Ibupedia

5 Fakta Japanese Encephalitis yang Ditandai dengan Demam pada Anak

5 Fakta Japanese Encephalitis yang Ditandai dengan Demam pada Anak
5 Fakta Japanese Encephalitis yang Ditandai dengan Demam pada Anak

Mengobati panas anak terkadang tidak semudah membeli obat penurun panas di apotek.  Terkadang Ibu harus mengantisipasi hal-hal lain seperti kemungkinan terjangkit virus. Salah satu virus yang perlu Ibu waspadai sebelum mengobati panas anak adalah virus JE atau Japanese Encephalatis. Virus JE merupakan penyebab encephalitis di kawasan Asia dan Pasifik Barat. Risiko JE makin tinggi di Indonesia karena negara ini adalah negara agraris. Penyebaran virus JE melibatkan nyamuk dan hewan vertebrata, terutama babi dan burung. Manusia bisa terinfeksi virus JE ketika digigit nyamuk. Biasanya virus JE berkembang di daerah persawahan, daerah yang banjir, atau ada peternakan babi

Kebanyakan infeksi menyebabkan gejala ringan. Tapi sebagian kecil orang yang terinfeksi virus JE mengalami peradangan pada otak (encephalitis) dengan gejala berupa sakit kepala tiba-tiba, demam tinggi, koma, serta tremor. Sekitar 1 dari 4 kasus berakibat fatal. Tidak ada pengobatan khusus untuk  penyakit JE, selain sikap waspada dan sigap Ibu saat mengobati panas anak. Langkah penanganan JE berupa perlindungan diri dari gigitan nyamuk serta vaksinasi.

Dimana Japanese encephalitis biasa terjadi?

Penyebaran virus JE terjadi di kawasan Asia dan pertama kali ditemukan di Jepang tahun 1871. Itulah kenapa nama penyakit ini mengandung kata Jepang. Japanese encephalitis biasanya terjadi di kawasan pertanian yang banyak area persawahan. Di Indonesia, penularan JE bisa terjadi sepanjang tahun dan memuncak pada musim hujan.

Pencegahan penyakit Japanese encephalitis

Infeksi virus pada otak manusia bisa disebabkan oleh virus JE. Semua orang yang bepergian ke area wabah JE perlu mengambil langkah pencegahan dari gigitan nyamuk untuk menurunkan risiko JE. Vaksin JE bisa menurunkan risiko infeksi pada orang yang bepergian dan berisiko tinggi terjangkit penyakit karena musim, lokasi, durasi, dan aktivitas.

Cara menghindari gigitan nyamuk

  • Gunakan obat anti serangga. Ketika berada di luar ruangan, pastikan Ibu dan si kecil selalu menggunakan obat anti nyamuk atau minyak kayu putih. Berada di luar ruangan dalam waktu singkat tetap berisiko terkena gigitan nyamuk lho, Bu.

  • Kenakan pakaian yang tepat untuk mengurangi gigitan nyamuk. Bila memungkinkan, kenakan baju lengan panjang, celana panjang, dan kaos kaki ketika berada di luar ruangan. Nyamuk tetap bisa menggigit Ibu ketika mengenakan pakaian yang tipis, jadi gunakan anti nyamuk pada baju untuk perlindungan ekstra. Jangan gunakan anti nyamuk yang mengandung permethrin langsung pada kulit.

  • Kurangi paparan nyamuk selama jam puncak gigitan. Nyamuk yang menyebarkan virus JE biasanya berada di luar ruangan selama jam-jam sejuk pada pagi dan sore hari. Kurangi aktivitas luar ruangan di waktu ini. Tetap berada di ruangan ber-AC atau gunakan kelambu.

Gejala dan penanganan penyakit Japanese encephalitis

Kurang dari 1 persen orang yang terinfeksi virus Japanese encephalitis mengalami penyakit klinis. Pada orang yang mengalami penyakit, masa inkubasi (waktu mulai terjadi infeksi sampai penyakit muncul) biasanya 5 sampai 15 hari. Gejala awal berupa demam, sakit kepala, dan muntah. Gejala-gejala di atas mungkin membuat Ibu segera mencari cara mengobati panas anak dengan membeli obat di apotek. Padahal, gejala tersebut masih akan berkembang dan perlu penanganan dokter. Misalnya perubahan kondisi mental, lemah, dan gangguan bergerak bisa terjadi dalam beberapa hari berikutnya. Seizure biasanya juga terjadi pada anak.

Tidak ada penanganan spesifik untuk pasien yang mengidap JE, tapi dibutuhkan perawatan di rumah sakit serta observasi seksama. Penanganan nantinya dilakukan berdasarkan gejala yang muncul. Istirahat, cairan, dan penggunaan pereda sakit untuk mengobati panas anak bisa meredakan beberapa gejala.

Di antara pasien yang terkena Japanese encephalitis, 20 sampai 30 persen mengalami kematian. Meski beberapa gejala membaik setelah penyakit akut, 30 sampai 50 persen terus mengalami gejala neurologis dan kognitif.

Menurunkan risiko terkena gigitan nyamuk yang terinfeksi virus JE

Butuh 5 sampai 15 hari setelah gigitan nyamuk yang terinfeksi untuk menimbulkan gejala. Berikut beberapa cara untuk menurunkan kemungkinan terinfeksi: 

  • Gunakan anti nyamuk atau kenakan celana dan baju lengan panjang

  • Tidur di ruangan ber-AC atau gunakan kelambu

  • Tersedia vaksin untuk virus JE. Bicara pada dokter tentang apakah Ibu maupun buah hati perlu menerima vaksin ini.

Vaksinasi untuk virus JE

Vaksin JE mulai digunakan di tahun 2009 dan diberikan pada orang usia lebih dari 17 tahun. Pada bulan Mei 2013, vaksin ini diberikan pada anak usia 2 bulan sampai 16 tahun.

Vaksin diberikan sebanyak dua kali, dengan jarak 28 hari. Dosis terakhir diberikan setidaknya 1 minggu sebelum bepergian. Untuk orang usia 17 tahun atau lebih, dosis tambahan bisa diberikan bila sebelumnya mereka menerima dua vaksin utama satu tahun atau lebih dan ada risiko infeksi virus JE atau mereka berpotensi terpapar.

Vaksin JE dianjurkan untuk orang yang melakukan perjalanan atau berencana menghabiskan waktu setidaknya 1 bulan di area wabah selama musim penularan virus JE. Vaksin juga diberikan kepada:

  • Orang yang melakukan perjalanan jangka pendek (kurang dari 1 bulan) ke area endemik selama musim penularan bila berencana melakukan perjalanan ke luar area perkotaan dan aktivitasnya meningkatkan risiko terpapar. Aktivitas yang tinggi risiko seperti melakukan kegiatan di luar ruangan seperti berkemah, hiking, bersepeda, memancing, berburu, bertani, dan tinggal menginap tanpa pendingin udara atau kelambu.

  • Orang yang bepergian ke area wabah penyakit JE.

  • Orang yang bepergian ke area endemik yang tidak yakin tujuan spesifik, aktivitas, atau durasinya.

Orang yang tidak boleh menerima vaksin JE, antara lain:

  • Orang yang pernah mengalami alergi parah terhadap dosis vaksin JE yang mengancam keselamatan, tidak boleh menerima dosis berikutnya.

  • Orang yang mengalami alergi terhadap komponen yang ada di vaksin JE tidak boleh menerima vaksin.

  • Beritahu dokter bila anak Ibu memiliki alergi.

  • Wanita hamil tidak boleh menerima vaksin JE.

Bila Ibu akan bepergian kurang dari 30 hari, terutama bila tinggal di area perkotaan, kemungkinan Ibu tidak membutuhkan vaksin.

Risiko reaksi vaksin

Vaksin seperti obat lain, memiliki kemungkinan efek samping. Bila efek samping terjadi, biasanya sifatnya ringan dan hilang dengan sendirinya.

Reaksi ringan berupa:

  • Rasa sakit, kemerahan, atau bengkak di area suntikan

  • Demam (biasanya pada anak kecil)

  • Sakit kepala dan nyeri otot (biasanya pada orang dewasa).

Reaksi berat terhadap vaksin JE sangat jarang ditemukan. Meski begitu, beberapa masalah bisa terjadi setelah pemberian vaksin JE, seperti;

  • Duduk atau berbaring selama 15 menit bisa membantu mencegah pingsan serta cedera akibat terjatuh. Beritahu dokter bila Ibu merasa pusing, telinga berdengung, atau gangguan penglihatan.

  • Rasa sakit pada bahu dan penurunan gerakan di lengan tempat suntikan diberikan bisa terjadi setelah vaksinasi, tapi sangat jarang.

  • Reaksi alergi berat akibat vaksin sangat jarang, diperkirakan kurang dari 1 dari 1 juta dosis. Bila terjadi, biasanya dalam beberapa menit hingga jam setelah vaksinasi.

Periksa gejala yang membuat Ibu cemas, seperti tanda reaksi alergi yang parah, demam sangat tinggi, atau perubahan perilaku. Tanda reaksi alergi berat bisa berupa ruam serta bengkak pada wajah dan tenggorokan, sulit bernafas, detak jantung cepat, pusing, dan lemah. Ini biasanya terjadi beberapa menit hingga beberapa jam setelah vaksinasi.

Bila Ibu mengira terjadi reaksi alergi serius atau kondisi darurat lain, hubungi dokter atau segera menuju rumah sakit.

Berapa lama vaksin JE melindungi dari infeksi?

Durasi perlindungan vaksin tidak diketahui. Untuk orang usia 17 tahun ke atas, dosis tambahan diberikan bila dua vaksin diberikan satu tahun atau lebih sebelumnya dan terjadi risiko terpapar.

Orang yang berisiko terjangkit Japanese Encephalitis

Kelompok orang yang lebih berisiko terjangkit penyakit ini antara lain:

  • Penduduk area pedesaan di lokasi wabah, khususnya anak-anak.

  • Ekspatriat atau orang yang melakukan perjalanan dan terpapar area endemik pedesaan untuk waktu lama.

  • Orang yang bepergian ke area di mana ada sistem irigasi atau masyarakatnya biasa tidur tanpa kelambu di malam hari, atau mereka yang senang berkemah.

Risiko penyakit sangat rendah pada orang yang melakukan perjalanan, hanya 1 kasus pada 1 juta orang. Tapi perlu diberikan vaksinasi pada orang yang melakukan perjalanan ke area wabah yang menghabiskan lebih dari 1 sampai 2 bulan di area berisiko selama periode banyak nyamuk.

Fakta tentang Japanese encephalitis

Japanese encephalitis merupakan infeksi virus dari gigitan nyamuk, yang menjadi penyebab encephalitis virus di Asia. Tapi banyak orang masih belum menyadari penyakit ini dan penyebaran kasusnya di beberapa area menyebabkan kepanikan. Ibu-ibu biasanya panic ketika sudah merasa mengobati panas anak tapi kondisi si kecil tak kunjung stabil.

Ini dia 5 fakta yang perlu Ibu tahu tentang virus Japanese Encephalitis sebelum mengobati panas anak:

  1. Japanese encephalitis merupakan infeksi virus yang  menyerang otak manusia

    Virus Japanese encephalitis (JE) terkait dengan virus yang menyebabkan encephalitis Murray Valley dan St. Louis. JE juga merupakan penyakit yang disebarkan oleh nyamuk seperti demam berdarah. Encephalitis berkaitan dengan peradangan otak yang bisa memicu berbagai komplikasi dan kematian pada beberapa kasus.

  2. Japanese encephalitis terutama ditemukan di beberapa bagian Asia

    Menurut WHO, Japanese encephalitis merupakan penyebab utama encephalitis di Asia dengan sekitar 68.000 kasus tiap tahun, serta 13.600 sampai 20.400 kematian. Ketika seseorang terinfeksi, tingkat kefatalan bisa setinggi 30 persen. Selain itu, 30 sampai 50 persen orang yang mengalami encephalitis kemungkinan mengalami masalah neurologikal permanen.

    Di Asia Tenggara dan area Pasifik Barat, 24 negara mengalami wabah penularan JE, membuat sekitar 3 juta orang berisiko terkena penyakit ini. Virus lebih mungkin menyerang anak-anak dibanding orang dewasa. Ini karena orang dewasa di area wabah penyakit menjadi kebal ketika bertambah besar.

  3. Virus ditemukan pada babi dan burung

    Virus JE ditularkan ke nyamuk ketika menggigit hewan yang terinfeksi seperti babi dan burung. JE tidak bisa menular dari manusia ke manusia. Kebanyakan kasus JE ditemukan di area dengan banyak persawahan. Tapi penyakit ini bisa juga ditemukan di area perkotaan.

  4. Virus JE dibawah oleh nyamuk spesies Culex tritaeniorhynchus

    Perantara utama dari Japanese encephalitis adalah nyamuk spesies Culex tritaeniorhynchus. Nyamuk jenis ini berasal dari Asia, Afrika, dan Pasifik Barat. Nyamuk betina biasanya menyerang hewan ternak dan babi.

  5. Gejala Japanese encephalitis bisa berkembang secara tiba-tiba

    Kurang dari 1 persen orang dengan virus JE mengalami penyakit klinis. Pada orang yang mengalami gejala, masa inkubasi antara 5 sampai 15 hari. Gejala penyakit paling umum berupa demam tinggi, sakit kepala, dan muntah. Gejala neurologikal, yang menandakan otak telah terkena, bisa berupa perubahan kondisi mental, gangguan gerakan, kaku leher, tremor, dan tidak mampu bicara. Seizure jadi gejala yang paling umum ditemukan pada anak kecil.

    Gejala penyakit bisa berkembang secara tiba-tiba, dengan tahap yang lebih tinggi lebih sulit ditangani. Pada beberapa kasus, infeksi pada otak bisa mematikan.

Pertanyaan seputar Japanese encephalitis

Berikut ini pertanyaan yang sering diajukan berkaitan dengan penyakit JE:

  1. Bisakah nyamuk menyebarkan virus dari orang yang terinfeksi ke anak saya?

    Tidak bisa, karena virus JE tidak berkembang biak pada aliran darah untuk menginfeksi nyamuk. Virus JE tidak bisa menyebar dari orang ke orang. Menyentuh bahkan mencium orang yang mengalami penyakit JE tidak membuat anak terinfeksi.

  2. Apakah wanita hamil  yang terinfeksi bisa menularkan virus ke janinnya?

    Infeksi selama kehamilan bisa membahayakan kondisi janin tapi masih belum jelas bagaimana bisa mempengaruhi bayi, tidak ada bukti yang menyatakan virus JE bisa tertular dari ibu ke janinnya.

  3. Apakah anak saya bisa terkena virus JE karena mengonsumsi daging babi?

    Tidak. Setelah babi disembelih, virus JE tidak akan bertahan hidup di daging babi. Terlebih, memasak daging di suhu lebih dari 60 derajat Celsius akan membunuh virus.

  4. Berapa lama orang menjadi sakit setelah digigit oleh nyamuk yang terinfeksi?

    Kebanyakan kasus JE tanpa gejala atau gejalanya ringan saja. Penyakit biasanya ditIbui dengan demam mendadak, sakit kepala, lelah, serta muntah. Kondisi ini muncul 5 sampai 15 hari setelah gigitan nyamuk. Penyakit bisa meningkat menjadi peradangan pada otak (encephalitis) dan sering disertai oleh seizure. Koma dan lumpuh terjadi pada beberapa kasus.

  5. Bagaimana diagnosa JE?

    Diagnosa dilakukan berdasarkan gabungan tIbu dan gejala klinis serta tes darah laboratorium atau cairan sumsum tulang belakang. Tes ini biasanya mendeteksi antibodi yang dibuat sistem kekebalan terhadap infeksi virus.

  6. Apakah anak membutuhkan vaksinasi untuk virus JE?

    Bila Ibu tinggal di area yang berisiko tinggi atau akan bepergian ke tujuan dimana kasus JE pernah terjadi, anak Ibu dianjurkan menerima vaksin ini.

  7. Di mana saya bisa memperoleh vaksin JE?

    Kebanyakan rumah sakit negeri maupun swasta menyediakan vaksin JE. Tanyakan ke dokter tentang vaksin JE yang ada di area Ibu.

  8. Berapa banyak dosis vaksin yang perlu diterima anak?

    Orang dari usia 9 bulan hingga 17 tahun membutuhkan satu dosis (0,5 ml) imunisasi utama. Bila perlindungan jangka panjang dibutuhkan, dosis tambahan perlu diberikan setidaknya 1 tahun setelah imunisasi pertama. Orang usia 18 tahun lebih membutuhkan satu dosis (0,5 ml). Tidak dibutuhkan dosis tambahan hingga 5 tahun setelah vaksinasi pertama.

    Pada orang dewasa, perlindungan terhadap JE biasanya dimulai dua minggu setelah suntikan. Pada anak, perlindungan dimulai 4 minggu setelah injeksi.

(Ismawati, Yusrina)

Follow Ibupedia Instagram