum bisa dan mulai cranky, orangtua bisa menyudahi percakapan dan mengambilkan apa yang diminta. Coba kembali pada percakapan berikutnya. 

  2. Echolalia untuk Pertanyaan

    Pada bentuk pertanyaan, anak dengan echolalia kesulitan menjawab dengan tepat. Mereka hanya mengulang pertanyaan yang dituturkan lawan bicara. Cobalah cara ini:

    Ibu        : Apa kamu mau kue cokelat?

    Anak     : Apa kamu mau kue cokelat?

    Ibu        : Tidak. Apa kamu mau kue cokelat? (bisa sambil menunjuk anak). Ya.

    Anak     : …..

    Ibu        : Apa kamu mau kue cokelat? Ya.

    Anak     : Ya.

    Ibu        : Apa kamu mau kue cokelat? Yyy….. (sebutkan huruf awal jawabannya saja, bukan kata lengkapnya).

    Anak     : Ya.

    Ibu        : Apa kamu mau kue cokelat? (Gerakkan mulut seperti mengucap kata ‘ya’ tanpa suara?).

    Anak     : Ya.

    Jika anak tidak langsung bisa merespons seperti saat dicontohkan, tidak perlu sedih ya, bu. Bisa dicoba lagi di lain waktu.

  3. Echolalia untuk Pujian

    Anak dengan echolalia bisa mengulang pujian yang biasa ia dengar saat selesai melakukan sesuatu atau menjawab dengan benar. Seperti berikut:

    Ibu        : Apa kamu sudah selesai makan?

    Anak     : Makanan habis. Kamu hebat.

    Ibu        : Kamu sudah selesai makan dan makananmu habis.

    Ibu bisa memilih menggunakan kalimat pujian lain, atau meniadakan kalimat pujian agar anak menjawab dengan tepat.

  4. Echolalia untuk Stimulasi Diri

    Pada beberapa kasus, stimulasi diri memang baik. Tetapi mayoritas tidak baik bagi penderita echolalia. Karena mereka memilih untuk mengatakan sesuatu berulang kali untuk meredakan kecemasan, fokus akan berubah.

    Cara yang bisa dilakukan adalah meminta anak fokus dan tenangkan diri dahulu. Jika anak tidak sadar sedang mengulang perkataan, Ibu juga bisa menerapkan ‘waktu untuk diam’ sebagai alarm bagi anak.

Semua cara untuk beradaptasi dengan anak penderita echolalia tidak bisa dikuasai dalam satu malam. Butuh proses yang mungkin tidak sebentar. Kunci bagi orang tua adalah tidak menyerah dan tetap sabar menjalani prosesnya. 

(Dwi Ratih)

Follow Ibupedia Instagram