5 Anjuran IDAI untuk Mencegah Covid-19 Pada Anak
Masyarakat dunia masih diselimuti rasa was-was karena pandemi Covid-19 belum terlihat tanda kapan akan berakhir. Di beberapa negara yang telah mengalami penurunan jumlah pasien terinfeksi, justru tengah menghadapi gelombang kedua wabah virus corona setelah melonggarkan kebijakan lockdown dan social distancing.
Di Indonesia, kebijakan pelonggaran Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) pun telah dilakukan di beberapa kota. Namun, apakah masyarakat, dewasa maupun anak-anak, sudah siap menjalani kenormalan baru atau “new normal”?
Berbagai aturan dengan protokol kesehatan ketat dirancang untuk penggunaan transportasi umum, perkantoran, pasar, hingga sekolah-sekolah. Akan tetapi, kebijakan pelonggaran masa PSBB ini rupanya menuai kekhawatiran bagi Ikatan Dokter Anak Indonesia. Sebelumnya, dikemukakan bahwa anak-anak termasuk dalam kasus dengan risiko terinfeksi yang kecil dan sekalipun terinfeksi gejalanya terbilang ringan.
Seiring bertambahnya jumlah pasien Covid-19 di Indonesia, Ketua Umum IDAI, DR. Dr. Aman B. Pulungan, Sp. A (K) mengusulkan untuk diadakannya deteksi kasus tentang jumlah anak yang terpapar wabah. Deteksi kasus ini dilakukan oleh IDAI dan menghasilkan fakta mengejutkan.
Hingga 18 Mei 2020, ada 3.324 anak berstatus sebagai PDP dan 129 di antaranya meninggal dunia. Selain itu ditemukan 584 anak yang terkonfirmasi positif Covid-19 dan 14 anak meninggal. Dengan data inilah IDAI akhirnya membuat anjuran sementara yang dirasa harus diterapkan segera guna mencegah Covid-19 pada anak. Berikut anjurannya:
Tes Masif Segala Usia, Termasuk Anak
Segala bentuk upaya pencegahan Covid-19 pada masyarakat di segala usia perlu untuk lebih diketatkan, termasuk di antaranya pemeriksaan menggunakan RT-PCR atau reverse transcription polymerase chain reaction paling tidak 30 kali lipat dari jumlah kasus terkonfirmasi positif termasuk pada anak, penelusuran kontak, tindakan karantina, dan isolasi serta pembatasan fisik.
Mengapa bentuk upaya ini perlu dilakukan pada masyarakat di segala usia? Bagaimana anjuran ini akan berguna untuk mencegah Covid-19 pada anak? Ternyata, ada fakta lain yang terungkap.
Dalam bincang langsung via daring di Instagram IDAI, Ketua Satuan Tugas Covid-19 IDAI, Dr. Yogi Prawira, Sp. A(K) menjelaskan bahwa kasus terjangkitnya anak sebanyak 5-10% dari total kasus Covid-19 di Indonesia dan 90% di antaranya tertular virus corona dari rumah. Inilah juga yang mendorong IDAI untuk melakukan deteksi mandiri terhadap angka nyata jumlah kasus pada anak.
Jadi, kemungkinan besar penularan yang dialami anak saat ini bermula dari orangtuanya atau dari orang dewasa di sekitar mereka. Terlebih, anak-anak sudah menjalani School from Home atau Sekolah dari rumah tidak lama setelah kasus COVID-19 di Indonesia terungkap. Sehingga pada dasarnya mobilitas anak-anak di luar rumah tidak sepadat biasanya.
Apalagi penerapan new normal untuk hidup berdampingan bersama virus corona ini mulai diterapkan. Untuk itu, upaya pencegahan yang sudah ada hendaknya lebih diperketat. Selain itu, protokol kesehatan seperti menerapkan cara aman keluar-masuk rumah bagi orangtua maupun orang dewasa yang dekat dengan anak-anak harus benar-benar diperhatikan.
Selain merendam pakaian kerja, mandi dari kepala sampai kaki, serta menyemprot barang bawaan dengan disinfektan begitu tiba di rumah, ada lagi yang seringkali dilupakan, yaitu ponsel dan alas kaki. Ponsel hendaknya dibersihkan dengan sanitizer serbaguna atau kapas beralkohol. Sedangkan alas kaki harus ikut direndam dengan air sabun dan sepatu kerja sebaiknya disemprot dengan disinfektan serta rutin dicuci. Dengan demikian upaya mencegah Covid-19 pada anak bisa optimal.
Tumbuh-Kembang Anak Harus Tetap Dipantau
Penerapan new normal harus disesuaikan dengan kebutuhan anak. Pemantauan perkembangan dan pertumbuhan anak, pelayanan untuk pemenuhan nutrisi kehamilan, pemenuhan nutrisi pertumbuhan dan perkembangan anak, stimulasi deteksi dan identifikasi terhadap adanya hambatan tumbuh kembang anak, perlu untuk kembali dilakukan.
Anjuran ini tidak serta merta dikeluarkan begitu saja. Menghadapi tatanan kehidupan baru diperlukan kesiapan fisik yang prima untuk mencegah Covid-19 pada anak. Pemerintah dan masyarakat harus bahu-membahu menjaga tumbuh-kembang anak-anak di masa pandemi karena kelak merekalah yang akan menjadi generasi penerus bangsa. Maka pemenuhan hak anak berupa jaminan pemenuhan nutrisi seimbang dan pemantauan tumbuh-kembang anak perlu dilakukan agar anak-anak yang sehat bisa tetap sehat, yang sakit bisa dirawat dengan optimal, dan mencegah Covid-19 pada anak yang belum terjangkit.
Dr. Yogi Prawira, Sp. A(K) juga mengungkapkan temuan di lapangan tentang anak-anak yang terpapar Covid-19 ini memiliki tingkat mortalitas virus yang berbeda dibanding orang dewasa. Pada orang dewasa, Covid-19 menyerang sistem metabolik sehingga orang dewasa dengan penyakit jantung koroner, hipertensi dan diabetes mellitus lebih rentan terjangkit dan lebih parah mengalami komplikasi.
Sedangkan pada anak-anak yang lebih rentan adalah mereka dengan kelainan jantung bawaan, stunting dan gizi buruk, pneumonia, diare, dan kanker. Inilah sebabnya, IDAI mengeluarkan anjuran dengan tujuan anak yang sehat tetap sehat dan bisa dioptimalkan kesehatannya tersebut melalui pemantauan tumbuh kembang.
Jangan Tunda Imunisasi
Imunisasi selama pandemi yang awalnya disarankan untuk ditunda, kini dianjurkan untuk dikejar. Imunisasi sebaiknya tepat waktu dilakukan karena Covid-19 bisa menyerang anak dengan penyakit lain. Memberikan imunisasi sesuai jadwal diharapkan dapat meminimalisasi penularan penyakit lain yang juga tak kalah mematikan.
Pemantauan tumbuh-kembang melalui posyandu maupun fasilitas kesehatan lainnya juga dilakukan demi mengidentifikasi adanya gagal tumbuh sekaligus sebagai upaya mencegah Covid-19 pada anak. Tentu saja dalam praktiknya, posyandu dan fasilitas kesehatan terkait harus memperhatikan protokol kesehatan dengan ketat.
Belajar dan Sekolah di Rumah
Kegiatan pendidikan sebaiknya tetap dilakukan di rumah. Anjuran ini disampaikan IDAI sebagai langkah mencegah Covid-19 pada anak namun dengan tidak mengesampingkan hak anak untuk mendapatkan pendidikan yang layak. Hal ini dilakukan mengingat protokol kesehatan belum dapat sepenuhnya diterapkan dengan ketat jika anak-anak harus kembali ke sekolah.
Contoh sederhana adalah guru tentu tidak dapat full memperhatikan setiap anak apakah tidak terus-menerus menyentuh bagian luar maskernya. Belum lagi anak-anak suka berbaur dengan temannya. Maka himbauan physical distancing pun tidak bisa selalu dipatuhi.
IDAI menyarankan agar anak-anak usia pra-sekolah hendaknya belajar di rumah dengan lingkungan yang hangat dan pendidikan dari orangtua atau pendampingnya. Sedangkan untuk tingkat yang lebih tinggi bisa melalui pembelajaran jarak jauh (PJJ).
Tempat penitipan anak juga tidak disarankan untuk beroperasi. Jika pun harus beroperasi, tentu saja dibutuhkan prosedur kesehatan baru yang lebih ketat. Meski di saat tatanan kehidupan baru nanti orangtua sudah mulai bekerja, sebaiknya para orangtua yang bekerja diberi kelonggaran untuk mendampingi putra-putrinya belajar di rumah.
Anjuran IDAI tentang sekolah juga berisikan penundaan pembukaan sekolah setidaknya hingga Desember 2020. Hal ini bertujuan tidak lain untuk mencegah Covid-19 pada anak agar tidak semakin meluas.
Pertimbangan Segi Epidemiologis
Melepas anak kembali ke sekolah menurut IDAI juga perlu memperhatikan segi epidemiologis. Epidemiologi mempelajari tentang pola persebaran virus dan penyakit di semua sektor agar bisa dikontrol. Nah, jika syarat secara epidemiologis untuk membuka sekolah sudah terpenuhi, maka semua pihak harus bekerja sama dengan IDAI cabang di setiap daerah.
Tujuannya tidak lain adalah untuk segera mengecek adanya kasus baru dan bisa dilakukan tindakan jika memang akan terjadi lonjakan kasus kedua. Tentu untuk mencegah Covid-19 pada anak pertimbangan ini tidak boleh dilewatkan. Negara-negara lain yang sempat membuka sekolah kembali telah melalui proses ini dan menerapkan protokol kesehatan yang ketat selama di sekolah. Beberapa negara bahkan terpaksa kembali melakukan PJJ setelah ada lonjakan kasus ketika sekolah beroperasi lagi.
Upaya mencegah Covid-19 pada anak harus gencar dilaksanakan karena seiring bertambahnya waktu, Orang Tanpa Gejala banyak ditemukan. Inilah sebabnya banyak sekali anak yang terpapar Covid-19 dari orang dewasa di sekitarnya yang tidak menunjukkan gejala apa pun.
Selain itu, mencegah Covid-19 pada anak juga bisa dilakukan dengan mengajarkan anak untuk menerapkan pola hidup bersih sehat dengan rajin mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir atau menggunakan hand sanitizer, rutin mengganti masker kain setiap 4 jam, dan menerapkan cara melepas masker dengan benar, agar bagian luar masker tidak tersentuh anak.
Inilah saat yang tepat bagi orangtua untuk mengajarkan cara-cara menjaga kebersihan dan kesehatan supaya terhindar virus. Kebiasaan baik ini nantinya akan bertahan meski pandemi berakhir. Sedangkan dari orangtua sendiri juga sebaiknya memiliki kesadaran untuk meneruskan kebiasaan bersih, terutama yang masih harus bekerja keluar rumah. Hindari bepergian atau nongkrong yang bukan untuk kepentingan mendesak demi melindungi keluarga di rumah dan mencegah Covid-19 pada anak.
Jangan lupa perhatikan detail barang bawaan yang mungkin membawa virus dan tidak disadari dan perkuat imunitas anak dengan memberikan nutrisi bergizi seimbang serta istirahat cukup.
(Dwi Ratih)