Ibupedia

6 Jenis Hidrosefalus dan Cara Mencegahnya

6 Jenis Hidrosefalus dan Cara Mencegahnya
6 Jenis Hidrosefalus dan Cara Mencegahnya

Bagi Ibu yang belum awam dengan istilah Hidrosefalus, ini adalah kondisi di mana kumpulan cairan cerebrospinal berada di rongga otak. Hidrosefalus juga dikenal dengan istilah “cairan di otak,”. Kumpulan cairan ini sering disebabkan oleh gangguan yang mencegah pengeringan cairan sebagaimana mestinya.

Pada hidrosefalus, kumpulan cairan bisa meningkatkan tekanan di dalam tulang tengkorak, yang mengganggu jaringan otak di sekitarnya. Pada beberapa kasus, ini bisa menyebabkan kepala membesar dan kerusakan otak. Hidrosefalus bisa fatal bila tidak diobati. Gejala hidrosefalus berupa sakit kepala, muntah, penglihatan kabur, masalah kognitif, dan kesulitan berjalan. Tampilan pasien dengan hidrosefalus bergantung pada seberapa cepat kondisi ini terdiagnosis dan ditangani.

Ibu, otak dikelilingi oleh cairan CSF (cereprospinal fluid)  yang memiliki 3 fungsi vital:

  • Melindungi sistem saraf

  • Mengangkat buangan

  • Menutrisi otak.

Otak memproduksi sekitar 1 pint CSF tiap hari, CSF yang lama diserap ke pembuluh darah. Bila proses produksi dan pengangkatan CSF terganggu, CSF bisa berkumpul dan menyebabkan hidrosefalus. Ada lebih dari 100 kemungkinan penyebab hidrosefalus, tapi penyebab yang mungkin antara lain:

  • Terlalu banyak CSF (cairan otak) yang diproduksi

  • Salah satu ventrikel di otak tersumbat atau menyempit, menghentikan atau membatasi aliran CSF, sehingga tidak bisa meninggalkan otak

  • CSF tidak bisa menyaring aliran darah.

Mengenal Jenis-Jenis Hidrosefalus

Ada beberapa jenis hidrosefalus:

  1. Congenital hydrocephalus

    Sekitar 1 dari tiap 500 bayi di Amerika lahir dengan hidrosefalus. Congenital hydrocephalus bisa disebabkan oleh infeksi pada ibu selama kehamilan seperti rubella atau gondong, atau cacat lahir seperti spina bifida. Congenital hydrocephalus jadi satu masalah perkembangan yang paling umum, lebih umum dibanding Down syndrome dan tuli pada bayi.

    Bayi lahir dengan penyumbatan pada saluran di otak tengah yang menghubungkan dua ventrikel besar. Ini jadi penyebab yang paling umum. Kondisi kesehatan janin yang sedang berkembang bisa menyebabkan masalah perkembangan otak. Misalnya hidrosefalus umum terjadi pada bayi dengan spina bifida parah.

    Infeksi selama kehamilan bisa mempengaruhi perkembangan otak janin. Misalnya:

    • Kesulitan bernafas

    • Otot di lengan dan kaki bayi jadi kaku dan rentan kontraksi

    • Beberapa tahap perkembangan tertunda, seperti duduk atau merangkak

    • Ubun-ubun tegang

    • Bayi lebih rewel

    • Bayi tidak ingin menggerakkan leher atau kepala

    • Bayi sulit menyusu

    • Kepala bayi terlihat lebih besar dibanding ukuran seharusnya

    • Kulit kepala bayi tipis dan berkilau. Bisa terlihat pembuluh pada kulit kepala

    • Pupil pada mata bayi mendekati bawah kelopak mata

    • Diagnosa congenital hydrocephalus pada bayi dan anak kecil:
    • USG saat hamil bisa mendeteksi hidrosefalus selama kehamilan pada janin yang sedang berkembang.

    • Setelah dilahirkan, kepala bayi diukur secara teratur. Kondisi abnormal pada ukuran kepala kemungkinan memicu tes diagnostic di masa mendatang.

    • Bila USG menunjukkan kondisi abnormal, tes lanjutan dilakukan seperti MRI atau CT scan, yang memberi gambaran lebih rinci tentang kondisi otak.


  2. Acquired hydrocephalus. 

    Kondisi ini terjadi setelah lahir, biasanya setelah tumor otak, meningitis, atau akibat cedera kepala serius.

    Gejala dari acquired hydrocephalus  (berkembang setelah lahir) antara lain:

    • Sakit kepala

    • Hilang selera makan

    • Lesu

    • Mual

    • Perubahan kepribadian

    • Masalah penglihatan, seperti penglihatan kabur

    • Seizure

    • Inkontinensi urin

    • Kesulitan berjalan

    • Kondisi ini berkembang setelah lahir dan biasanya disebabkan oleh cedera atau penyakit yang menyebabkan penyumbatan antara ventrikel. Berikut beberapa penyebabnya:
    • Pendarahan di dalam otak

    • Luka di otak, ada area yang cedera, atau penyakit di dalam otak. Ada banyak penyebab yang mungkin, termasuk cedera, infeksi, paparan pada bahan kimia tertentu, atau masalah dengan sistem kekebalan.

    • Tumor otak

    • Meningitis, yaitu peradangan pada membran otak atau sumsum tulang belakang

    • Stroke, kondisi di mana pembekuan darah mengganggu aliran darah pada area otak.


  3. Communicating hydrocephalus.

    Hidrosefalus jenis ini terjadi ketika CSF menjadi tersumbat setelah meninggalkan ventrikel. Disebut “communicating” karena CSF masih mengalir di antara ventrikel otak.

  4. Non-communicating hydrocephalus.

    Disebut juga obstructive hydrocephalus, terjadi ketika penghubung tipis diantara ventrikel menjadi tersumbat.

  5. Normal pressure hydrocephalus. 

    Ini hanya terjadi pada orang dengan usia 50 tahun atau lebih. Normal pressure hydrocephalus bisa terjadi setelah stroke, cedera, infeksi, pembedahan, atau pendarahan. Tapi pada banyak kasus, dokter tidak tahu kenapa ini terjadi.

    Gejala normal pressure hydrocephalus bisa butuh berbulan-bulan atau tahun sebelum terlihat. Gejalanya antara lain:

    • Perubahan gaya berjalan, pasien merasa kaku pada area kaki ketika pertama melangkah. Pasien terlihat menyeret kaki, bukan berjalan.

    • Cara berpikir normal melambat, pasien merespon pertanyaan lebih lambat, dan terlambat bereaksi terhadap situasi di sekitarnya. Kemampuan memproses informasi juga melambat.

    • Inkontinensi urin, biasanya terjadi setelah perubahan gaya berjalan.

    • Kondisi ini terjadi pada orang dengan usia lebih dari 50 tahun. Pada kebanyakan kasus tidak diketahui penyebabnya. Kadang, bisa terjadi setelah stroke, infeksi, atau cedera pada otak. 

    Ada dua teori tentang penyebab jenis hidrosefalus ini:

    • CSF tidak terserap kembali ke aliran darah seperti yang semestinya. Karenanya, otak mulai memproduksi lebih sedikit CSF baru, menyebabkan peningkatan tekanan untuk jangka waktu lama. Peningkatan perlahan bisa menyebabkan kerusakan otak progresif.

    • Kondisi seperti sakit jantung, tingkat kolesterol tinggi, atau diabetes setelah aliran darah normal, bisa membuat jaringan otak jadi lunak. Jaringan otak lunak menyebabkan peningkatan risiko hidrosefalus.

    • Pada normal pressure hydrocephalus diagnosanya lebih sulit karena gejala lebih samar dan tidak muncul tiba-tiba.
  6. Hydrocephalus ex-vacuo. 

    Jenis hidrosefalus ini terjadi setelah stroke, cedera otak traumatik, atau penyakit degeneratif. Jaringan otak mengerut dan ventrikel otak menjadi lebih besar.

Penanganan Hidrosefalus

Selanjutnya kita akan membahas penanganan untuk congenital dan acquired hydrocephalus serta penanganan hidrosefalus secara individual.

  • Penanganan untuk congenital dan acquired hydrocephalus

    Kedua jenis hidrosefalus ini membutuhkan penanganan segera untuk mengurangi tekanan pada otak. Jika tidak dilakukan penanganan, ada risiko serius kerusakan pada otak yang mengatur fungsi pernafasan dan detak jantung.

    Shunt adalah sistem untuk mengeringkan cairan. Selang kecil dimasukkan di otak untuk mengeringkan cairan berlebih dari otak ke bagian tubuh lain seperti perut, dada, atau katup jantung. Bisanya tidak ada penanganan lain yang dibutuhkan. 

    Pasien dengan hidrosefalus biasanya membutuhkan shunt sepanjang hidupnya. Bila shunt dipasang pada anak, bedah tambahan dibutuhkan untuk memasukkan selang yang lebih panjang ketika anak bertambah besar.

    Ventriculostomy atau pembedahan untuk membuat lubang di dasar ventrikel dilakukan agar cairan berlebih mengalir ke dasar otak. Penyerapan normal terjadi pada dasar otak. Prosedur ini kadang dilakukan ketika cairan yang mengalir diantara ventrikel terhalang.

  • Penanganan untuk normal pressure hydrocephalus

    Shunt juga digunakan untuk normal pressure hydrocephalus. Tapi shunt kemungkinan tidak cocok untuk beberapa pasien. Prosedur lain bisa dilakukan, antara lain:

    • Lumbar puncture. Cairan otak diangkat dari dasar tulang belakang. Bila ini meningkatkan kemampuan mental pasien, pemasangan shunt bisa membantu.

    • Lumbar infusion test. Jarum dimasukkan melalui kulit punggung belakang ke tulang belakang. Pengukuran tekanan CSF dilakukan ketika cairan disuntikkan ke tulang belakang. Pasien biasanya mendapat manfaat dari shunt yang terpasang bila tekanan CSF melebihi batas tertentu.

Fakta Kesehatan Tentang Hidrosefalus

Cairan di tempurung kepala di sekitar otak adalah hal normal, tapi bukan hal baik ketika cairan berlebih dan menyebabkan pelebaran ventrikel pada otak. Akumulasi cairan otak bisa menekan jaringan otak yang dapat memicu dampak fisik dan kognitif. Berikut beberapa hal yang perlu Ibu tahu tentang hidrosefalus:

  1. Dampak hidrosefalus berbeda pada anak kecil dan orang dewasa

    Gejala hidrosefalus bisa berbeda bergantung usia pasien serta faktor individual. Kumpulan cairan bisa menyebabkan kepala bayi melebar. Pada orang dewasa, tengkorak tidak bisa lagi melebar, ini berarti tampilan penyakit ini tidak terlihat dari luar. Tapi pasien akan mengalami gejala mulai dari sakit kepala, mual, bengkak pada saraf optik, dan bahkan hilang ingatan.

  2. Hidrosefalus tidak terdiagnosa pada orang dewasa

    Penelitian memperkirakan hingga 700,000 manula di Amerika hidup dengan normal pressure hydrocephalus (NPH). Hampir 80 persen kasus ini tidak terdeteksi. Karena kondisi ini tidak terdiagnosa, manula membutuhkan perawatan yang banyak mengeluarkan biaya dibanding pemulihan setelah penanganan NPH.

  3. Pembedahan jadi solusi satu-satunya untuk hidrosefalus

    Tubuh terus memproduksi CSF, yang secara alami tersirkulasi dan terserap. Hidrosefalus adalah penyumbatan siklus ini, memicu kumpulan cairan, dan penanganan paling umum adalah pembedahan untuk memasukkan shunt. Sistem shunt mengubah aliran CSF dari sistem saraf pusat ke area tubuh lain agar bisa diserap sebagai bagian dari proses sirkulasi yang normal.

    Penggunaan shunt bisa menimbulkan komplikasi dan dapat memicu infeksi. Ketika ini terjadi, pembedahan lanjutan dibutuhkan untuk memperbaikinya.

  4. Bisa muncul gejala lain pada hidrosefalus

    Hidrosefalus pada anak kecil menyebabkan mereka lebih rewel, kebiasaan menyusu yang buruk, dan seizure. Sedang manula bisa mengalami gangguan penglihatan bersama dengan koordinasi yang buruk, kurang konsentrasi, dan perubahan kepribadian.

  5. Hidrosefalus tidak ada obatnya

    Meski ada penanganan, sebenarnya tidak ada obat untuk hidrosefalus, yang ada hanya intervensi bedah. Meski banyak orang yang tertolong dengan pembedahan, banyak juga yang membutuhkan operasi lebih lanjut untuk tetap bertahan.

Faktor Risiko Hidrosefalus

Beberapa faktor berikut meningkatkan risiko hidrosefalus:

  • Kelahiran prematur. Bayi yang lahir prematur berisiko lebih tinggi mengalami pendarahan intraventicular (pendarahan di dalam ventrikel otak), yang bisa menyebabkan hidrosefalus.

  • Masalah selama kehamilan. Infeksi di rahim selama hamil meningkatkan risiko hidrosefalus pada janin yang sedang berkembang

  • Masalah dengan perkembangan janin, seperti penutupan kolom spinal yang tidak lengkap

  • Luka dan tumor pada tulang belakang atau otak

  • Infeksi sistem saraf

  • Pendarahan pada otak

  • Cedera kepala berat.

Komplikasi Hidrosefalus

Keparahan hidrosefalus bergantung pada beberapa faktor, termasuk bagaimana perkembangannya. Bila kondisi ini meningkat ketika bayi lahir, kemungkinan akan terjadi kerusakan otak dan ketidakmampuan fisik. Bila kasus tidak parah dan penanganannya tepat, hasilnya akan lebih baik.

Bayi dengan congenital hydrocephalus bisa mengalami beberapa kerusakan otak permanen, yang bisa menyebabkan komplikasi jangka panjang. Misalnya:

  • Rentang perhatian yang terbatas

  • Autisme

  • Kesulitan belajar

  • Masalah koordinasi fisik

  • Masalah dengan memori

  • Masalah bicara

  • Masalah penglihatan.

Pencegahan Hidrosefalus

Saat hamil, pemeriksaan yang teratur secara signifikan bisa menurunkan risiko bayi prematur, yang juga menurunkan risiko bayi mengalami hidrosefalus. Pastikan Ibu menerima semua vaksin yang dibutuhkan dan menjalani semua pemeriksaan yang direkomendasikan.

Meningitis jadi penyebab umum hidrosefalus. Vaksin dianjurkan untuk beberapa individu, konsultasikan dengan dokter tentang pemberian vaksin meningitis.

Cegah cedera kepala dengan:

  • Mengenakan sabuk pengaman ketika mengemudi atau berkendara

  • Pastikan anak aman di dalam kendaraan

  • Jangan mengemudi ketika Ibu berada di bawah pengaruh alkohol

  • Helm atau pelindung lain harus selalu dikenakan ketika:

    • Bertanding olahraga

    • Melakukan olahraga kontak

    • Menunggang kuda, ski, atau skateboard. 

Amankan area lingkungan bagi manula:

  • Besi untuk pegangan dipasang di sebelah bak mandi, shower, dan toilet

  • Manula harus aktif untuk memastikan keseimbangan dan kekuatan tubuh bagian bawah untuk menurunkan risiko terjatuh

  • Pastikan pencahayaan di rumah cukup terang

  • Gunakan karpet yang tidak licin di lantai kamar mandi

  • Hindari keset atau benda lain yang bisa menyebabkan terpeleset

  • Tangga idealnya memiliki pegangan pada kedua sisi.

Amankan area tinggal untuk anak:

  • Pasang pengaman jendela

  • Tempatkan gerbang pengaman pada bawah dan atas tangga bila anak masih kecil

  • Permukaan area bermain harus terbuat dari material yang aman.

Makanan Untuk Membantu Mengatasi Hidrosefalus

Pola makan jadi hal penting karena melalui makanan kita bisa menutrisi dan membantu tubuh menghilangkan racun, lemak, dan bahan kimia yang berkumpul di tubuh. Pengobatan tidak hanya berasal dari obat, tapi juga aktivitas yang membuat tubuh bisa dibersihkan, dinutrisi, dan diisi dengan energi dan darah yang sehat.

Hal pertama yang perlu dilakukan adalah pengaturan pola makan. Pilih dua hari di mana Ibu bisa beristirahat dan fokus pada pola makan Ibu. Makanlah buah nanas atau anggur. Buah ini dianggap bisa mengangkat racun di tubuh. Ibu bisa makan sebanyak mungkin, aturannya adalah hanya makan buah, tanpa tambahan gula atau garam, atau lainnya.

Bila memilih anggur, makan beserta bijinya. Minum dua liter air setiap hari. Sebelum mulai memakan buah, mulai hari Ibu dengan dua sendok teh minyak zaitun dan perasan lemon. Yang paling penting, 3 hari sebelum memulai pola makan yang sehat, Ibu tidak boleh makan produk susu, telur, dan daging.

Ikuti panduan berikut:

  • Hindari gula dan tepung refinasi, daging, sosis, makanan siap saji.

  • Yang dianjurkan antara lain buah segar atau jus, minyak zaitun, bawang putih mentah, buah kering, jahe, serta teh hijau.

Bila menggabungkan ini dengan rutinitas relaksasi atau meditasi, serta olahraga ringan seperti peregangan, Ibu bisa meningkatkan proses penyembuhan agar lekas merasa lebih baik.


(Ismawati, Yusrina)